tag:blogger.com,1999:blog-75590284417078811152024-02-21T08:49:46.571+08:00Mengharap Ridha ALLAH SWTHanya Kepada ALLAH SWT Saya Menyembah, Memohon, dan Berlindung | Salam Rindu Keluargaku Tercinta "H. Hamma Ali Mona dan Hj. Hamida"Adminhttp://www.blogger.com/profile/09854312881608681963noreply@blogger.comBlogger2935125tag:blogger.com,1999:blog-7559028441707881115.post-66523558267381881002023-03-30T12:19:00.000+08:002023-03-30T12:19:00.158+08:00Pantaslah Surga di Bawah Kakinya<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div align="justify">
<a href="http://datastudi.files.wordpress.com/2009/12/datastudi_ridho_.jpg?w=153&h=114" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="" border="0" class="alignleft" height="115" src="http://datastudi.files.wordpress.com/2009/12/datastudi_ridho_.jpg?w=153&h=114" width="153" /></a>Banyak para pria berpikir setelah menikah segala kebutuhannya akan selalu dilayani oleh sang istri, padahal dalam kenyataannya tidak bisa begitu. Bila suatu ketika istri sakit, isteri bekerja atau sibuk ketika mengasuh si kecil apakah kita sebagai suami akan diam saja. Tentu dibutuhkan kerjasama untuk meringankan bebannya. Bahkan menurut saya, demi menjaga keseimbangan tugas <a class="zem_slink" href="http://en.wikipedia.org/wiki/Dan_%28rank%29" rel="wikipedia" target="_blank" title="Dan (rank)">dan</a> keharmonisan kehidupan rumah tangga pekerjaan rumah tangga <a class="zem_slink" href="http://en.wikipedia.org/wiki/Pun" rel="wikipedia" target="_blank" title="Pun">pun</a> sebaiknya ditangani bersama.</div>
<br />
<div align="justify">
<br />
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7822515581098631072" name="more"></a>Memang tidak mudah menjalani pernyataan ini, kecuali kita sudah mengalaminya sendiri. Beruntung saya berkesempatan mengalaminya.</div>
<br />
<div align="justify">
Setelah menikah, saya merasakan bahwa kebahagiaan pernikahan <a class="zem_slink" href="http://en.wikipedia.org/wiki/Kami" rel="wikipedia" target="_blank" title="Kami">kami</a> menjadi terwujud sempurna lewat kehadiran putra pertama saya. Bahkan, kehadirannya juga menjadi motivator penggerak saya untuk lebih giat mencari nafkah.</div>
<br />
<div align="justify">
Namun, rupanya kehadiran si kecil ini lantas mengubah pola hidup keseharian kami dan membutuhkan banyak kompromi diantara kami. Awalnya semua berlaku sebagaimana cerita. Isteri mengurus si bayi dan saya pergi bekerja. Namun, tiga bulan berlalu dan masa cuti kerja isteri pun selesai. Padahal, profesi istri saya sebagai perawat mengharuskannya bekerja dengan sistem shift, yang berarti suatu ketika ia akan bertugas penuh di malam hari.</div>
<br />
<div align="justify">
Saya mendapati kami mulai <a class="zem_slink" href="http://en.wikipedia.org/wiki/Merit_%28Buddhism%29" rel="wikipedia" target="_blank" title="Merit (Buddhism)">punya</a> satu 'persoalan'. Dimana si kecil hendak kami titipkan bila isteri bekerja shift malam? Kedua orang tua istri sudah almarhum sementara ibu saya sudah tua dan tinggal jauh dari rumah kami.</div>
<br />
<div align="justify">
Kami memang punya kerabat untuk menitipkan si kecil setiap kami berangkat kerja. Tetapi saat itu juga hati saya merasa berat dan tidak tenang. Dalam hati kecil saya bertanya-tanya, apakah dia rela bangun malam setiap jam untuk menyiapkan susu, mengganti popok dan melakukan keperluan-keperluan perawatan bayi lainnya? <a class="zem_slink" href="http://en.wikipedia.org/wiki/Belum" rel="wikipedia" target="_blank" title="Belum">Belum</a> lagi kerabat ini pun tentu harus mengurusi keluarganya pula.</div>
<br />
<div align="justify">
Akhirnya kami memulai kompromi dan memutuskan bahwa saya-lah yang akan menjaga si kecil saat isteri pergi bertugas. Jujur saja, awalnya, istri pun sempat meragukan keputusan ini sebelum akhirnya kami bisa bersepakat untuk menjalaninya.</div>
<br />
<div align="justify">
Malam pertama pun tiba, si kecil telah tidur dengan pulasnya lebih dulu dari saya. Sementara itu, baru beberapa saat kemudian rasa kantuk mendera saya. Namun, baru saja saya beranjak tidur, tiba-tiba si kecil menangis membuat saya sigap terjaga dan mengurusnya. Dan selanjutnya? hampir setiap satu jam berikutnya, si kecil ini selalu terbangun dan memecah kesunyian malam lewat tangisannya.</div>
<br />
<div align="justify">
Saya tahu bahwa tangisan merupakan alat komunikasi pertama yang dikuasai bayi sebelum bisa bicara.</div>
<br />
<div align="justify">
Lewat tangisanlah, bayi mengutarakan keinginan dan kebutuhannya. Jadi saya tak heran atau terganggu lagi jika si kecil menghabiskan banyak waktu untuk aktivitas ini. Namun, tentu saja saya juga harus siaga. Susu harus selalu tersedia, begitu juga kebutuhan lainnya seperti pakaiannya. Karena jika si kecil bangun dan menangis itu tandanya dia minta susu, pipis, atau buang air besar.</div>
<br />
<div align="justify">
Setiap kali si kecil terbangun, saya selalu melirik jam, melihat bahwa waktu demi waktu telah berlalu. <a class="zem_slink" href="http://maps.google.com/maps?ll=46.7792,23.9642&spn=1.0,1.0&q=46.7792,23.9642%20(Suatu)&t=h" rel="geolocation" target="_blank" title="Suatu">Suatu</a> kali pernah saya shalat subuh saat sudah mendekati jam enam pagi karena masih mengurusi kebutuhan si kecil. Dan pernah juga terjadi, shalat subuh saya sudah tepat waktu, tetapi baru saja hendak bertakbir, si kecil sudah terbangun dan menangis hingga dengan buru-buru saya meraih botol susu dan memberinya minum sambil berbaring disampingnya. Si kecil terdiam dan tidur kembali. Tak sadar saya pun ikut tertidur di sampingnya.</div>
<br />
<div align="justify">
Hal ini berlangsung non stop selama 3 bulan. Namun anehnya, saya tidak merasa capek. Kalaupun ada sedikit rasa letih, maka rasa itu akan hilang begitu saja ketika si kecil bangun menyambut pagi hari dengan mengangkat kepalanya dan menatap saya sambil tersenyum ikhlas.</div>
<br />
<div align="justify">
Setiap pagi, setelah menitipkan si kecil pada kerabat, saya menjemput dan mengantar istri ke rumah. Barulah kemudian saya berangkat ke kantor mengendarai sepeda motor. Tentu saja dengan kehati-hatian ekstra. Bukan apa-apa, sebab saya masih mengantuk!</div>
<br />
<div align="justify">
Setibanya di kantor sebuah media <a class="zem_slink" href="http://en.wikipedia.org/wiki/Islam" rel="wikipedia" target="_blank" title="Islam">Islam</a>, saya berhadapan dengan saat naik cetak. Maka tak ayal, saya harus rela menatap layar komputer selama lebih dari 9 jam hari itu.</div>
<br />
<div align="justify">
Begitupun, alhamdulillah semua masalah itu bisa teratasi. Bahkan, saat mengingat kelucuan dan senyum si kecil, tidak jarang saya suka tersenyum sendiri di depan layar komputer. Senyuman si bayi memang hanya sebentar, tapi saya selalu mengingatnya dalam hati. Luar biasa, senyum si kecil bagaikan penyejuk hati dan pemompa semangat dalam mencari nafkah.</div>
<br />
<div align="justify">
Saat baru satu malam saja saya menjaga si kecil, saya sudah berpikir, mungkin itulah alasannya mengapa surga itu berada di bawah telapak kaki Ibu. Lalu bagimana dengan menjaga, merawat anak dan keluarga selama 3 bulan, setahun, bertahun-tahun?</div>
<br />
<div align="justify">
Terbayang pula di benak saya sosok ibu yang menghabiskan waktu 24 jam setiap hari untuk merawat bayi. Ia menyusui, menjaga dari segala gangguan, mengganti popok, mendekapnya bila menangis dan masih banyak lagi tugas yang harus dilakukannya. Barangkali surga itu tak hanya berada di telapak kakinya saja melainkan di seluruh tubuhnya.</div>
<br />
<div align="justify">
Bila kita mau berpikir dan merasakan betapa beratnya pekerjaan menjadi ibu rumahtangga, tentu akan timbul kesadaran untuk menghormati, menghargai dan menyangi istri kita karena tugas yang diembannya.</div>
<br />
<div align="justify">
Maka kini saya semakin berempati dengan beratnya pekerjaan menjadi ibu rumahtangga. Semakin dalam pula kesadaran saya untuk menghargai dan menyayangi istri, karena tugas yang diembannya ternyata bukanlah sebuah tugas yang ringan.</div>
<br />
<div align="justify">
</div>
<br />
<div align="justify">
</div>
<br />
<div align="justify">
sumber: internet</div>
<br />
<div align="justify">
<img alt="" class="aligncenter" height="300" src="http://datastudi.files.wordpress.com/2009/12/datastudi_ridho_.jpg" width="400" /></div>
</div>
Adminhttp://www.blogger.com/profile/09854312881608681963noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7559028441707881115.post-62977544108626997742022-03-30T17:00:00.000+08:002022-03-30T17:00:00.155+08:00Pemberian Terbaik<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: justify;">
<a href="http://datastudi.files.wordpress.com/2009/12/datastudi_ridho_.jpg?w=153&h=114" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="" border="0" class="alignleft" height="115" src="http://datastudi.files.wordpress.com/2009/12/datastudi_ridho_.jpg?w=153&h=114" width="153" /></a><a class="zem_slink" href="http://maps.google.com/maps?ll=46.7792,23.9642&spn=1.0,1.0&q=46.7792,23.9642%20(Suatu)&t=h" rel="geolocation" target="_blank" title="Suatu">Suatu</a> ketika, hiduplah seorang petani bersama keluarganya. Mereka menetap di sebuah kerajaan yang besar, dengan raja yang adil dan bijaksana. Beruntunglah siapa saja yang tinggal disana. Tanahnya subur, keadaannya <a class="zem_slink" href="http://en.wikipedia.org/wiki/Pun" rel="wikipedia" target="_blank" title="Pun">pun</a> aman dan sentosa. Semuanya hidup berdampingan, tanpa pernah mengenal perang ataupun bencana.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setiap pagi, sang petani selalu pergi ke sawah. Tak lupa ia membawa bajak dan kerbau peliharaannya. Walaupun sudah tua, namun bajak dan kerbau itu selalu setia menemaninya bekerja. Sisi-sisi kayu dan garu bajak itu tampak mengelupas, begitupun kerbau yang sering tampak letih jika bekerja terlalu lama. "Inilah hartaku yang paling berharga", demikian gumam petani itu dalam hati, sembari melayangkan pandangannya ke arah bajak dan kerbaunya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<a name='more'></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<br />
<a href="http://www.blogger.com/null" name="more"></a>Tak seperti biasa, tiba-tiba ada serombongan pasukan yang datang menghampiri petani itu. Tampak pemimpin pasukan yang maju, lalu berkata, "Berikan bajak dan kerbaumu kepada kami. "Ini perintah <a class="zem_slink" href="http://en.wikipedia.org/wiki/Raja" rel="wikipedia" target="_blank" title="Raja">Raja</a>!". Suara itu terdengar begitu keras, mengagetkan petani itu yang tampak masih kebingungan.<br />
