Sejarah Raja Banten XVII, Sultan Terakhir Banten, Sultan Maulana Mohammad Shafiuddin (Edisi Ziarah Waliyuallah Surabaya)
Komplek Makam Sentono Boto Putih Dimana Sultan Maulana Muhammad Shafiuddin dimakamkan |
Ketika membahas mengenai Sultan Banten ke XVII (Sultan Banten terakhir) yang dimakamkan di Pasarean Sentono Boto Putih (di kawasan Ampel) maka pasti akan mengulas tentang sejarah 2 orang. Karena menurut sejarah dan banyak silsilah yang dipegang mengenai raja-raja Banten mengatakan bahwa Rafiudin adalah raja Banten terakhir. Sedangkan ketika berziarah ke Pasarean Sentono Boto Putih maka akan tercatat bahwa Safiudin adalah sultan terakhir Banten.
Kebenarannya adalah Safiudin dan Rafiudin adalah dua orang yang berbeda. Muhammad Shafiuddin dinobatkan menjadi Sultan Banten pada tahun 1808, bergelar Sultan Maulana Muhammad Shafiuddin. Kedudukannya menggantikan Sultan Muh. ‘Agiluddin (‘Ali juddin II) yang diasingkan oleh Pemerintah Hindia Belanda ke Batavia kemudian ke Surabaya. Jabatan ini diterima dari Sultan Wakil (Mangkubumi) Pangeran Suramenggala, yang memangku jabatan sementara setelah Sultan Muh Agiluddin diasingkan.
Sedangkan sejarah mengenai Sultan Bupati Rafiuddin adalah Beliau menikah dengan adik Ratu Asyiah - Ibunda Sultan Maulana Muhammad Shafiuddin. Dengan pernikahan itu maka terbentuklah hubungan saudara yang dengan sendirinya menempatkan Sultan Bupati Rafiuddin sebagai paman Sultan Maulana Muhammad Shafiuddin. Jadi hubungan yang terbentuk adalah hubungan pernikahan bukan hubungan darah.
Sedangkan sejarah mengenai Sultan Bupati Rafiuddin adalah Beliau menikah dengan adik Ratu Asyiah - Ibunda Sultan Maulana Muhammad Shafiuddin. Dengan pernikahan itu maka terbentuklah hubungan saudara yang dengan sendirinya menempatkan Sultan Bupati Rafiuddin sebagai paman Sultan Maulana Muhammad Shafiuddin. Jadi hubungan yang terbentuk adalah hubungan pernikahan bukan hubungan darah.
Makam Maulana Mohammad Shafiuddin di Surabaya |
Pada tahun 1809 Pemerintah Hindia Belanda menghapus Kesultanan Banten dan mengintegrasi-kan wilayahnya kedalam wilayah Hindia Belanda. Selanjutnya wilayah Kesultanan Banten dibagi menjadi 3 Kabupaten, yaitu : Kabupaten Banten Ulu, Kabupaten Banten Ilir dan Kabupaten Anyer. Kemudian Pemerintah Hindia Belanda menunjuk Sultan Maulana Muhammad Shafiuddin menjadi Sultan Bupati Banten Ulu (ada yang menyebut Banten Ilir) berkedudukan di Kasemen.
Tidak lama berselang Pemerintah Hindia Belanda juga mengangkat seseorang yang bernama Joyo Miharjo menjadi Sultan Bupati untuk Wilayah Banten Ilir (ada yang menyebut Banten Ulu), berkedudukan di Pandeglang. Bapak Joyo Miharjo inilah yang kemudian mengubah namanya menjadi Muhammad Rafiuddin. Dapat dilihat disini Rafiudin, bukan orang Banten, melainkan orang Jawa. Nama Muhammad Rafiuddin digunakan setelah beliau ada di Banten. “Kebijakan” ini digunakan agar orang Banten mengakui beliau sebagai orang Banten.
Tidak lama berselang Pemerintah Hindia Belanda juga mengangkat seseorang yang bernama Joyo Miharjo menjadi Sultan Bupati untuk Wilayah Banten Ilir (ada yang menyebut Banten Ulu), berkedudukan di Pandeglang. Bapak Joyo Miharjo inilah yang kemudian mengubah namanya menjadi Muhammad Rafiuddin. Dapat dilihat disini Rafiudin, bukan orang Banten, melainkan orang Jawa. Nama Muhammad Rafiuddin digunakan setelah beliau ada di Banten. “Kebijakan” ini digunakan agar orang Banten mengakui beliau sebagai orang Banten.
Prasasti yang menjelaskan bahwa Maulana Mohammad Shafiuddin adalah Sultan terakhir Banten |
Sultan Maulana Muhammad Shafiuddin wafat dalam thn 1899, dimakamkan di Pesarean Agung Sentono Botoputih (Pemakaman Keluarga Bupati Surabaya). Di pusaranya tertulis dengan huruf Arab yang terjemahannya sbb : Ini kubur Sultan Banten Maulana Mohammad Shafiuddin Ketika lenyap almarhum pada malam Senen 3 Rajab 1318 H atau 11 November 1899.
No comments :