Rukun Iman; "Beriman Kepada Nabi dan Rasul Allah"
Dalam syariat Islam dikatakan bahwa Muhammad adalah sebagai Khataman Nabiyyin atau Penutup Para Nabi. Dalam Al-Qur'an telah dijelaskan pada Surah Al-Ahzab ayat 40 menyatakan:
- Idris diutus untuk Bani Qabil[2] di Babul, Iraq dan Memphis.
- Nuh diutus untuk Bani Rasib di wilayah Selatan Iraq.
- Hud diutus untuk ʿĀd yang tinggal di Al-Ahqaf, Yaman.
- Shaleh diutus untuk kaum Tsamūd di Semenanjung Arab.
- Ibrahim diutus untuk Bangsa Kaldeā di Kaldaniyyun Ur, Iraq.
- Luth diutus untuk negeri Sadūm dan Amūrah di Syam, Palestina.
- Isma'il diutus untuk untuk Qabilah Yaman, Mekkah.
- Ishaq diutus untuk Kanʻān di wilayah Al-Khalil, Palestina.
- Yaqub diutus untuk Kanʻān di Syam.
- Yusuf diutus untuk Hyksos dan Kanʻān di Mesir.
- Ayyub diutus untuk Bani Israel dan Bangsa Amoria (Aramin) di Horan, Syria.
- Syu'aib diutus untuk Kaum Rass, negeri Madyan dan Aykah.
- Musa dan Harun diutus untuk Bangsa Mesir Kuno dan Bani Israel di Mesir.
- Zulkifli diutus untuk Bangsa Amoria di Damaskus.
- Yunus diutus untuk bangsa Assyria di Ninawa, Iraq.
- Ilyas diutus untuk Funisia dan Bani Israel, di Ba'labak Syam.
- Ilyasa diutus untuk Bani Israel dan kaum Amoria di Panyas, Syam.
- Daud diutus untuk Bani Israel di Palestina.
- Sulaiman diutus untuk Bani Israel di Palestina.
- Zakaria diutus untuk Bani Israil di Palestina.
- Yahya diutus untuk Bani Israil di Palestina.
- Isa diutus untuk Bani Israil di Palestina.
- Muhammad seorang nabi & rasul terakhir yang diutus di Jazirah Arab untuk seluruh umat manusia dan jin.[note 2][note 3]
- Jenjang kerasulan lebih tinggi daripada jenjang kenabian.[note 4]
- Rasul diutus kepada kaum yang kafir, sedangkan nabi diutus kepada kaum yang telah beriman.[note 5]
- Syari’at para rasul berbeda antara satu dengan yang lainnya, atau dengan kata lain bahwa para rasul diutus dengan membawa syari’at baru.[note 6]
- Rasul pertama adalah Nuh, sedangkan nabi yang pertama adalah Adam.[note 7]
- Seluruh rasul yang diutus, Allah selamatkan dari percobaan pembunuhan yang dilancarkan oleh kaumnya. Adapun nabi, ada di antara mereka yang berhasil dibunuh oleh kaumnya.[note 8]
- Dipilih dan diangkat oleh Allah.
- Mendapat mandat (wahyu) dari Allah.
- Bersifat cerdas.
- Dari umat Bani Adam (Manusia).
- Nabi dan Rasul adalah seorang pria.
Allah SWT mengutus para nabi dan rasul untuk membawa kabar gembira kepada ummat manusia tentang kenikmatan abadi yang disediakan bagi mereka yang beriman, dan memperingatkan mereka tentang akibat kekufuran (syirik). Merekapun memberi teladan untuk bertingkah laku yang baik dan mulia bagi manusia, antara lain dalam bentuk ibadah yang benar, akhlaq yang terpuji dan istiqomah (berpegang teguh) terhadap ajaran Allah SWT.
Pendapat ini terasa ganjil terdengar. Sebab, mungkinkah seorang nabi tidak diberikan tugas untuk menyampaikan wahyu kepada ummat manusia? Apakah nabi hanya diutus Allah untuk melaksanakan agama Allah untuk dirinya sendiri?. Benar, bahwa nabi dan rasul, keduanya menerima wahyu dari Allah. Tetapi ada perbedaan makna yang sangat berarti dan prinsipil diantara keduanya.