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Petani itu lalu menjawab, "Untuk apa, sang Raja menginginkan bajak dan kerbauku? "Ini adalah hartaku yang paling berharga, bagaimana aku bisa bekerja tanpa itu semua. Petani itu tampak menghiba, memohon agar diberikan kesempatan untuk tetap bekerja. "Tolonglah, kasihani anak dan istriku...berilah kesempatan sampai besok. Aku akan membicarakan dengan keluargaku..."<br />
Namun, pemimpi pasukan berkata lagi, "Kami hanya menjalankan perintah dari Baginda. Terserah, apakah kau mau menjalankannya atau tidak. Namun, ingatlah, kekuasaannya sangat kuat. "Petani semacam kau tak akan mampu melawan perintahnya." Akhirnya, pasukan itu berbalik arah, dan kembali ke arah istana.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Di malam hari, petani pun menceritakan kejadian itu dengan keluarganya. Mereka tampak bingung dengan keadaan ini. Hati bertanya-tanya, "Apakah baginda sudah mulai kehilangan kebijaksanaannya? Kenapa baginda tampak tak melindungi rakyatnya dengan mengambil bajak dan kerbau kita? Gundah, dan resah melingkupi keluarga itu. Namun, akhirnya, mereka hanya bisa pasrah dan memilih untuk menyerahkan kedua benda itu kepada raja.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Keesokan pagi, sang petani tampak pasrah. Bersama dengan bajak dan kerbaunya, ia melangkah menuju arah istana. Petani itu ingin memberikan langsung hartanya yang paling berharga itu kepada Raja. Tibalah ia di halaman <a class="zem_slink" href="http://maps.google.com/maps?ll=1.30777777778,103.843055556&spn=0.01,0.01&q=1.30777777778,103.843055556%20(Istana%20%28Singapore%29)&t=h" rel="geolocation" target="_blank" title="Istana (Singapore)">Istana</a>, dan langsung di terima Raja. "Baginda, hamba hanya bisa pasrah. Walaupun hamba merasa sayang dengan harta itu, namun hamba ingin membaktikan diri kepada Baginda. Duli <a class="zem_slink" href="http://en.wikipedia.org/wiki/Paduka" rel="wikipedia" target="_blank" title="Paduka">Paduka</a>, terimalah pemberian ini...."</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Baginda Raja tersenyum. Sambil menepuk kedua tangannya, ia tampak memanggil pengawal. "Pengawal, buka selubung itu!! Tiba-tiba,terkuaklah selubung di dekat taman. Ternyata, disana ada sebuah bajak yang baru dan kerbau yang gemuk. Kayu-kayu bajak itu tampak kokoh, dengan urat-urat kayu yang mengkilap. Begitupun kerbau, hewan itu begitu gemuk, dengan kedua kaki yang tegap.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sang Petani tampak kebingungan. Baginda mulai berbicara, "Sesungguhnya, aku telah mengenal dirimu sejak lama. Dan aku tahu kau adalah petani yang rajin dan baik. Namun, aku ingin mengujimu dengan hal ini. Ternyata, kau memang benar-benar hamba yang baik. Engkau rela memberikan hartamu yang paling berharga untukku. Maka, terimalah hadiah dariku. Engkau layak menerimanya...."</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Petani itu pun bersyukur dan ia pun kembali pulang dengan hadiah yang sangat besar, buah kebaikan dan baktinya pada sang Raja.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<a class="zem_slink" href="http://en.wikipedia.org/wiki/Yemenite_Jews" rel="wikipedia" target="_blank" title="Yemenite Jews">Teman</a>, bisa jadi, tak banyak orang yang bisa berlaku seperti petani tadi. <a class="zem_slink" href="http://maps.google.com/maps?ll=35.5248611111,24.0561666667&spn=0.01,0.01&q=35.5248611111,24.0561666667%20(Chania)&t=h" rel="geolocation" target="_blank" title="Chania">Hanya</a> sedikit orang yang mau memberikan harta yang terbaik yang dimilikinya kepada yang lain. Namun, petani tersebut adalah satu dari orang-orang yang sedikit itu. Dan ia, memberikan sedikit pelajaran buat kita.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sesungguhnya, <a class="zem_slink" href="http://en.wikipedia.org/wiki/Allah" rel="wikipedia" target="_blank" title="Allah">Allah</a> sering meminta kita memberikan terbaik yang kita punya untuk-Nya. Allah, sering memerintahkan kita untuk mau menyampaikan yang paling berharga, hanya ditujukan pada-Nya. <a class="zem_slink" href="http://maps.google.com/maps?ll=36.5211111111,46.2088888889&spn=0.1,0.1&q=36.5211111111,46.2088888889%20(Bukan)&t=h" rel="geolocation" target="_blank" title="Bukan">Bukan</a>, bukan karena Allah butuh semua itu, dan juga bukan karena Allah kekurangan. Namun karena sesungguhnya Allah Maha Kaya, dan Allah sedang menguji setiap hamba-Nya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Allah sedang menguji, apakah hamba-Nya adalah bagian dari orang-orang yang beriman dan mau bersyukur. Allah sedang menguji, apakah ada dari hamba-hamba-Nya yang mau menafkahkan harta di jalan-Nya. Dan Allah, pasti akan memberikan balasan atas upaya itu dengan pemberian yang tak akan kita bayangkan. <a class="zem_slink" href="http://en.wikipedia.org/wiki/Imbal" rel="wikipedia" target="_blank" title="Imbal">Imbalan</a> dan pahala yang akan kita terima, sesungguhya akan mampu membuat kita paham, bahwa Allah memang Maha Pemberi Kemuliaan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dan teman, mari kita berikan yang terbaik yang kita punya kepada-Nya. Marilah kita tujukan waktu, kerja dan usaha kita yang terbaik hanya kepada-Nya. Karena sesungguhnya memang, kita tak akan pernah menyadari balasan apa yang akan kita terima atas semua itu.<br />
Allah selalu punya banyak cara-cara rahasia untuk memberikan kemuliaan bagi hamba-Nya. Dan Dia akan selalu memberikan pengganti yang lebih baik untuk semua yang ikhlas kita berikan pada-Nya</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
sumber: internet</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<img alt="" class="aligncenter" height="300" src="http://datastudi.files.wordpress.com/2009/12/datastudi_ridho_.jpg" width="400" /></div>
</div>
Adminhttp://www.blogger.com/profile/09854312881608681963noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7559028441707881115.post-57851830413334343242021-03-30T17:05:00.000+08:002021-03-30T17:05:00.216+08:00Raja Sehari<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: justify;">
<a href="http://datastudi.files.wordpress.com/2009/12/datastudi_ridho_.jpg?w=153&h=114" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="" border="0" class="alignleft" height="115" src="http://datastudi.files.wordpress.com/2009/12/datastudi_ridho_.jpg?w=153&h=114" width="153" /></a>Pernah hidup seorang Raja tua yang sangat bijaksana, memerintah sebuah negeri yang aman tenteram <a class="zem_slink" href="http://en.wikipedia.org/wiki/Dan_%28rank%29" rel="wikipedia" target="_blank" title="Dan (rank)">dan</a> makmur sentosa. <a class="zem_slink" href="http://maps.google.com/maps?ll=46.7792,23.9642&spn=1.0,1.0&q=46.7792,23.9642%20(Suatu)&t=h" rel="geolocation" target="_blank" title="Suatu">Suatu</a> malam, Raja tua dan pembantunya berkeliling kota dan menemukan sebuah gubug yang kumuh.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Raja tua mengendap mendekati gubug itu dan mencuri dengar. Rupanya gubug itu dihuni oleh seorang janda miskin beranak satu. Sang anak menangis kelaparan,sementara sang Ibu sibuk menghibur si anak. "Sabarlah nak. Ibu akan menghadap Raja besok. Ibu dengar dia Raja yang murah hati. Dia pasti akan memberikan makanan bagi kita".</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<a name='more'></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<br />
<a href="http://www.blogger.com/null" name="more"></a>Raja tua terenyuh hatinya dan memanggil sang pembantu, "Jika mereka sudah tidur, ambil anaknya dan letakkan di tempat tidurku. Besok, aku ingin dia menjadi Raja selama satu hari. Sehingga saat Ibunya datang menghadap, dia bisa memberikan sebanyak apapun harta kekayaan istanaku kepada ibunya."<br />
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Si anak bangun tidur di kamar Raja yang mewah. Para pelayan istana memberikan penghormatan kepada si anak, selayaknya seorang Raja. Mereka melayani dia dari keperluan mandi hingga sarapan. <a class="zem_slink" href="http://en.wikipedia.org/wiki/Persian_language" rel="wikipedia" target="_blank" title="Persian language">Dari</a> pagi hingga siang, si anak bermain-main dengan para Pangeran dan Putri istana. <a class="zem_slink" href="http://en.wikipedia.org/wiki/Semuanya" rel="wikipedia" target="_blank" title="Semuanya">Semuanya</a> menghormati dia selayaknya seorang Raja. Si anak mulai berpikir bahwa dia akan seterusnya tinggal di istana sebagai seorang Raja. Dia mulai menikmati segala kemewahan disekelilingnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tiba saatnya Raja <a class="zem_slink" href="http://en.wikipedia.org/wiki/Duduk" rel="wikipedia" target="_blank" title="Duduk">duduk</a> di ruang sidang, memutuskan masalah rakyat. Disamping singgasana Raja, duduk Penasihat Agung Kerajaan, yang tiada lain adalah Raja tua yang asli. Satu demi satu Raja memutuskan urusan rakyat dengan bijaksana, atas saran bijak Penasihat Agung. Hingga tiba giliran sang Ibu yang miskin untuk menghadap. Malu, sang Ibu hanya tertunduk, tidak berani memandang Raja. Tapi Raja dapat mengenali Ibunya. Usai mendengarkan penuturan ibunya, Raja memerintahkan untuk memberikan dua karung gandum dan sepuluh keping uang emas kepada ibunya. Penasihat Agung dan pembesar lainnya terkejut.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Yang Mulia," tegur Penasihat Agung. "Kekayaan istana ini sungguh tidak terbatas. Kita bisa memberikan lebih banyak lagi."</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Yang Mulia," Menteri Pangan bangkit dari kursinya. "Menurut perhitungan hamba, jika Tuanku menyerahkan 1000 lumbung padi sekalipun, negara masih memiliki kelimpahan yang tidak terbatas. Saran hamba, berikanlah lebih dari itu."</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Tuanku," <a class="zem_slink" href="http://en.wikipedia.org/wiki/Bendahara" rel="wikipedia" target="_blank" title="Bendahara">Bendahara</a> Negeri ikut menimpali. "Menurut hitungan hamba, jika Tuanku mengeluarkan seluruh persediaan emas negara untuk Ibu ini, negara masih tetap kaya karena bulan depan kita akan memperoleh pendapatan emas dua kali lipat dari hari ini. Saran hamba, berikanlah lebih dari itu."</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Demikianlah, Penasihat Agung dan satu demi satu pembesar kerajaan mencoba membujuk Raja untuk memberikan lebih kepada Ibunya. Tetapi Raja tidak perduli. Dia bahkan marah dengan usulan-usulan yang dianggap mempertanyakan otoritasnya itu. Sang Ibu yang miskin akhirnya pulang dengan dua karung gandum dan sepuluh keping uang emas.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ketika matahari tenggelam, si anak tertidur kelelahan. Raja tua berkata kepada pembantunya, "Aku telah menggenapi janjiku untuknya. Kembalikan lagi dia ke rumah Ibunya." Sang anak terbangun kembali di gubugnya. Dia pikir dia baru bermimpi. Namun dia terkejut mendengar cerita Ibunya. Si anak segera menyadari kesalahannya, dan berlari ke istana menemui Raja tua.<br />
