Latest News

Sebagai Ummat Muslim, Marilah Kita Lebih Meningkatkan Ibadah Kepada Allah SWT, Mematuhi Perintah-Nya dan Menjauhi Larangan-Nya. WebLog ini Kupersembahkan Kepada Ayahanda dan Ibunda Tercinta H. Hamma Ali Mona dan Hj. Hamidah. Semoga Segala Amalan Beliau Diterima dan Mendapatkan Tempat yang di Ridhai serta Kasih-Sayang dari Allah SWT. Amin... Jika berkenan, marilah kita membacakan Surah Al-Fatihah untuk Beliau... Termakasih
Subscribe

Subscribe

Subscribe

Subscribe

Subscribe

Subscribe


Popular Post


    Sebagai Ummat Muslim, Marilah Kita Lebih Meningkatkan Ibadah Kepada Allah SWT, Mematuhi Perintah-Nya dan Menjauhi Larangan-Nya. WebLog ini Kupersembahkan Kepada Ayahanda dan Ibunda Tercinta H. Hamma Ali Mona dan Hj. Hamidah. Semoga Segala Amalan Beliau Diterima dan Mendapatkan Tempat yang di Ridhai serta Kasih-Sayang dari Allah SWT. Amin... Jika berkenan, marilah kita membacakan Surah Al-Fatihah untuk Beliau... Termakasih

    Wisata Ziarah Waliyuallah Sumedang : Perjuangan Cut Nyak Dien bersama Tengku Umar

    Perjuangan Cut Nyak Dien diabadikan dalam film Tjut Nja Dhien di tayangkan di festival Cannes, 1988
    Cut Nyak Dien battle in the movie "Tjut Nja Dhien" aired at the festival in Cannes, 1988

    Wisata Ziarah Waliyuallah, Cut Nyak Dien di Sumedang tentulah tak bisa dipisahkan dari sejarah perjuangan Cut Nyak Dien bersama Tengku Umar, Suaminya. Penjuangan melawan Kaphe Ulanda (Kafir Belanda) dari tanah Aceh.

    Pilgrimage Tour Waliyuallah, Cut Nyak Dien in Sumedang certainly can not be separated from the history of the fight Cut Nyak Dien with Tengku Omar, her husband. Fight against Kaphe Ulanda (Netherlandsis infidel ) from the ground in Aceh.

    Setelah menikah dengan Tengku Umar, Cut Nyak Dien dan Tengku Umar terus menekan Belanda. Menyerang Banda Aceh (Kutaraja) dan Meulaboh (bekas basis Teuku Umar), sehingga Belanda terus-terusan mengganti jendral yang bertugas. Unit " Marechaussee" lalu dikirim ke Aceh. Mereka dianggap biadab dan sangat sulit ditaklukan oleh orang Aceh. Pasukan ini juga menyebabkan kesuksesan jendral selanjutnya karena banyak orang yang tidak ikut melakukan jihad kehilangan nyawa mereka, dan ketakutan pada penduduk Aceh.

    After her marriage to Tengku Umar, Tengku Umar and Cut Nyak Dien  continued to pressure the Netherlands. Attacking Banda Aceh (Kutaradja) and Meulaboh (former base Teuku Umar), so the Dutch constantly changing generals in charge. "Marechaussee" Unit sent to Aceh. They are considered barbaric and extremely difficult conquered by the people of Aceh. These troops also led to the success of the next general because many people who did not join the jihad lost their lives and create fear in the Aceh people.

    Tengku Umar, pejuang Allah yang tak pernah gentar berjuang
    Tengku Umar, warrior of Allah who was never afraid to fight

      Jendral Joannes Benedictus van Heutsz memanfaatkan ketakutan ini dan mulai menyewa orang Aceh untuk memata-matai pasukan pemberontak sebagai informan sehingga Belanda menemukan rencana Teuku Umar untuk menyerang Meulaboh pada tanggal 11 Februari 1899 Akhirnya, Teuku Umar gugur tertembak peluru. Ketika Cut Gambang, anak Cut Nyak Dhien, menangis karena kematian ayahnya, ia ditampar oleh ibunya yang lalu memeluknya dan berkata : Sebagai perempuan Aceh, kita tidak boleh menumpahkan air mata pada orang yang sudah syahid

    General Joannes Benedictus van Heutsz take advantage of this fear and began to hire people to spy on Acehnese rebel forces as informants so that the Dutch found the plan to attack the Teuku Umar Meulaboh on February 11, 1899 Finally, Teuku Umar fall bullet shot. When Cut Gambang , Cut Nyak Dien daughter, crying for his father's death, she was slapped by her mother who then hugged her and said: As a woman in Aceh, we should not shed tears in people who have martyred.

     
    Cut Nyak Dien lalu memimpin perlawanan melawan Belanda di daerah pedalaman Meulaboh bersama pasukan selama 25 tahun. Perlawanan di jalan Allah menghapuskan penjajahan. Menelan banyak korban, termasuk para perwira Belanda. Perlawanan yang menimbulkan kekisruhan besar bagi kalangan Belanda. Tanpa persenjatan yang layak, dengan kekurangan makanan, tanpa tempat berteduh yang memadai dan dari dalam hutan.