Arti nabi adalah orang yang diwahyukan kepadanya syari’at rasul sebelumnya dan diperintahkan untuk menyampaikan syari’at itu kepada suatu kaum tertentu. Contoh untuk itu adalah nabi-nabi Bani Israil yang diutus seperti nabi-nabi Musa dan Isa. Sedangkan rasul adalah orang yang diwahyukan kepadanya suatu syari’at baru untuk disampaikan kepada kaumnya sendiri atau suatu kaum. Secara singkat dapatlah disebut bahwa rasul adalah orang yang diperintahkan untuk menyampaikan syaria’tnya sendiri, sedangkan nabi diperintahkan untuk menyampaikan syari’at rasul yang lain (rasul sebelumnya).1)
Allah SWT berfirman:
“Rasul adalah orang yang diutus Allah dengan syari’at yang baru untuk menyeru manusia kepada-Nya. Sedangkan nabi adalah orang yang diutus Allah untuk menetapkan (menjalankan) syari’at rasul-rasul sebelumnya”.
Dengan batasan yang jelas ini, maka dapatlah dikatakan bahwa Nabi Musa adalah nabi sekaligus rasul. Tetapi Nabi Harus adalah nabi, bukan rasul. Sebab ia tidak dberikan syar’at yang baru. Sayyidina Muhammad SAW adalah nabi dan rasul. Namun yang paling istimewa pada diri beliau adalah kenabian dan kerasulannya diutus untuk seluruh umat manusia, bukan hanya untuk satu kaum tertentu.
Seorang muslim wajib menyakini semua nabi dan rasul sebagaimana firman Allah SWT:
Memang dalam suatu hadist riwayat Imam Ahmad bin Hambal dalam kitab musnadnya, dikatakan bahwa jumlah nabi ada lebih kurang 124.000 orang dan jumlah rasul ada 315 orang. Tetapi riawayat tersebut bukan hadits muttawatir, karena itu tidaklah kuat untuk dijadikan pegangan dalam bidang aqidah. Sebab aqidah tidak boleh berlandaskan dalil-dalil yang dzonni (yang belum pasti kebenarannya, seperti hadits ahad). tetapi ia harus berdasarkan dalil-dalil yang qoth’i 3).
Allah SWT berfirman :
Semua nabi dan rasul sebelum Nabi Muahammad SAW diutus Allah untuk suatu bangsa tertentu (baik satu atau beberapa generasi dari suatu bangsa) dan untuk suatu periode tertentu. Daerah atau wilayah dakwah dari seorang nabi serta masa berlaku syariatnya pun terbatas sampai datangnya rasul penggantinya. Semua nabi dan rasul, risalah dakwah mereka terbatas dan bersifat lokal, kecuali risalah dakwah Nabi Muhammad SAW yang bersifat unitversal. Tentang keuniversalan risalah Nabi Muhammad SAW, Allah SWT telah menegaskan sendiri dalam Al Qur’an pada beberapa ayat dan surat, antara lain :
(a) Hadits muttawatir yang diriwayatkan Imam Ahmad bin Hambal dari Anas bin Malik, ia berkata:
(b) Hadits shohih yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Ahmad Ibnu Hibban dari Abi Hurairah:
Jamaluddin Muhammad Al Anshari 5), seorang ahli bahasa Arab yang paling terkenal dengan kamus “Lisanul Arab” ia mengatakan bahwa kata “khatam” mempunyai arti yang sama dengan kata “khatim” dan “khatam”. Ia menulis sebagai berikut:
Begitu pula tidak diperbolehkan untuk mengambil hukum yang bersumber dari ideologi apapun di dunia ini, seperti kapitalisme, sosialisme, komunisme, dan lain-lain. Jadi semua hukum yang berlaku bagi kita hanya bertumpu kepada syariat Islam yang bersumber dari Al Qur’an dan Sunnah Rasulullah saw. Selain dari itu tidak diperkenankan untuk kita gunakan sebagai rujukan. Kita dituntut untuk hanya merujuk kepada Islam semata, dan hanya mengikuti Rasulullah saw. Allah SWT berfirman:
Sedangkan ayat yang kedua menerangkan tentang tidak diperbolehkannya dan tidak patutnya serta tidak diperkenankannya bagi segenap mukmin untuk mempunyai aturan selain dari Allah dan Rasul-Nya.