"Yang Mulia, ampuni hamba. <a class="zem_slink" href="http://maps.google.com/maps?ll=45.85,24.1666666667&spn=0.1,0.1&q=45.85,24.1666666667%20(%C5%9Eura%20Mare)&t=h" rel="geolocation" target="_blank" title="Şura Mare">Hamba</a> kini menyadari maksud Baginda. Hamba mohon, kembalikan hamba menjadi Raja, agar hamba bisa memberikan lebih kepada Ibu hamba."</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Tidak bisa," kata Raja.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Satu menit saja, Yang Mulia. Sekedar memerintahkan untuk memberikan lebih kepada ibunda hamba."</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Anakku," kata Raja. "Waktumu telah berlalu. Apa yang telah engkau berikan untuk ibumu, itulah yang akan engkau nikmati."</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
* * *</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>" Dan berikanlah peringatan kepada manusia terhadap hari (yang pada waktu itu) datang azab kepada mereka, maka berkatalah orang-orang yang zalim: "Ya Rabb kami, beri tangguhlah kami (kembalikan kami ke dunia) walaupun dalam waktu yang sedikit, niscaya kami akan mematuhi seruan Engkau dan akan mengikuti rasul-rasul".(Kepada mereka dikatakan): "Bukankah kamu telah bersumpah dahulu (di dunia) bahwa sekali-kali kamu tidak akan binasa?"(<a class="zem_slink" href="http://en.wikipedia.org/wiki/Quran" rel="wikipedia" target="_blank" title="Quran">Al-Quran</a> S. 14:44) </i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Semoga kita semua tidak tertipu seperti anak itu, yang mengira dia akan menjadi Khalifah / Raja selamanya di atas dunia.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
sumber: internet</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<img alt="" class="aligncenter" height="300" src="http://datastudi.files.wordpress.com/2009/12/datastudi_ridho_.jpg" width="400" /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
Adminhttp://www.blogger.com/profile/09854312881608681963noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7559028441707881115.post-89010081284371818422020-03-30T17:07:00.000+08:002020-03-30T17:07:00.380+08:00Sang Guru<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div align="justify">
<a href="http://datastudi.files.wordpress.com/2009/12/datastudi_ridho_.jpg?w=153&h=114" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="" border="0" class="alignleft" height="115" src="http://datastudi.files.wordpress.com/2009/12/datastudi_ridho_.jpg?w=153&h=114" width="153" /></a>Tergagap aku. Itu kali pertama aku berdiri didepan makammu. Semua doanya kuhafal. Tetap saja aku tergagap. <a class="zem_slink" href="http://maps.google.com/maps?ll=35.5248611111,24.0561666667&spn=0.01,0.01&q=35.5248611111,24.0561666667%20(Chania)&t=h" rel="geolocation" target="_blank" title="Chania">Hanya</a> butir-butir waktu seribu lima ratus tahun yang terangkai-rangkai dalam untaian tali di pelataran kalbu. Sebab serumulah yang membawaku kesini.</div>
<br />
<div align="justify">
Berdirilah, saudaraku! Beri hormat <a class="zem_slink" href="http://en.wikipedia.org/wiki/Pada_%28foot%29" rel="wikipedia" target="_blank" title="Pada (foot)">pada</a> lelaki ini. Berdirilah! Ucapkan selawat untuknya. Dialah tuan seluruh anak cucu <a class="zem_slink" href="http://en.wikipedia.org/wiki/Adam" rel="wikipedia" target="_blank" title="Adam">Adam</a>. Dialah pemimpin semua nabi dan rasul. Dialah yang hadir di penghujung sejarah <a class="zem_slink" href="http://en.wikipedia.org/wiki/Parsi" rel="wikipedia" target="_blank" title="Parsi">Parsi</a> dan Romawi, waktu kedua imperium itu mendekati jurang. Dialah yang menyelamatkan umat manusia dari kehancuran.</div>
<div align="justify">
<br />
<a href="http://www.blogger.com/null" name="more"></a>Dialah sang guru. Coba cari semua sisi kepahlawanan pada semua pahlawan yang pernah mengisi ruang sejarah. Kumpulkan semuanya. Nanti kau temukan semua itu dalam diri sang guru yang terbaring tenang di hadapanku ini : kebaikan yang berserakan pada seluruh pahlawan menyatu ajek dalam dirinya sendiri.<br />
<br /></div>
<br />
<div align="justify">
Sendiri pada mulanya ia menyeru. Lalu ada lebih seratur ribu sahabat yang ia tinggalkan saat <a class="zem_slink" href="http://en.wikipedia.org/wiki/Glossary_of_Islam" rel="wikipedia" target="_blank" title="Glossary of Islam">wafat</a>. Sendiri pada mulanya ia melawan. Lantas ada enam puluh delapan pertempuran yang ia komandani. Tak punya apa-apa ia saat lahir. Lalu ada kekuasaan yang meliputi seluruh jazirah <a class="zem_slink" href="http://en.wikipedia.org/wiki/Arab_people" rel="wikipedia" target="_blank" title="Arab people">Arab</a> yang ia wariskan saat wafat.</div>
<br />
<div align="justify">
Tapi apa yang lebih agung dari itu adalah seruannya : sampai juga akhirnya cahaya itu kepada kita. Sekarang ada lebih dari satu koma tiga milyar manusia muslim yang menyebur namanya setiap saat. Seperti kakeknya, Ibrahim, yang pernah berdoa : hadirkanlah segenap jiwa mukmun ke rumah-Mu ini ya <a class="zem_slink" href="http://en.wikipedia.org/wiki/Allah" rel="wikipedia" target="_blank" title="Allah">Allah</a>! Seperti itu juga ia berseru : jumlahmu yang banyak itulah kebanggaanku di hari kiamat.</div>
<br />
<div align="justify">
Cintalah itu sebabnya. Ia mencintai semua manusia. Ia mau melakukan apapun untuk menghadirkan damai, selamat, dan bahagia bagi manusia. Cintalah yang membuatnya mampu menampung segala keluh dalam hatinya. Di hatinya yang lapang kau boleh menumpahkan semua keluh dan harapanmu. Makin lama kau di sisinya, makin dalam cintamu padanya. Waktulah yang membuka tabir keagungannya satu-satu padamu.</div>
<br />
<div align="justify">
Mungkin bukan itu benar yang membuatnya jadi teramat agung. <a class="zem_slink" href="http://www.adaic.org/" rel="homepage" target="_blank" title="Ada (programming language)">Ada</a> yang lebih agung dari sekadar itu. Dia bukan hanya hebat. <a class="zem_slink" href="http://maps.google.com/maps?ll=36.5211111111,46.2088888889&spn=0.1,0.1&q=36.5211111111,46.2088888889%20(Bukan)&t=h" rel="geolocation" target="_blank" title="Bukan">Bukan</a> hanya pahlawan. Dia juga melahirkan banyak pahlawan. Dia tidak hanya menjadi sesuatu. Dia juga menjadikan orang lain di sekitarnya sesuatu. Orang lain hanya jadi pahlawan. Orang-orang di sekelilingnya hanya mencatat kepahlawanannya. Mereka tidak jadi apa-apa.</div>
<br />
<div align="justify">
Bangkit di tengah orang-orang buta huruf, berserakan, nomaden, tidaklah mudah meyakinkan mereka menerima cahaya yang ia bawa. Menyatukan mereka apalagi. Menjadikan mereka pemimpin apa lagi. Tapi begitulah kejadiannya : ia merakit kembali kepribadian mereka. Menyatukan mereka. Lalu jadilah para penggembala kambing itu pemimpin-pemimpin dunia. Pada mulanya adalah embun. Laut kemudian akhirnya. <a class="zem_slink" href="http://en.wikipedia.org/wiki/Persian_language" rel="wikipedia" target="_blank" title="Persian language">Dari</a> embun ke laut : terbentang riwayat kepahlawanan yang agung. Takkan terulang, takkan terulang....</div>
<br />
<div align="justify">
</div>
<br />
<div align="justify">
</div>
<br />
<div align="justify">
sumber: internet</div>
<br />
<div align="justify">
<img alt="" class="aligncenter" height="300" src="http://datastudi.files.wordpress.com/2009/12/datastudi_ridho_.jpg" width="400" /></div>
</div>
Adminhttp://www.blogger.com/profile/09854312881608681963noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7559028441707881115.post-90208468930860841582019-03-30T17:08:00.000+08:002019-03-30T17:08:00.275+08:00Senyum..<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div align="justify">
<a href="http://datastudi.files.wordpress.com/2009/12/datastudi_ridho_.jpg?w=153&h=114" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="" border="0" class="alignleft" height="115" src="http://datastudi.files.wordpress.com/2009/12/datastudi_ridho_.jpg?w=153&h=114" width="153" /></a>Pada dasarnya, semua orang bisa tersenyum, namun kadangkala karena ketidakseimbangan baik fisik apalagi mental membuat sebagian orang sulit untuk tersenyum. Dalam ajaran <a class="zem_slink" href="http://en.wikipedia.org/wiki/Islam" rel="wikipedia" target="_blank" title="Islam">Islam</a>, tersenyum dianggap sebagai suatu ibadah, <a class="zem_slink" href="http://en.wikipedia.org/wiki/Apostle_%28Islam%29" rel="wikipedia" target="_blank" title="Apostle (Islam)">Rasulullah</a> saw bersabda, "Senyummu kepada saudaramu adalah sedekah," (HR <a class="zem_slink" href="http://en.wikipedia.org/wiki/Muslim" rel="wikipedia" target="_blank" title="Muslim">Muslim</a>).</div>
<br />
<div align="justify">
Senyum adalah sedekah, karena orang yang tersenyum adalah orang yang mampu memberikan rasa aman <a class="zem_slink" href="http://en.wikipedia.org/wiki/Dan_%28rank%29" rel="wikipedia" target="_blank" title="Dan (rank)">dan</a> rasa persahabatan <a class="zem_slink" href="http://en.wikipedia.org/wiki/Pada_%28foot%29" rel="wikipedia" target="_blank" title="Pada (foot)">pada</a> orang lain. Senyum juga menggambarkan karakter kondisi si pemberi senyum bahwa ia mempunyai sifat lembut, ramah, dan bersahaja. Untuk memotivasi para sahabat, suatu hari Rasulullah saw berpesan, "Janganlah kalian menganggap remeh kebaikan itu, walaupun itu hanya bermuka cerah pada orang lain," (HR Muslim).</div>
<div align="justify">
<br />
<a href="http://www.blogger.com/null" name="more"></a>Orang yang selalu bermuka cerah, tentu akan mendapat tempat dan disukai oleh banyak orang, sebaliknya orang yang hanya cemberut saja, mudah tersinggung dan marah akan dijauhi banyak orang. Kondisi yang terakhir justru akan merusak keseimbangan fisik, tekanan darah naik, detak jantung tidak menentu dan lekas tua. Dalam dunia kesehatan ditemukan bahwa orang yang tersenyum, tertawa tidak berlebihan, membuat jasmaninya sehat terutama dapat mengendorkan ketegangan otot wajah, wajahnya selalu terlihat berseri dan indah dipandang.<br />
<br /></div>
<br />
<div align="justify">
Secara filosofi, senyum adalah ekspresi optimisme dan harapan. Sedangkan marah adalah ekspresi keputusasaan dan ketidaksabaran. Senyum adalah sikap membangun, marah adalah sikap merusak. Menyikapi kondisi carut-marut bangsa ini, layaklah kita tersenyum. Sikap marah hanya akan memperkeruh kondisi, kemarahan bisa berbuah dendam, bisa menyulut pertikaian, bisa mengubur ukhuwah. Ringkasnya, marilah tersenyum dan hindari marah. "Orang yang pantas dipuji ialah orang yang masih sanggup tersenyum dalam keadaan serba menyayat memilukan hati" (Ella W Wilcox). Waallahu 'alam.</div>