    Cut Nyak Dien  led a revolt against the Dutch in the hinterland of Meulaboh with troops for 25 years. Resistance in the way of Allah eradicate colonialism. Claimed many victims, including the Dutch officers. Resistance is causing great confusion for the Netherlands. Without proper armament, with shortages of food, without adequate shelter and from the forest.

    Pada akhir perjuangan Cut Nyak Dien, Panglima Cut Nyak Dhien yang bernama Pang Laot melaporkan lokasi markasnya kepada Belanda karena iba. Akibatnya, Belanda menyerang markas Cut Nyak Dien di Beutong Le Sageu. Pada saat Belanda datang untuk menangkap Cut Nyak Dien, Kapten Belanda Veltman dan para serdadunya berdiri terpaku di hadapan Cut Nyak Dien, yang tengah duduk sambil berdzikir. Agak lama mereka berdiri terpana, tanpa suara, hanya memandang pejuang wanita itu. 

    At the end of her fight, Cut Nyak Dien commander named Pang Laot report the location of its headquarters to the Netherlands because of pity. As a result, the Dutch attacked the headquarters of Cut Nyak Dien in Beutong Le Sageu. At the time the Dutch came to arrest Cut Nyak Dien, Capt. Holland Veltman and his soldiers stood transfixed in front of Cut Nyak Dien, who was sitting while making dhikr. Somewhat longer they stood stunned, silent, watching the warrior woman.

    Kapten Belanda Veltman dan serdadunya tetegun akan keagungan dan kesahajaan pejuang Allah, Cut Nyak Dien. Dengan santun Veltman berkata kepada waliyuallah: “Cut Nyak, maafkan saya. Saya kapten Veltman. Saya melaksanakan tugas sebagai serdadu. Saya ditugaskan untuk membawamu..”

    Beberapa serdadu Belanda menyiapkan tandu untuk membawa nenek yang tampak sudah begitu lemah itu. Valtmen terus membujuk, sementara Cut Nyak Dien tak henti-hentinya menggumamkan dzikir.

    Dutch captain, Veltman  and his soldiers staired to Cut Nyak Dien's  majesty and her simplicity as the fighters of God  and. Veltman politely said to the waliyuallah: "Cut Nyak, forgive me. I am the captain of Veltman. I have to execute my duty as a soldier. I was assigned to take you." Some Dutch soldiers prepared stretchers to bring Cut Nyak Dien who seemed so weak. Valtmen continue to persuade, while the Cut Nyak Dien muttered unceasingly dhikr (repeated the name of Allah continuously).


     
    Cut Nyak Dien tertunduk menangis ketika tertangkap tidak karena takut tetapi karena terbuka hijabnya
    Cut Nyak Dien cried when the Dutch caught her. It's not because of fear but because of they broke open her hijab

    Veltman merasa bujukannya tak didengar, ia lantas memberi isyarat kepada Pang Laot Ali untuk membantu. Pang Laot Ali menghampiri, ikut membujuk: “Cut Nyak, ini demi kesehatanmu. Aku lakukan ini demi kesehatanmu. Mereka berjanji akan merawatmu dengan baik. Jangan salah mengerti…”

    Veltman persuasion was not heard, he then signaled to the Pang Laot for help. Pang Laot approached, come to persuade: "Cut Nyak, it's for your health. I do this for your good health. They promised to take you a good care. Do not misunderstand me ... "


    Belum selesai kalimat Pang Laot, Cut Nyak Dien menarik rencong dari balik kainnya dan menebaskan ke tubuh Pang Laot. “Pengkhianat!” teriak Cut Nyak Dien. Keributan terjadi. Para serdadu Belanda segera melerai. Pang Laot Ali terluka. Cut Nyak Dien masih mencoba menyabetkan rencongnya ke arah Valtmen dan serdadu-serdadu di sekitarnya, namun badannya terlalu lemah. Para serdadu berhasil meredam amukannya. “Pang Laot! Kau aib buat kami!” teriak Cut Nyak Dien lagi. “Ya Allah ya Tuhan. Inikah nasib perjuanganku? Di dalam bulan puasa aku diserahkan kepada kafir.”

    Not yet finished with his sentence, Cut Nyak Dien pulled rencong (special sword from Aceh) from behind her cloth and unsheathing to Pang Laot's body. "Traitor!" Shouted Cut Nyak Dien. The commotion happened. The Dutch soldiers to intervene immediately. Pang Laot injured Ali. Cut Nyak Dien still trying whip her rencong to Valtmen  and the soldiers around him, but her body was too weak. The soldiers managed to reduce her furrines. "Pang Laot! You're a disgrace for us! "Cut Nyak Dien shouted again. "O Allah. Is this the fate of the struggle? In the month of fasting I was handed over to the infidels."

    Cut Gambang berhasil melarikan diri ke hutan dan meneruskan perlawanan yang sudah dilakukan oleh ayah dan ibunya. Cut Nyak Dien kemudian di asingkan di Banda Aceh, kemudian di pindahkan ke Sumedang hingga akhir hayatnya.

    Cut Gambang managed to escape into the jungle and continue the batle that has been done by her father and mother. Cut Nyak Dien then in exile in Banda Aceh, and then transferred to Sumedang until her death.



    No comments :

    Leave a Reply