Dalam ayat ketiga Allah SWT bersumpah bahwa seseorang hanya bisa menjadi mukmin yang sebenar-benarnya, kecuali setelah ia mengangkat Rasulullah sebagai hakim (pemutus permasalahan) bila terjadi perselisihan antar mereka. Lalu mereka belum beriman sampai mereka menerima keputusan hukum dari Rasulullah SAW tanpa ada rasa keberatan serta kesempitan dalam diri mereka terhadap hukum tersebut. Disamping itu mereka benar-benar pasrah serta berserah diri lahir-batin terhadap apa yang datang dari Rasulullah.
Kemudian ayat keempat memperingatkan mereka yang melanggar perintah Rasul, bahwasanya mereka akan ditimpa fitnah dan cobaan serta adzab yang pedih. Ini jelas menunjukkan haramnya menyalalahi peraturan yang dibawa oleh Rasulullah dan haramnya mengikuti peraturan lainnya, sambil memperingatkan bahwa yang melakukan hal tersebut akan ditimpa siksaan, cobaan, dan fitnah.
Sedangkan ayat kelima menyatakan bahwa taat kepada Rasulullah sama dengan taat kepada Allah. Karena taat kepada Allah wajib, maka taat kepada Rasulullah wajib pula. Dan taat itu tidak akan tercapai kecuali dengan mengikuti segala peraturan dengan mengikuti segala peraturan dan hukum-hukum yang datang dari beliau, serta dengan mengikuti sunnahnya berupa perkataan dan perbuatan.
Kemudian ayat terakhir mengaitkan cinta pada Allah dengan ketaatan mengikuti Rasulullah dalam segala peraturan yang dilakukanan beliau. Sebab bila tidak demikian, tidak ada artinya bagi orang yang berpura-pura mencintai Allah tapi tak mau mengikuti apa yang dibawa Rasulullah dari Tuhannya.
Oleh karena itu Rasulullah mewajibkan segenap muslimin untuk menerapkan secara sempurna, segala apa yang diturunkan Allah kepada Rasul-Nya, tanpa membeda-bedakan antara hukum yang satu dengan yang lainnya. Sebab semua hukum Allah itu sama rata ditinjau dari kewajibannya untuk diterapkan. Oleh karena itulah Abu Bakar ra. dan para shahabat memerangi para pembangkang zakat, sebab mereka ini membangkang terhadap diterapkannya satu hukum saja, yaitu kewajiban zakat. Allah SWT sendiri telah mengancam orang-orang yang membeda-bedakan antara satu hukum dengan yang lainnya, yang beriman pada bagian tertentu dari Al-Qur’an sedang bagian lainnya diingkar, dengan ancaman kehinaan di dunia dan adzab pedih diakhirat. Sebagaimana firman-Nya yang berbunyi:
“Apakah kalian beriman kepada sebagaian Al-Kitab (taurat) dan mengingkari sebagian yang lain? Tiadalah balasan bagi orang yang berbuat demikan diantaramu, melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia, dan di hari kiamat mereka akan dicampakkan kedalam siksa yang amat berat. Allah tidaklah lengah terhadap apa yang kalian perbuat” (QS. Al-Baqarah 85).
Allah mengutus nabi dan juga rasul yang berbeda-beda untuk masing-masing umat pada suatu masa. Tetapi Allah mengutus Nabi Muhammad sebagai penutup nabi dan juga rasul dan sebagai nabi dari seluruh umat manusia hingga akhir zaman.
Nabi dan juga rasul adalah orang yang mendapatkan wahyu dan petunjuk dari Allah. Perbedaan antara nabi dan juga rasul ini ada di dalam kewajiban nabi dan juga rasul untuk menyampaikan wahyu tersebut kepada umatnya.
Nabi mendapatkan wahyu, tetapi tidak diwajibkan menyampaikan wahyu tersebut. Sedangkan rasul wajib menyampaikan wahyu yang dia terima kepada umatnya.
Nabi atau pun rasul adalah laki-laki pilihan Alloh SWT. Alloh SWT telah memiliki semua lelaki tersebut sebagai utusanNya di muka bumi ini. Alloh menugaskan kepada nabi dan juga rasul untuk mengajarkan kepada seluruh manusia tentang ajaran yang sebenarnya.