<br />
<div align="justify">
</div>
<br />
<div align="justify">
</div>
<br />
<div align="justify">
sumber: internet</div>
<br />
<div align="justify">
<img alt="" class="aligncenter" height="300" src="http://datastudi.files.wordpress.com/2009/12/datastudi_ridho_.jpg" width="400" /></div>
<br />
<div align="justify">
</div>
<br />
</div>
Adminhttp://www.blogger.com/profile/09854312881608681963noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7559028441707881115.post-77486613394795589362018-03-30T17:09:00.001+08:002020-08-16T09:48:47.772+08:00Sepucuk Surat dari Seorang Ayah<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div align="justify">
<a href="http://datastudi.files.wordpress.com/2009/12/datastudi_ridho_.jpg?w=153&h=114" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="" border="0" class="alignleft" height="115" src="http://datastudi.files.wordpress.com/2009/12/datastudi_ridho_.jpg?w=153&h=114" width="153" /></a>Aku tuliskan surat ini atas kerinduanku yang besarnya hanya <a class="zem_slink" href="http://en.wikipedia.org/wiki/Allah" rel="wikipedia" target="_blank" title="Allah">Allah</a> yang tahu. </div>
<br />
<div align="justify">
Nak, menjadi ayah itu indah dan mulia. Besar kecemasanku menanti kelahiranmu dulu belum hilang hingga saat ini. Kecemasan yang indah karena ia didasari sebuah cinta. Sebuah cinta yang telah terasakan bahkan ketika yang dicintai belum sekalipun kutemui.</div>
<div align="justify">
<br />
<a href="http://www.blogger.com/null" name="more"></a>Nak, menjadi ayah itu mulia. Bacalah sejarah Nabi-Nabi dan <a class="zem_slink" href="http://en.wikipedia.org/wiki/Apostle_%28Islam%29" rel="wikipedia" target="_blank" title="Apostle (Islam)">Rasul</a> dan temukanlah betapa nasehat yang terbaik itu dicatat dari dialog seorang ayah dengan anak-anaknya.<br />
<br /></div>
<br />
<div align="justify">
Meskipun demikian, ketahuilah Nak, menjadi ayah itu berat dan sulit. Tapi kuakui, betapa sepanjang <a class="zem_slink" href="http://en.wikipedia.org/wiki/Masa" rel="wikipedia" target="_blank" title="Masa">masa</a> kehadiranmu di sisiku, aku seperti menemui keberadaanku, makna keberadaanmu, dan makna tugas kebapakanku terhadapmu. Sepanjang masa keberadaanmu adalah salah satu masa terindah dan paling aku banggakan di depan siapapun. Bahkan dihadapan Tuhan, ketika aku duduk berduaan berhadapan dengan Nya, hingga saat usia senja ini.</div>
<br />
<div align="justify">
Nak, saat pertama engkau hadir, kucium dan kupeluk engkau sebagai buah cintaku dan ibumu. Sebagai bukti, bahwa aku dan ibumu tak lagi terpisahkan oleh apapun jua. Tapi seiring waktu, ketika engkau suatu kali telah mampu berkata: "TIDAK", timbul kesadaranku siapa engkau sesungguhnya. Engkau bukan milikku, atau milik ibumu Nak. Engkau lahir bukan karena cintaku dan cinta ibumu. Engkau adalah milik Tuhan. Tak ada hakku menuntut pengabdian darimu. Karena pengabdianmu semata-mata seharusnya hanya untuk Tuhan.</div>
<br />
<div align="justify">
Nak, sedih, pedih dan terhempaskan rasanya menyadari siapa sebenarnya aku dan siapa engkau. Dan dalam waktu panjang di malam-malam sepi, kusesali kesalahanku itu sepenuh -penuh air mata dihadapan Tuhan. Syukurlah, penyesalan itu mencerahkanku.</div>
<br />
<div align="justify">
Sejak saat itu Nak, satu-satunya usahaku adalah mendekatkanmu kepada pemilikmu yang sebenarnya. Membuatmu senantiasa berusaha memenuhi keinginan pemilikmu. Melakukan segala sesuatu karena Nya, bukan karena kau dan ibumu. Tugasku bukan membuatmu dikagumi orang lain, tapi <a class="zem_slink" href="http://en.wikipedia.org/wiki/Agar" rel="wikipedia" target="_blank" title="Agar">agar</a> engkau dikagumi dan dicintai Tuhan.</div>
<br />
<div align="justify">
Inilah usaha terberatku Nak, karena artinya aku harus lebih dulu memberi contoh kepadamu dekat dengan Tuhan. Keinginanku harus lebih dulu sesuai dengan keinginan Tuhan. Agar perjalananmu mendekati Nya tak lagi terlalu sulit.</div>
<br />
<div align="justify">
Kemudian, kitapun memulai perjalanan itu berdua, tak pernah engkau kuhindarkan dari kerikil tajam dan lumpur hitam. Aku cuma menggenggam jemarimu dan merapatkan jiwa kita satu sama lain. Agar dapat kau rasakan perjalanan ruhaniah yang sebenarnya.</div>
<br />
<div align="justify">
Saat engkau mengeluh letih berjalan, kukuatkan engkau karena kita memang tak boleh berhenti. Perjalanan mengenal Tuhan tak kenal letih dan berhenti, Nak. Berhenti berarti mati, inilah kata-kataku tiap kali memeluk dan menghapus air matamu, ketika engkau hampir putus asa.</div>
<br />
<div align="justify">
Akhirnya Nak, kalau nanti, ketika semua manusia dikumpulkan di hadapan Tuhan, dan kudapati jarakku amat jauh dari Nya, aku akan ikhlas. Karena seperti itulah aku di dunia. Tapi, kalau boleh aku berharap, aku ingin saat itu aku melihatmu dekat dengan Tuhan. Aku akan bangga Nak, karena itulah bukti bahwa semua titipan bisa kita kembalikan kepada pemiliknya. <a class="zem_slink" href="http://en.wikipedia.org/wiki/Persian_language" rel="wikipedia" target="_blank" title="Persian language">Dari</a> ayah yang senantiasa merindukanmu.</div>
<br />
<div align="justify">
</div>
<br />
<div align="justify">
</div>
<br />
<div align="justify">
sumber: internet</div>
<br />
<div align="justify">
</div>
<br />
<div align="justify">
<img alt="" class="alignnone" height="300" src="http://datastudi.files.wordpress.com/2009/12/datastudi_ridho_.jpg" width="400" /></div>
</div>
Adminhttp://www.blogger.com/profile/09854312881608681963noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7559028441707881115.post-67928297650649473332017-03-30T17:12:00.000+08:002017-03-30T17:12:01.166+08:00Tetesan Air Mata<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div align="justify">
<a href="http://datastudi.files.wordpress.com/2009/12/datastudi_ridho_.jpg?w=153&h=114" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="" border="0" class="alignleft" height="115" src="http://datastudi.files.wordpress.com/2009/12/datastudi_ridho_.jpg?w=153&h=114" width="153" /></a>Pernah menangis? Pasti pernah ya, paling tidak sekali seumur hidup kita pasti menangis, yaitu saat dilahirkan. Saat itu uraian tetesan air di sudut mata menjadi kebahagiaan orang-orang yang mengasihi kita. Lalu, apakah air mata itu identik dengan kelemahan, bahkan kecengengan? Mungkin iya, tapi mungkin juga tidak. Air mata bisa juga menjadi berharga atau malah tidak berharga lho.</div>
<br />
<div align="justify">
Seseorang lelaki yang sesenggukan karena kekasihnya telah pergi meninggalkan dirinya, bisa jadi air mata saat itu tidak berharga sama sekali. Demikian juga uraian air mata seorang wanita yang 'mengorbankan harga dirinya' kepada <a class="zem_slink" href="http://en.wikipedia.org/wiki/Arjuna" rel="wikipedia" target="_blank" title="Arjuna">Arjuna</a>, Sang Pemetik Cinta, justru <a class="zem_slink" href="http://en.wikipedia.org/wiki/Pada_%28foot%29" rel="wikipedia" target="_blank" title="Pada (foot)">pada</a> saat cinta mereka sebenarnya belum diikat dengan ikatan suci, maka saat itu air mata hanyalah kesia-siaan.</div>
<div align="justify">
<br />
<a href="http://www.blogger.com/null" name="more"></a>Namun air mata juga bisa menjadi sangat berharga, bahkan sangat berharga. Di dunia, sebagai contoh, air mata bisa menjadi tema tulisan yang laku dijual dan menjadi tema yang tak pernah henti-hentinya mengalir ke benak banyak penulis.<br />
<br /></div>
<br />
<div align="justify">
Pernah tahu buku-buku yang pernah laris di Jepang? Di antara buku-buku terlaris itu adalah "Gotan Fumanzoku", karya autobiografis <a class="zem_slink" href="http://en.wikipedia.org/wiki/Hirotada_Ototake" rel="wikipedia" target="_blank" title="Hirotada Ototake">Hirotada Ototake</a>, seorang pria yang lahir tanpa kaki dan tangan namun tetap bersemangat dalam hidupnya, menamatkan studinya di Universitas <a class="zem_slink" href="http://maps.google.com/maps?ll=35.7092027778,139.719333333&spn=0.01,0.01&q=35.7092027778,139.719333333%20(Waseda%20University)&t=h" rel="geolocation" target="_blank" title="Waseda University">Waseda</a> dan pernah menjadi presenter berita olahraga di televisi.</div>
<br />
<div align="justify">
Ada pula buku yang lain, yaitu "Dakara Anata mo Ikinuite", sebuah autobiografi Mitsuyo Ohira, seorang wanita yang menjadi sasaran olok-olok ketika duduk di sekolah menengah. Ohira san pernah mencoba bunuh diri ketika remaja, menikah dengan seorang gangster pada usia enam belas tahun, bercerai, namun kemudian berhasil bangkit dari masa lalunya dan kini menjadi pengacara. Kisah-kisah haru seperti ini dan menguras air mata juga banyak diminati masyarakat pembaca di Jepang.</div>
<br />
<div align="justify">
Air mata memang ibarat hujan yang jatuh dari langit pada lahan hati yang tandus, gersang dan kering kerontang. Ia bisa melunakkan hati dan jiwa yang keras membatu, perlahan lunak dan menjadi peka terhadap lingkungan sosial.</div>
<br />
<div align="justify">
Dalam <a class="zem_slink" href="http://en.wikipedia.org/wiki/Islam" rel="wikipedia" target="_blank" title="Islam">Islam</a>, air mata sangat berharga nilainya saat penyesalan, kerinduan pada manusia-manusia yang tawadhu'. Menyiram kegersangan taman hati dan jiwa, serta qalbu yang gersang dengan berbagai nista hingga perlahan pupus, bagaikan debu-debu yang hanyut terbawa arus oleh butiran-butiran do'a yang dimunajatkan kepada-Nya.</div>
<br />
<div align="justify">
Mahal... sungguh sangat mahal harganya tetesan air mata yang mengalir saat khusuk menghadap-Nya, bahkan salah satu dari dua tetesan yang disukai <a class="zem_slink" href="http://en.wikipedia.org/wiki/Apostle_%28Islam%29" rel="wikipedia" target="_blank" title="Apostle (Islam)">Rasulullah</a> SAW adalah air mata yang mengalir karena rasa takut dan rindu kepada <a class="zem_slink" href="http://en.wikipedia.org/wiki/Allah" rel="wikipedia" target="_blank" title="Allah">Allah</a> <a class="zem_slink" href="http://www.eclipse.org/swt/" rel="homepage" target="_blank" title="Standard Widget Toolkit">SWT</a>. Beliau, kekasih Allah, merengguk, menumpahkan air mata karena penuh harap untuk berjumpa dengan-Nya. <a class="zem_slink" href="http://en.wikipedia.org/wiki/Abu_Bakar_of_Johor" rel="wikipedia" target="_blank" title="Abu Bakar of Johor">Abu Bakar</a> ash-Shidiq r.a. pun senantiasa sesegukan ketika menegakkan sholat.</div>
<br />
<div align="justify">
Seorang mujahid serta sekaligus mujaddid yang pernah hidup di dunia ini, <a class="zem_slink" href="http://en.wikipedia.org/wiki/Hassan_al-Banna" rel="wikipedia" target="_blank" title="Hassan al-Banna">Hasan al Banna</a> juga pernah menguraikan air matanya karena memikirkan ummat ini. Betapa sang mujahid menginginkan agar ummat mengetahui bahwa mereka lebih dicintai daripada dirinya sendiri, sesaat pun kami tidak akan pernah menjadi musuh kalian. Betapa bangganya beliau ketika jiwa-jiwa ini gugur sebagai penebus kehormatan mereka, atau menjadi harga bagi tegaknya kejayaan, kemuliaan dan terwujudnya cita-cita Islam. Rasa cinta yang mengharu-biru hati, menguasai perasaan bahkan mencabut rasa ngantuk di pelupuk mata hingga membuat beliau memeras air matanya. Air mata yang mengalir karena menyaksikan bencana yang mencabik-cabik ummat ini, sementara kita hanya sanggup menyerah pada kehinaan serta pasrah pada keputusasaan.</div>
<br />
<div align="justify">
Lalu, bagaimanakah dengan kita? Takkala kita lahir menangis, namun orang-orang di sekeliling kita tertawa bahagia karena menyambut kelahiran kita. Namun orang-orang yang kita tinggalkan menangis pilu saat kita tutup usia, saat itu apakah kita juga turut menangis ataukah tertawa bahagia karena akan berjumpa dengan Allah SWT? Adakah amal kita lebih banyak dari dosa yang kita lakukan selama hidup di dunia yang singkat ini? Adakah prestasi kita hanya lahir, hidup, mati, kemudian dilupakan orang, bahkan oleh orang-orang terdekat kita? Lalu setelah itu pasrah, rebah di bantalan tanah, cemas menanti pengadilan akhir yang pasti tiba.</div>
<br />
<div align="justify">
Ya akhi wa ukhti fillah, Semoga Allah SWT menjadikan air mata yang jatuh di sudut-sudut mata kita adalah air mata yang berharga dipandangan-Nya, hingga dapat membersihkan hati yang pekat ini untuk mudah disusupi cahaya Ilahi Rabbi. Semoga air mata ini kelak tidak menjadi tetesan darah karena letihnya kita berteriak dan mengetuk pintu surga yang telah tertutup rapat setelah pengadilan itu nanti.</div>
<br />
<div align="justify">
Sungguh, tetesan air mata di dunia ini adalah lebih baik bagi kita ketimbang menangis di akhirat nanti, menangislah sebelum datang hari dimana kita semua akan ditangisi, karena itu pasti terjadi.</div>
<br />
<div align="justify">
Ya Allah, yang manusia harus takuti Angkatlah kami dari lembah maksiat Sampai kami keluar dari dunia Tak bawa beban walau sebesar zarah.</div>
<br />
<div align="justify">
Wallahu alam bi showab.</div>
<br />
<div align="justify">
</div>
<br />
<div align="justify">
</div>
<br />
<div align="center">
<b><i>IKATLAH ILMU DENGAN MENULISKANNYA</i></b></div>
<br />
<div align="center">
<b><i>Al-Hubb Fillah wa Lillah</i></b></div>
<br />
<div align="justify">
</div>
<br />
<div align="justify">
</div>
<br />
<div align="justify">
</div>
<br />
<div align="justify">
sumber: internet</div>
<br />
<div align="justify">
</div>
<br />
<div align="justify">
<img alt="" class="alignnone" height="300" src="http://datastudi.files.wordpress.com/2009/12/datastudi_ridho_.jpg" width="400" /></div>
</div>
Adminhttp://www.blogger.com/profile/09854312881608681963noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7559028441707881115.post-34478886580369852072016-03-30T17:17:00.000+08:002016-03-30T17:17:16.825+08:00Usah Kau Lara Sendiri<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: justify;">
<a href="http://datastudi.files.wordpress.com/2009/12/datastudi_ridho_.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="" border="0" class="alignleft" height="114" src="http://datastudi.files.wordpress.com/2009/12/datastudi_ridho_.jpg" width="153" /></a>Kegelisahan, kedukaan dan airmata adalah bagian sketsa hidup di dunia ini. Tetesan airmata bermuara dari hati yang terselaputkan kegelisahan jiwa terkadang memilukan, hingga membuat keresahan dan kebimbangan. Kedukaan karena kerinduan yang teramat sangat dalam menyebabkan kepedihan yang memenuhi rongga dada, jiwa yang rapuh pun berkisah pada alam serta kehidupan, bertanya dimanakah pasangan jiwa berada. Lalu, hati menciptakan serpihan kegelisahan, bagaikan anak yang hilang dari ibunya di tengah keramaian.<br />
</div>
<div style="text-align: justify;">
Keinginan bertemu pasangan jiwa, bukankah itu sebuah fitrah? Semua itu hadir tanpa disadari sebelumnya hingga tanpa sadar telah menjadi bagian hidup yang tak terpisahkan. Sebuah kewajaran pula bahwa setiap wanita ingin menjadi seorang istri dan ibu yang baik ketimbang menjalani hidup dalam kesendirian. Dengan sentuhan kasih sayang dan belaiannya akan terbentuk jiwa-jiwa yang sholeh dan sholehah. Duhai... betapa mulianya kedudukan seorang wanita, apalagi bila ia seorang wanita beriman yang mampu membina dan menjaga keindahan Islami hingga memenuhi setiap sudut rumahtangganya.<br />
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Allah Subhanahu wa Ta'ala pun telah menciptakan wanita dengan segala keistimewaannya, hamil, melahirkan, menyusui hingga keta'atan dan memenuhi hak-hak suaminya laksana arena jihad fisabilillah. Karena itu, yakinkah batin ini tiada goresan saat melihat pernikahan wanita lain dibawah umurnya? Pernahkah kita menyaksikan kepedihan wanita yang berazam menjaga kehormatan diri hingga ia menemukan pasangan jiwanya? Dapatkah kita menggambarkan perasaannya yang merintih saat melihat kebahagiaan wanita lain melahirkan anak? Atau, tidakkah kita melihat kilas tatapan sedih mereka ketika melihat aqiqah anak kita?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Letih... sungguh amat letih jiwa dan raga, sendiri mengayuh biduk kecil dengan rasa hampa tanpa tahu kapankah berlabuh.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ukhti sholehah yang disayang Allah Subhanahu wa Ta'ala...</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam Islam, kehidupan manusia bukan hanya untuk dunia ini saja, ada dunia fana, pun ada akhirat. Memang, setiap manusia sudah diciptakan berpasangan, namun maksudnya tidak dibatasi hanya dunia fana ini saja. Jadi mungkin saja ada manusia yang jodohnya baru dipertemukan nanti di akhirat. Seseorang yang belum menemukan pasangan jiwanya di dunia fana ini, insya Allah akan dipertemukan di akhirat nanti, selama ia beriman dan bertaqwa serta sabar atas ujian-Nya yang telah menetapkan dirinya sebagai lajang di dunia fana.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Keresahan dan kegelisahan janganlah sampai merubah pandangan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Kalaulah rasa itu selalu menghantui, usah kau lara sendiri duhai ukhti, taqarrub-lah kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Kembalikan segala urusan hanya kepada-Nya, bukankah hanya Ia yang Maha Memberi dan Maha Pengasih. Ikhtiar, munajat serta untaian doa tiada habis-habisnya curahkanlah kepada Sang Pemilik Hati. Jangan membandingkan diri ini dengan wanita lain, karena Allah pasti memberikan yang terbaik untuk setiap hamba-Nya, meski ia tidak menyadarinya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Usahlah dirimu bersedih lalu menangis di penghujung malam karena tak kunjung usai memikirkan siapa kiranya pasangan jiwa, menangislah karena airmata permohonan kepada-Nya di setiap sujud. Jadikan hidup ini penuh dengan harapan baik kepada Sang Pemilik Jiwa, dan kesiapan menghadapi putaran waktu, hingga setiap gerak langkah serta helaan nafas bernilai ibadah kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Tausyiah-lah selalu batin dengan tarbiyah Ilahi hingga diri ini tidak sepi dalam keheningan. Bukankah kalau sudah saatnya tiba, jodoh itu tak akan lari kemana, karena sejak ruh telah menyatu dengan jasad ini, siapa pasangan jiwamu pun telah dituliskan-Nya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sabar dan sabarlah ukhti sholehah...</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Bukankah matahari akan selalu menghiasi pagi dengan kemewahan sinar keemasannya, malam pun masih indah dengan bintang gemintang keperakan, dan kicau bening burung malam selalu riang mencandai sang rembulan. Senyumlah, laksana senyum penuh pesona butir embun yang selalu setia melantunkan tasbih dan tahmid di kala subuh. Hapuslah airmata di pipi, hilangkan lara di hati hingga akan dirimu rasakan tak ada lagi gejolak keresahan, kegamangan atau pun kegelisahan, terimalah semua sebagai bagian dari perjalanan hidup, hingga dirimu temukan rahasia kehidupan bahwa semua ini adalah tanda kebesaran hati dan jiwa, semoga.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Wallahu alam bi showab</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><i>IKATLAH ILMU DENGAN MENULISKANNYA<br />Al-Hubb Fillah wa Lillah</i></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
sumber: Internet</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<img alt="" class="aligncenter" height="300" src="http://datastudi.files.wordpress.com/2009/12/datastudi_ridho_.jpg" width="400" /></div>
</div>
Adminhttp://www.blogger.com/profile/09854312881608681963noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7559028441707881115.post-28537068903936194592015-03-30T08:00:00.000+08:002015-03-30T08:00:01.885+08:00Jika Kamu dan Do'a Dikala Ragu<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://datastudi.files.wordpress.com/2009/12/datastudi_ridho_.jpg?w=640" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="150" src="http://datastudi.files.wordpress.com/2009/12/datastudi_ridho_.jpg?w=640" width="200" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Jika kamu memancing ikan.... Setelah ikan itu terlekat di mata kail, hendaklah kamu mengambil ikan itu.... Janganlah sesekali kamu lepaskan ia semula ke dalam air begitu saja.... Karena ia akan sakit oleh karena bisanya ketajaman mata kailmu dan mungkin ia akan menderita selagi ia masih hidup.</div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
</div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Begitulah juga setelah kamu memberi banyak pengharapan kepada seseorang... Setelah ia mulai menyayangimu hendaklah kamu menjaga hatinya... Janganlah sesekali kamu meninggalkannya begitu saja... Karena dia akan terluka oleh kenangan bersamamu dan mungkin tidak dapat melupakan segalanya selagi dia mengingatmu...</div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
</div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Jika kamu menadah air biarlah berpada, jangan terlalu mengharap pada takungannya dan janganlah menganggap ia begitu teguh... cukuplah sekadar keperluanmu... Apabila sekali ia retak.... tentu sukar untuk kamu menambalnya semula... akhirnya ia dibuang... Sedangkan jika kamu coba mem-baikinya mungkin ia masih dapat dipergunakan lagi...</div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