*Sifat Wajib Nabi dan Rasul*
Nabi dan juga rasul mempunyai beberapa sifat yang wajib dimiliki. Tentu saja sifat ini merupakan sifat yang mendukung kenabian dan kerasulan mereka. Sifat wajib ini adalah sifat yang memang ada di dalam diri seorang nabi atau pun rasul. Sifat yang wajib dimiliki oleh nabi dan juga rasul antara lain:
*1. Sid**d**iq***
Sidiq berarti benar. Ini berarti setiap nabi dan juga rasul selalu mengeluarkan kata-kata dan perbuatan yang benar. Benar di sini adalah benar yang dilihat dari sisi agama Allah bukan dari sisi pemahaman manusia.
Hal tentang kebenaran ini adalah berhubungan dengan apa yang dibawa oleh para nabi dan juga rasul tersebut. Memang sebagai utusan dari Alloh SWT tentunya hal ini adalah sebuah kebenaran.
Sebagai utusan dari Alloh SWT, nabi dan juga rasul membawa ajaran untuk disampaikan kepada seluruh manusia. Dan tentunya ajaran ini adalah benar adanya karena berasal dari satu-satu Zat Yang Maha Benar.
Inti ajaran yang dibawa oleh semua nabi dan semua rasul adalah sama. Semuanya mengajarkan tentang ketauhidan kepada Alloh SWT. Mereka mengajarkan bahwa Alloh-lah Tuhan yang memang layak untuk disembah.
Begitulah ajaran yang benar yang selalu dibawa oleh seluruh nabi dari nabi pertama hingga nabi terakhir yang ada di bumi ini.
Segala perbuatan yang dilakukan oleh nabi dan juga rasul adalah berdasarkan akan wahyu. Walau pun memang terkadang ada beberapa tindakan mereka yang memang berdasarkan naluri mereka sebagai seorang manusia.
*2. Amanah*
Amanah berarti dapat dipercaya. Seorang nabi dan juga rasul pastilah mempunyai sifat amanah ini. Amanah dalam menepati janji, amanah dalam menjaga kepercayaan, dan amanah dalam hal-hal lainnya. Nabi Muhammad sendiri mendapat julukan Al Amin yang artinya dapat dipercaya.
Amanah ini juga berhubungan dengan sifat siddiq yang dimiliki oleh nabi dan juga rasul. Karena memang ajaran yang mereka bawa adalah benar adalanya maka tentu saja mereka dapat dipercaya terhadap hal ini. Jelaslah kepercayaan ini dapat dipertanggungjawabkan karena kebenaran yang mereka bawa.
*3. Fatonah*
Fatonah berarti cerdas atau pandai. Setiap nabi dan juga rasul pastilah mempunyai kecerdasan yang berguna untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi oleh umatnya. Kecerdasan ini merupakan karunia dari Allah untuk semakin memperkuat kenabian dan kerasulan seseorang.
Dalam setiap masa penyebaran ajaran yang dibawa oleh nabi dan juga rasul pastilah selalu menghadapi hambatan dakwah. Dakwah yang dilakukan oleh setiap nabi dan juga rasul tentulah akan mengalami rintangan dari beberapa orang yang tidak menyukai dakwah yang dilakukan. Hal ini memang adalah sebuah keniscayaan. Karena memang hal ini juga merupakan ujian yang datang dari Alloh SWT.
Dalam menghadapi semua hambatan dan rintangan ini, tentunya membutuhkan penyelesaian serta strategi dakwah yang jitu. Untuk itulah dibutuhkan kecerdasan dari nabi dan juga rasul dalam menghadapinya.
Dengan kecerdasan yang dimiliki oleh nabi dan juga rasul ini maka setiap dari mereka akan memikirkan cara terbaik untuk dakwah. Kecerdasan ini bisa muncul karena memang kecerdasan yang dimiliki oleh setiap nabi dan juga rasul namun juga dapat muncul karena memang wahyu dari Alloh SWT.
Sebut saja apa yang terjadi pada saat Perjanjian Hudaibiyah yang dilakukan oleh Nabi Muhammag bersama dengan kaum kafir Quraisy di Mekkah. Awalnya banyak sahabat yang tak menyetujui dan juga tak menyukai
tentang perjanjian tersebut. Mereka menganggap bahwa di dalam isi perjanjian tersebut banyak yang tak menguntungkan di pihak kaum muslimin namun juastru lebih menguntungkan di pihak kafir Quraisy.
Nantinya, semuanya baru memahami bahwadi balik perjanjian Hudaibiyah tersebut dapat membantu penyebaran Islam. Dan bahwa sesungguhnay banyak hal yang dapat membantu Islam di dalam perjanjian tersebut.