</div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Begitu juga jika kamu memiliki seseorang, terimalah seadanya... Janganlah kamu terlalu mengaguminya dan janganlah kamu menganggapnya begitu istimewa.... Anggaplah dia manusia biasa. Apabila sekali dia melakukan kesilapan bukan mudah bagi kamu untuk menerimanya.... akhirnya kamu kecewa dan meninggalkannya. Sedangkan jika kamu memaafkannya boleh jadi hubungan kamu akan terus hingga ke akhirnya...</div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
</div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Jika kamu telah memiliki sepinggan nasi... yang pasti baik untuk dirimu. Mengenyangkan. Berkhasiat. Mengapa kamu berlengah, dan mencoba mencari makanan yang lain.. Terlalu ingin mengejar kelezatan. Kelak, nasi itu akan basi dan kamu tidak boleh memakannya. Kamu akan menyesal.</div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
</div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Begitu juga jika kamu telah bertemu dengan seorang insan... yang kamu pasti membawa kebaikan kepada dirimu. Menyayangimu. Mengasihimu. Mengapa kamu berlengah, coba mem-bandingkannya dengan yang lain. Terlalu mengejar kesempurnaan. Kelak, kamu akan kehilangannya apabila dia menjadi milik orang lain. Kamu juga yang akan menyesal…</div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
</div>
<br />
<div style="text-align: center;">
<b>DO’A DIKALA RAGU AKAN DIRINYA</b></div>
<br />
<div style="text-align: center;">
</div>
<br />
<div style="text-align: center;">
<i>Ya Allah...</i>Seandainya telah Engkau catatkan dia akan</div>
<br />
<div style="text-align: center;">
mejadi teman menapaki hidup Satukanlah hatinya dengan hatiku<br />Titipkanlah kebahagiaan diantara kami Agar kemesraan itu abadi Dan</div>
<br />
<div style="text-align: center;">
Ya Allah... ya Tuhanku yang Maha Mengasihi Seiringkanlah kami</div>
<br />
<div style="text-align: center;">
melayari hidup ini Ke tepian yang sejahtera dan abadi</div>
<br />
<div style="text-align: center;">
</div>
<br />
<div style="text-align: center;">
<i>Tetapi ya Allah...</i>Seandainya telah Engkau takdirkan... Dia bukan milikku<br />Bawalah ia jauh dari pandanganku, Luputkanlah ia dari ingatanku..</div>
<br />
<div style="text-align: center;">
Ambillah kebahagiaan ketika dia ada disisiku</div>
<br />
<div style="text-align: center;">
Dan peliharalah aku dari kekecewaan</div>
<br />
<div style="text-align: center;">
</div>
<br />
<div style="text-align: center;">
<i>Ya Allah ya Tuhanku yang Maha Mengerti...</i>Berikanlah aku kekuatan Melontar bayangannya jauh ke dada langit</div>
<br />
<div style="text-align: center;">
Hilang bersama senja nan merah Agarku bisa berbahagia</div>
<br />
<div style="text-align: center;">
walaupun tanpa bersama dengannya</div>
<br />
<div style="text-align: center;">
</div>
<br />
<div style="text-align: center;">
<i>Dan ya Allah yang tercinta...</i>Gantikanlah yang telah hilang, Tumbuhkanlah kembali yang telah patah<br />Walaupun tidak sama dengan dirinya....</div>
<br />
<div style="text-align: center;">
</div>
<br />
<div style="text-align: center;">
Ya Allah ya Tuhanku...<br />Pasrahkanlah aku dengan takdirMu<br />Sesungguhnya apa yang telah Engkau takdirkan Adalah</div>
<br />
<div style="text-align: center;">
yang terbaik buatku Karena Engkau Maha Mengetahui<br />Segala yang terbaik buat hambaMu ini</div>
<br />
<div style="text-align: center;">
</div>
<br />
<div style="text-align: center;">
<i>Ya Allah...</i>Cukuplah Engkau saja yang menjadi pemeliharaku Di dunia dan di akhirat<br />Dengarlah rintihan dari hambaMu yang daif ini</div>
<br />
<div style="text-align: center;">
</div>
<br />
<div style="text-align: center;">
--------------------------</div>
<br />
<div style="text-align: center;">
<b><i>Jangan Engkau biarkan aku sendirian<br />Di dunia ini maupun di akhirat</i></b></div>
<br />
<div style="text-align: center;">
--------------------------</div>
<br />
<div style="text-align: center;">
</div>
<br />
<div style="text-align: center;">
Menjuruskan aku ke arah kemaksiatan dan kemungkaran<br />Maka kurniakanlah aku seorang pasangan yang beriman Agar aku</div>
<br />
<div style="text-align: center;">
dan dia dapat membina kesejahteraan hidup Ke jalan yang Engkau ridhai<br />Dan kurniakanlah padaku keturunan yang soleh</div>
<br />
<div style="text-align: center;">
</div>
<br />
<div style="text-align: center;">
<i>Amin... Ya Rabbal 'Alamin</i></div>
<br />
<div style="text-align: center;">
<i><a href="http://datastudi.files.wordpress.com/2009/12/datastudi_ridho_.jpg"><img alt="" class="aligncenter size-medium wp-image-789" height="307" src="http://datastudi.files.wordpress.com/2009/12/datastudi_ridho_.jpg?w=640" title="DATAstudi_ridho_" width="410" /></a></i></div>
</div>
Adminhttp://www.blogger.com/profile/09854312881608681963noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7559028441707881115.post-44100602959979033832014-03-30T08:00:00.000+08:002014-03-30T08:00:02.481+08:00Nilai Kesuksesan<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://datastudi.files.wordpress.com/2009/12/datastudi_ridho_.jpg?w=640" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="150" src="http://datastudi.files.wordpress.com/2009/12/datastudi_ridho_.jpg?w=640" width="200" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Di sebuah sekolah, seorang guru mendapat pertanyaan dari salah seorang muridnya yang paling kritis. “Guru, apakah kami semua nanti bisa sukses?” Sang guru tersenyum mendengar pertanyaan itu. Tak lama, ia mengeluarkan uang senilai seratus ribu dari kantongnya. “Hayoo, siapa yang mau uang ini?” Semua anak berebutan mengacungkan tangannya. Uang senilai itu bagi mereka sangat besar.</div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
</div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Tiba-tiba, sang guru melipat-lipat dan meremas uang itu hingga kucel dan tidak karuan bentuknya. Ia pun berujar lagi, ”Hayoo, siapa yang mau uang ini?” Walaupun merasa heran dengan kelakuan gurunya, murid-murid tidak peduli, mereka kembali mengacungkan jarinya, sambil berteriak ”Saya..saya..saya..” Semua serempak mengajukan diri untuk mendapatkan uang itu. Melihat antusiasme muridnya, sang guru kemudian menjatuhkan uang tersebut ke lantai dan menginjak-injak uang itu hingga kecil, tidak karuan dan kotor. Mendapati gurunya melakukan hal itu pada uang tersebut, sebagian murid melongo. Mereka tak tahu apa maksudnya sang guru menginjak-injak uang yang nilainya sangat besar bagi mereka itu. Guru pun kembali bertanya, ”Hayoo, siapa yang masih menginginkan uang ini?”</div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
</div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Ternyata, meski uang itu menjadi jelek, kumal dan bahkan bercampur sedikit lumpur yang berasal dari injakan sepatu guru, masih banyak murid yang antusias mendapatkan uang tersebut. ”Aku guru..aku..” ”Kalian tetap saja mau dengan uang ini? Kalian tidak melihat betapa uang ini sangat kucel, jelek, kumal dan bau?” ”Jelek itu kan hanya bentuknya saja guru. Tetapi saja uang itu nilainya seratus ribu,” jawab murid-murid yang tetap antusias meminta gurunya memberikan uang itu.</div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
</div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Sang guru pun kemudian berujar, ”Kalian benar. Meskipun sudah tidak karuan bentuknya, uang itu tetap berharga dan kalian tetap ingin memilikinya. Nah, jika tadi ada pertanyaan, apakah semua bisa sukses? Jawabannya sama seperti nilai uang ini. Dalam proses menuju ke arah kesuksesan, kalian pasti akan mengalami berbagai ujian dan cobaan, mungkin mengalami jatuh, diinjak, dan dilecehkan. Walaupun begitu, nilai diri kalian tidak akan berubah. Semua tergantung kalian sendiri, bisa menjaga nilai yang ada dalam diri kalian atau tidak. Jika kalian mampu menghargai diri sendiri dan menentukan nilai diri, dengan keyakinan, kerja keras dan semangat pantang menyerah, maka sukses pasti kalian dapatkan.” Tak peduli berbagai ujian, cobaan, halangan, dan tantangan yang menghadang, jika kita punya satu nilai dalam keyakinan dalam diri, bahwa sukses adalah hak saya, maka jalan kesuksesan pasti akan selalu terbuka.</div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
</div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Karena itu, seberat apapun perjuangan yang kita lakukan, seganas apapun padang gurun yang kita harus lewati, setinggi apapun gunung yang akan kita daki, seluas apapun samudra yang kita seberangi, tetaplah pelihara semangat <i>”Success is my right!”</i> Tanamkan dalam diri, dan teruslah bekerja keras untuk mewujudkan semua mimpi. Harta tak ternilai itu ada dalam diri Anda. Perjuangkan…</div>
<br />
<div style="text-align: center;">
<a href="http://datastudi.files.wordpress.com/2009/12/datastudi_ridho_.jpg"><img alt="" class="aligncenter size-medium wp-image-789" height="299" src="http://datastudi.files.wordpress.com/2009/12/datastudi_ridho_.jpg?w=640" title="DATAstudi_ridho_" width="400" /></a></div>
</div>
Adminhttp://www.blogger.com/profile/09854312881608681963noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7559028441707881115.post-9112511891398148922013-11-09T16:24:00.000+08:002013-11-11T17:25:35.893+08:00 Cerita Penyusun Dalail Khoirot, Sayid Abu Abdillah Muhammad bin Sulaiman Al-Jazuli ra<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><span style="font-size: large;">Kumpulan Cerita Islam (KCI) : <b>Cerita Penyusun Dalail Khoirot, Sayid Abu Abdillah Muhammad bin Sulaiman Al-Jazuli ra</b></span></span></div><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"></span><br /><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiYxv5bBXU-Qa9aVdEAgkshvhehZbox9GwMiYQBHhzMIEjf0yd3V3je8-1xzZFKR649zyJS59DuOPUKTNP094XPCOV94dSdYSB8tciKfW_edWmd01E_i7mmboQNNTS3TNwoH7lHVVOPJ1dx/s1600/dalail+khoirot+asmaul+husna.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="205" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiYxv5bBXU-Qa9aVdEAgkshvhehZbox9GwMiYQBHhzMIEjf0yd3V3je8-1xzZFKR649zyJS59DuOPUKTNP094XPCOV94dSdYSB8tciKfW_edWmd01E_i7mmboQNNTS3TNwoH7lHVVOPJ1dx/s320/dalail+khoirot+asmaul+husna.jpg" width="320" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">kitab dalail khoirot</td></tr></tbody></table><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Segala puji bagi Allah yang menganugerahi hidayah kepada kita berupa iman dan Islam, yang memberikan kenikmatan kepada kita dengan suka bersholawat salam kepada baginda Rosul sebaik - baik manusia, beliaulah yang kita mintai syafa’at dan beliau pula yang mensyafa’ati kita, yang menjadi juru selamat dihari kiamat kelak.</span></div><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Saya bersaksi sesungguhnya tiada Tuhan yang berhak disembah melainkan hanya Allah, tiada sekutu bagi-Nya. Dan saya bersaksi sesungguhnya Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya, shalawat salam atas beliau, keluarga dan para sahabatnya.