Hal seperti ini hanya dapat dilakukan jika Nabi Muhammad sebagai pemimpin Islam pada saat itu memiliki kecerdasan yang tinggi. Beliau dapat memikirkan tentang hal ini, yang belum dapat dipikirkan oleh orang lain bahkan oleh para sahabat yang tentunya memiliki tingkat kecerdasan yang juga tinggi. Itulah sufat cerdar yang memang wajar melekat pada diri nabi dan juga rasul.
Tabliq artinya menyampaikan. Para nabi dan juga rasul akan selalu menyampaikan apa yang dia terima dari Allah. Menyampaikan kebenaran dan mengajak untuk berbuat benar dan menjauhi segala bentuk kemaksiatan.
Sifat menyampaikan ini juga merupakan sifat alamiah yang ada di dalam nabi dan juga rasul. Karena memang mereka memiliki tugas satu yang mulai yang itu menyampaikan apa yang memang telah diwahyukan kepada mereka dari Alloh SWT yaitu ajaran agama Islam serta ketauhidan untuk hanya menyembah kepada Alloh SWT semata.
*Sifat Mustahil Nabi dan Rasul*
Kebalikan dari sifat wajib, nabi dan juga rasul juga mustahil mempunyai sifat-sifat berikut. Tidaklah mungkin bagi seorang nabi atau pun seorang rasul untuk memiliki sifat mustahil ini. Diantara sifat mustahil nabi dan juga rasul antara lain.
*1. Kizzib*
Kizzib artinya berbohong dan merupakan kebalikan dari sifat sidiq yang artinya benar. Tidaklah mungkin seorang nabi dan juga rasul berbohong atau apa yang mereka bawa adalah sebuah kebohongan. Sedangkan apa yang nabi dan juga rasul bawa dan sampaikan adalah sebuah kebenaran yang datangnay dari Zat yang Maha Benar.
*2. Khianat**
Khianat atau curang merupakan kebalikan dari sifat amanah. Seorang nabi dan juga rasul tidak mungkin bersifat khianat ataupun curang dalam mengajarkan ajarannya. Karena memang tugas alamiah dari nabi dan juga rasul adalah menyampaikan risalah maka sangatlah wajar jika mmang sifat mereka adalah meyampaikan dan sangatlah mustahil jika mereka itu berkhianat terhadap apa yang seharusnya mereka sampaikan.
*3. Jahlun*
Jahlun artinya bebal atau bodoh dan merupakan kebalikan dari sifat fatonah. Setiap nabi dan juga rasul memang telah dikaruniai kecerdasan sebagai modal untuk menghadapi segala tantangan dan rintangan dakwah. Kalaulah mereka bodoh maka tentunya mereka tak akan pernah dapat untuk
menghadapi ini semua.
*4. Kitman*
Kitman artinya menyembunyikan dan merupakan kebalikan dari sifat tabliq. Menyembunyikan risalah yang seharusnya disebarkan kepada umat manusia juga bukanlah hal yang ada di dalamn diri nabi dan juga rasul. Arena memang mereka adalah utusan yang menyampaikan risalah.
Di dalam Al Quran, terdapat 25 nama nabi dan juga rasul yang wajib kita imani. Sedangkan berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Hiddan, jumlah nabi sebanyak 124.000 dan jumlah rasul adalah 313.
*Kitab Nabi dan Rasul*
Kitab yang dibawa oleh nabi dan juga rasul yang tercantum di dalam Al-Quran dan wajib kita imani ada empat, yaitu:
1. *Taurat*, yang diturunkan kepada Nabi Musa.
2. *Zabur*, yang diturunkan kepada Nabi Daud.
3. *Injil*, yang diturunkan kepada Nabi Isa.
4. *Al Quran*, yang diturunkan kepada Nabi Muhammad.
Nabi dan rasul adalah utusan Allah untuk memberikan petunjuk kepada umat manusia dan Nabi Muhammad merupakan penutup dari nabi dan rasul. Hal ini sesuai dengan Al Quran surat Al Ahzab ayat 40 yang artinya “Muhammad itu sekali-kali bukanlah Bapak dari seorang laki-laki diantara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” Karena itu setiap orang yang mengaku nabi setelah Nabi Muhammad adalah pendusta dan wajib kita jauhi.
Itulah sifat wajib dan sifat mustahil yang dimiliki oleh nabi dan rasul yang memang harus kita imani.
Sumber: Internet (uknown)
No comments :