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Tulisan ini adalah sebagian dan sejarah perjalanan hidup seorang Imam yang alim dan amil, seorang wali Allah yang besar dan sempurna yang ma’rifat kepada Allah, yang muhaqqik dan wasil kepada-Nya, seorang tokoh terkemuka pada zamannya, yang berbeda pada masanya, Sayid Abu Abdillah Muhammad bin Sulaiman Al-Jazuli rodliyallah ‘anhu yang mengarang kitab dalailul Khoirot</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><b>Nasab</b></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhFIkwsgkHTJYg8MyKgfqFmcl7k-bRXnXGQhB0poYsuLn670SSoci2QDH-d-TjgbiOV_LTTctJZG8QJSBydml-aeJFas4lTo8LTOknET4ipjC5-2J0AF_-d4FokeCZOWjs7JZk8eDlKEAn5/s1600/masjid+Attafsiri.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhFIkwsgkHTJYg8MyKgfqFmcl7k-bRXnXGQhB0poYsuLn670SSoci2QDH-d-TjgbiOV_LTTctJZG8QJSBydml-aeJFas4lTo8LTOknET4ipjC5-2J0AF_-d4FokeCZOWjs7JZk8eDlKEAn5/s320/masjid+Attafsiri.jpg" width="320" /></a></div>Adapun nasabnya adalah Sayid Abu Abdillah Muhammad bin Sulaiman bin Abdurrohman bin Abu Bakar bin Sulaiman bin Ya’la bin Yakhluf bin Musa bin ‘Ali bin Yusuf bin Isa bin Abdulloh bin Jundur bin Abdurrohman bin Muhammad bin Ahmad bin Hasan bin Isma’il bin Ja’far bin Abdulloh bin Hasan bin Hasan bin Ali bin Abu Tholib Karramallahu Wajhah.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><b>Kelahiran</b></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Beliau dilahirkan di Jazulah yaltu di sebuah kabilah dan Barbar di pantai negeri Maghrib {Maroko} Afrika. Beliau belajar di Fas yaitu sebuah kota yang cukup ramai yang terletak tidak terlalu jauh dan tidak terlalu dekat dengan Mesir. Jarak antara Fas dan Mesir kira-kira 36 derajat 17 daqiqoh atau sekitar 4.064 km. Dikota Fas beliau belajar hingga menjadi sangat banyak menguasai ilmu yang bermacam-macam sehingga namanya tersohor, kemudian beliau mengarang kitab “Dalail al Khoirat”.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><b>Sejarah Menjelang Mengarang Kitab Dalailul Khoirot</b></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Adapun sebab musabah beliau mengarang kitab Dalailul Khoirot adalah karena pada suatu saat beliau singgah di suatu desa bertepatan dengan waktu (habisnya) sholat dhuhur; tetapi beliau tidak menjumpai seorangpun yang dapat beliau tanyai untuk mendapatkan air wudlu.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Akhirnya beliau menemukan sebuah sumur yang tidak ada timbanya, maka beliau berputar-putar di sekitar sumur itu dalam keadaan bingung karena tidak ada alat untuk menimba air. Tetapi kemudian beliau dilihat oleh seorang anak perempuan kecil yang berusiya sekitar tujuh tahun. Anak itu bertanya kepada Sayid Muhammad al-Jazuli,</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">“Ya Syekh, mengapa anda nampak bingung berputar-putar disekitar sumur Syekh menjawab,”Saya Muhammad bin sulaiman”.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Anak itu bertanya lagi, “Apa yang hendak tuan kebijakan ?“.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Syekh menjawab, “Waktu sholat dhuhurku sudah sempit, tetapi saya belum mendapatkan air untuk berwudlu”.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Anak kecil itu bertanya, apakah dengan namamu yang sudah terkenal ia tidak bisa (hanya sekedar) mendapatkan air wudlu dan dalam sumur? Tunggulah sebentar!“</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Kemudian anak kecil itu mendekat ke bibir sumur dan meniupnya sekali, tiba-tiba airnya mengalir dan memancarkan di sekitan sumur seperti sungai besar.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Kemudian anak kecil itu pulang kerumahnya, dan Syekh Muhammad Al-Jazuli pun segera berwudlu dan melaksanakan sholat dluhur.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Setelah Al -Jazuli rumah itu Syekh Muhammad bergegas mendatangi anak perempuan kecil itu, sesampainya di sana beliau mengetuk pintu. Anak kecil itu berkata, “Siapa itu ?“, maka syekh menjawab, “Wahai anak perempuanku, saya bertanya kepadamu, demi Allah dan kemahaagungan-Nya yang menciptakan kamu dan menunjuikan kepadamu terhadap Nabi Muhammad Saw. sebagai Nabi dan Rasulmu yang diharap-harapkan syafaatnya, saya harap engkau mau menemuiku, saya hendak menanyakan tentang satu hal”.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Ketika anak itu menemui beliau, Syekh Muhammad Al-Jazuli bersumpah, “Aku bersumpah kepadamu demi kemahaagungan Allah, demi kemahakuasaan-Nya, demi kemahamemberi-Nya, demi kemahasempurnaan-Nya dan demi Nabi Muhammad yang sholawat salam atas beliau, para shahabat, isteri dan putra-putra beliau, demi risalah beliau dan demi syafaat beliau, aku mohon kamu mau menceritakan kepadaku dengan apakah kamu bisa mendapatkan martabat yang tinggi {sehingga dapat mengeluarkan air dan sumur tanpa menimba} ?“.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Anak perempuan kecil itu menjawab, : “Kalaulah tidak karena sumpahmu itu wahai Syekh, tentulah aku tidak mau menceritakannya. Saya mendapatkan keistimewaan yang demikian itu karena membaca sholawat kepada Nabi Muhammad Saw.” Setelah peristiwa itu kemudian Syekh Muhammad Al-Jazuli radliallahu anhu mengarang kitab “Dalail al Khairat” di kota Fas. Dan sebelum beliau mensosialisasikan kitab itu ia mendapat ilham untuk pulang kembali ke tanah kelahirannya. Maka beliau kembali dan Fas kedesa beliau ditepi daerah Jazulah. Kemudian beliau dengan kesendiriannya itu bertemu Syekh Abu Abdilah Muhammad bin Abdullah Al-Shaghir seorang penduduk dipinggiran desa dan beliau berguru Dalail kepadanya.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Kemudian Syekh Muhammad Al-Jazuli melaksanakan kholwat untuk beribadah selama 14 tahun dan kemudian keluar dan kholwatnya untuk mengabdikan din dan menyempurnakan pentashihan (pembetulan) kitab “Dalait al Khoirot” pada hari jum’at, 6 Rabi’ul Awwal 82 H. delapan tahun sebelum hari wafatnya.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Adapun Thoriqoh beliau disandarkan pada Syekh Syadzili yang belajar dan Sayyid Abu Abdillah Muhammad bin Abdul Mudhor Al-Munithi dan Sayid Abu Utsman Sa’id Al-Hartanai dan Sayid Abi Zaid Abdurrahman Al-Rajnaji dan Sayid Abul Fadhil Al-Hindi dan Syekh Ihus Uwais Zamanihi dan Sayid Abu Abdilah Al-Maghribi seorang pengembara yang dimakamkan di Damnaliur AlBukhairoh dan pengikut para orang sholih dan kelompok Thoriholnya muslikin dan seagung-agungnya orang-orang ma’nifat dan Imamnya para wasil, Abul Aqthob yang diperlihatkan oleh Allah terhadap semua pengikutnya sebagai penerus barisan para keturunan Al Hasyimiyyah dan keturunan Nabi, Sayid Abul Hasan ‘Ali Al-Syadzali radtiyallahu ‘anhu yang dilahirkan pada tahun 595 H. dan wafat pada tahun 656 H</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Dinegerinya sebelum beliau merealisasikanSepuluh hal sebagaimana beliau berkata: “Masih ada sepuluh tahun untukmu”, dan beliau mewariskan banyak teman. Adapun murid-murid beliau banyak sekali, diantaranya adalah Syekh Abu Abdillah Muhammad Al-Shoghir Al-Sahli dimana beliau adalah yang tertua dan sahabatnya yang lain, yang menemaninya dalam meriwayatkan Dalail. Kemudian Syekh Abu Muhammad Abdul Karim Al-Mandari dan juga Syekh Abdul ‘Aziz Ab-Tiba’ dan beliaulah Sayid dan Gum Sanadku (Mu’aUif dintana Guru saya Sayid Ahmad Musa Al-Samlali berguru kepadanya dan kemudian Sayid Ahmad bin Abbas A1-Shom’i berguru kepadanya dan kemudian Sayid Mufri Abdul Qodir Al-Fasi belajar kepadanya dan kemudian Sayid Ahmad bin Al-Haj belajar kepadanya kemudian Sayid Muhammad bin Ahmad bin Ahmad bin Al-Matsani belajar kepadanya dan kemudian Sayid Muhammad bin Abmad A1-Mudghiri belajar kepadanya dan kemudian Sayid All bin Yusuf Al-Hariri Al-Madanibelajar kepadanya dan kemudian Sayid Muhammad Amin Al-Madani belajar kepadanya dan kemudian Al-Quthbu Al-Rais Sayid Muhammad Idris belajar kepadanya dan kemudian Al Quthbu Al-Rasyid Sayid Abdul Mu’id radliyallahu ‘anhurn dan santrinya yang dijuluki dengan Muhammad Ma’ruf yang belajar kepadanya.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><b>Syekh Muhammad Al-Jazuli Mendidik</b></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Syekh Muhammad Al-Jazuli pada mulanya mulai mendidik para muridin dipinggiran Asafi di mana banyak sekali orang yang sadar dan bertaubat atas bimbingannya. Dzikirnya begitu terkenal, tersebar dan diamaikan orang-orang diberbagai negeri dan nampaklah keistimewaan yang besar dan keramat-keramatnya. Syekh Muhammad Al-Jazuli senantiasa berpegang teguh terhadap hukum-hukum Allah SWT dengan melaksanakan ajaran A1-Qur’an dan Sunnah rosul shallalluhu ‘alaihi wassalani. Kemudian beliau pindah dan Asafi kesuatu tempat yang terkenal dengan afrigal. Kemudian beliau membangun masjid dan menetap ditempat itu untuk tetap mendidik dan membimbing para muridin ke jalan yang benar sesuai petunjuk Allah.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Jelaslah cahaya keberkahan beliau, nampaklah tanda-tanda kerahasiaannya dan para faqir dan orang-orang yang tekun membaca dan dzikir kepada Allah dan membaca sholawat Nabi semakin banyak Dzikir-dzikir beliau dikenal disegenap penjuru dan pam pengikutnya pun tersebar disetiap bagian negeri sehingga menjadi semarak dan hiduplah negeri Maghribi. Syekh Muhammad Al-Jazuli memperbaharui Thoriqot di Maghribi setelah pengaruh-pengaruh dari pengajarannya. Syekh Muhammad Al-Jazuli benar-benar seorang yang mencurahkan waktunya untuk menolong dan memberikan manfa’at kepada ummat Beliau juga mengutus para sahabatnya keberbagai negeri untuk menda’wahkan hukum Allah dan mendorong mereka ke jalan Allah.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Banyak sekali orang mengikuti dan mengamalkan Thoriqotnya. Mereka juga banyak yang datang langsung kepada Syekh Muhammad A1-Jazuli untuk bertaqurrub dan mencari ridho Allah. Junilali dan pengikut itu mencapai 12665 orang dimana kesemuanya itu bisa mendapatkan fadhilah menurut kadar martabat dan kedekatan mereka dengan Syekh Muhammad Al-Jazuli.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><b>Wafatnya Syekh Muhammad Al Jazuli</b></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Beliau wafat waktu melaksanakan sholat subuh pada sujud yang pertama (atau pada sujud yang kedua menurut satu riwayat) tanggal 16 Rabi’ul Awwal 870 H. Beliau dimakamkan setelah waktu sholat dhuhur pada hari itu juga di tengah masjid yang beliau bangun.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Sebagian dan keramaltnya adalah setelah 77 tahun dan wafat beliau, makam beliau dipindahkan Maralisy, dan ternyata ketika jenazah beliau dikeluarkan dan kubur, keadaan jenazah itu masih utuh seperti ketika beliau dimakamkan. Rambut dan jenggot beliau masih nampak bersih dan jelas seperti pada hari beliau dimakamkan. Makam beliau di Markasy sering diziarabi oleh banyak orang.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Sebagian besar dan peziarah itu membaca Dalil al Khairat disana, sehingga dijumpai di makam itu bau minyak misik yang amat harum karena begitu banyak di bacakan sholawat salam kepada nabi muhamad, para sahabat dan keluarga beliau. kisah wangi semerbak itu adalah sebagian dari sejarah yang lain tentang beliau bahwa para orang sholeh dari berbagai penjuru dari masa ke masa senantiasa membaca dan mengamalkan kitab beliau yaitu dalail al khoirot.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Akhirnya beliau mendapat perdikat sebagai seutama-utamanya orang yang bersama Rosul SAW kelak karena banyaknya pengikut beliau untuk membaca Sholawat, sebagai mana Rosululloh SAW bersabda, “Seutama utama manusia bersamaku pada hari kiamat adalah orang yang paling banyak membaca Sholawat untukku”</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Syekh al-Khafidh Abu Na’im berkata, “ Sejarah besar tentang Syeh Muhamad Al-Jazuli ini benar-benar sesuai dengan hadist dan fatwa para sahabat tentang membaca sholawat kepada Nabi ni saya telah menuqilnya meskipun banyak para ulama’ yang mengetahuinya secara pasti, sebagai mana disabdakan Nabi, “Sedekat-dekatnya orang yang lebih berhak mendapat syafa’atku pada hari kiamat besok adalah orang yang paling banyak membaca sholawat pada waktu ia masih di dunia”</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Segala puji bagi Alloh tanpa batas, Sholawat salam atas Rosululloh SAW para sahabat dan keluarganya. Amien.<br /><br />Janganlah Saling Mencaci, kembali kepada diri kita. kita benahi cacat cacat bathin diri kita, sesungguhnya jika kita selalu mencari kesalahan org lain maka kita itu cacat seperti orang itu apalagi mencaci sebuah kebenaran maka hati kita akan gelap gulita.<br />Jika Hendak Ijazah Kitab Dalail Khoerot Hubungi : Ustdz Aang/0858 7114 8555</div></span></div>Adminhttp://www.blogger.com/profile/09854312881608681963noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7559028441707881115.post-15235780043341528602013-11-05T23:06:00.000+08:002013-11-11T17:25:35.920+08:00Dasar Hukum dan Penjelasan Puasa Bulan Muharam<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif; font-size: large;">Kumpulan Cerita Islam (KCI) : <b>Dasar Hukum dan Penjelasan Puasa Bulan Muharam</b></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgJWqNoBJRvT8v9lf5Rpt5463QGv0sanejAZe9-RTl7monWMvP3nJLiooHR7_OdAj6dLAchp9oEkhMJGhT3B-1cnkzybmKqrD8NapfNDqZYciUfGNwv41VLTmv4o6EnWiWnyXR1NAzc1GLD/s1600/tahun+baru+hijriyah.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="408" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgJWqNoBJRvT8v9lf5Rpt5463QGv0sanejAZe9-RTl7monWMvP3nJLiooHR7_OdAj6dLAchp9oEkhMJGhT3B-1cnkzybmKqrD8NapfNDqZYciUfGNwv41VLTmv4o6EnWiWnyXR1NAzc1GLD/s640/tahun+baru+hijriyah.jpg" width="640" /></a></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Selamat Tahun Baru Hijriyah semoga, Tahun ini lebih baik dari tahun tahun sebelumnya, Mari kita tingkatkan amal ibadah kita semakain banyak semakin ikhlas (taqwa).</span></div><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><div style="text-align: justify;">Alhamdulillah budaya Islam Tahun Baruan, peringatannya banyak di Masjid dan Majelis-majelis Ta'lim, sebagai rasa syukur kita kepada Alloh SWT.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><b>PUASA BULAN MUHARRAM</b></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Bulan Muharram termasuk salah satu dari bulan yang 4 (empat) yang disebut dalam </div><div style="text-align: justify;"><b>QS At Taubah 36:<span style="font-size: x-large;"> </span></b></div><div style="text-align: center;"><span style="font-size: x-large;"><b>فَلا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ</b></span></div><div style="text-align: center;">Artinya: <i>Maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu</i>.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><b>Hadits sahih riwayat Muslim</b></div><div style="text-align: center;"><span style="font-size: large;"><b>أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ وَأَفْضَلُ الصَّلَاةِ بَعْدَ الْفَرِيضَةِ صَلَاةُ اللَّيْلِ</b></span></div><div style="text-align: justify;">Artinya: Puasa yang paling utama sesudah puasa Ramadlan adalah puasa pada Syahrullah (bulan Allah) Muharram. Sedangkan shalat malam merupakan shalat yang paling utama sesudah shalat fardhu.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Hadits sahih riwayat Muslim Nabi menganjurkan untuk puasa Asyura</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: center;"><span style="font-size: x-large;"><b>وَصِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ</b></span></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Artinya: Puasa hari ‘Asyura, sungguh aku berharap kepada Allah agar menghapuskan dosa setahun yang telah lalu.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Hadits sahih riwayat Bukhari Muslim (muttafaq alaih) dari Ibnu Abbas tentang sunnahnya puasa hari Asyura (hari ke-10) bulan Muharram</div><div style="text-align: center;"><span style="font-size: x-large;"><b>مَا رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَحَرَّى صِيَامَ يَوْمٍ فَضَّلَهُ عَلَى غَيْرِهِ إِلَّا هَذَا الْيَوْمَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَهَذَا الشَّهْرَ يَعْنِي شَهْرَ رَمَضَانَ</b></span></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Artinya: Aku tidak penah melihat Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam bersemangat puasa pada suatu hari yang lebih beliau utamakan atas selainnya kecuali pada hari ini, yaitu hari ‘Asyura dan pada satu bulan ini, yakni bulan Ramadhan.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><b>Hadits sahih riwayat Bukhari dari Ibnu Abbas</b></div><div style="text-align: center;"><span style="font-size: x-large;"><b>قَدِمَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَدِينَةَ فَرَأَى الْيَهُودَ تَصُومُ يَوْمَ عَاشُورَاءَ فَقَالَ مَا هَذَا ؟ قَالُوا : هَذَا يَوْمٌ صَالِحٌ ، هَذَا يَوْمٌ نَجَّى اللَّهُ بَنِي إِسْرَائِيلَ مِنْ عَدُوِّهِمْ فَصَامَهُ مُوسَى، قَالَ فَأَنَا أَحَقُّ بِمُوسَى مِنْكُمْ فَصَامَهُ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ </b></span></div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Artinya: Apabila Rasulullah S.A.W tiba di Madinah maka baginda telah melihat orang yahudi berpuasa pada hari kesepuluh (Muharram) maka baginda bertanya: Apakah ini?. Maka jawab mereka : Ini merupakan hari yang baik di mana pada hari inilah Allah SWT menyelamatkan bani Israel daripada musuh mereka maka nabi Musa berpuasa pada hari ini. Maka sabda baginda S.A.W : Maka aku lebih layak dengan nabi Musa daripada kamu maka baginda berpuasa pada hari ini. Dan baginda menyuruh untuk berpuasa pada hari ini</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><b>Hadits sahih riwayat Muslim</b></div><div style="text-align: center;"><b style="font-size: xx-large;">” ثَلَاثٌ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ ، وَرَمَضَانُ إِلَى رَمَضَانَ ، فَهَذَا صِيَامُ الدَّهْرِ كُلِّهِ ، صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ ، وَالسَّنَةَ الَّتِي بَعْدَهُ ، وَصِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ ، أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ </b></div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Artinya: Puasa 3 dari setiap bulan sejak dari Ramadan ke Ramadan berikutnya dianggap berpuasa setahun penuh. Sedangkan puasa hari Arafah pahalanya di sisi Allah akan menghapuskan dosa setahun sebelumnya dan setahun sesudahnya. Adapun puasa hari Asyura, pahalanya di sisi Allah dapat menghapuskan dosa setahun sebelumnya.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Hadits sahih riwayat Tirmidzi tentang sunnahnya puasa Asyura dari Ibnu Abbas</div><div style="text-align: center;"><span style="font-size: x-large;"><b>أمر رسول الله صلى الله عليه وسلم بصوم عاشوراء يوم العاشر</b></span></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Artinya: Rasulullah menyuruh berpuasa Asyura pada hari ke-10 (bulan Muharram)</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Hadits sahih riwayat Muslim tentang sunnahnya puasa Tasu'a (hari ke-9) pada bulan Muharram. Nabi bersabda:</div><div style="text-align: center;"><span style="font-size: x-large;"><b> لَئِنْ عِشْتُ إلَى قَابِلٍ لاَصُومَنَّ التَّاسِعَ</b></span></div><div style="text-align: justify;">Artinya: Jika saya masih hidup di tahun depan, pasti akan berpuasa pada hari kesembilan</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><b>HUKUM PUASA BULAN MUHARRAM</b></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Dari dalil-dalil Quran dan hadits di atas, maka ulama mengambil kesimpulan bahwa berpuasa pada bulan Muharram adalah sunnah: mendapat pahala apabila melakukan dan tidak berdosa apa tidak melaksanakannya.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><b>HUKUM PUASA TASU'A (HARI KE-9) MUHARRAM</b></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Berpuasa pada hari Tasu'a atau hari ke-9 (sembilan) bulan Muharram juga sunnah berdasarkan keumuman hadits sunnahnya berpuasa bulan Muharram. Menurut Imam Nawawi itu bertujuan untuk membedakan diri seorang muslim dengan umat Yahudi yang hanya berpuasa pada hari Asyura saja. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><b>HUKUM PUASA ASYURA (HARI KE-10) MUHARRAM</b></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Asyura adalah hari ke-10 pada bulan Muharram. Ini berdasar pada pendapat At-Taibi dalam Tuhfadzul Ahwadzi (III/379), dan pendapat Az-Zain bin Al-Munir dalam Tuhfadzul Ahwadzi (III/383) yang mengatakn</div><div style="text-align: center;"><b style="font-size: xx-large;">الأكثر على أن عاشوراء هو اليوم العاشر من شهر الله المحرم وهو مقتضى الاشتقاق والتسمية</b></div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Imam Nawawi dalam Syarah Muslim (VIII/12) mengatakan:</div><div style="text-align: center;"><span style="font-size: x-large;"><b>وذهب جمهور العلماء من السلف والخلف إلى أن عاشوراء هو اليوم العاشر من المحرم ... وهذا ظاهر الأحاديث ومقتضى اللفظ</b></span></div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Berpuasa pada tanggal 10 bulan Muharram yang umum disebut dengan puasa Asyura (Asyuro) memiliki kesunnahan yang lebih dibanding hari-hari yang lain karena disebut secara khusus oleh Rasulullah dalam salah satu hadits yang dikutip di atas.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">HUKUM PUASA BULAN MUHARRAM 1 BULAN PENUH </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Walaupun Nabi Muhammad tidak pernah melakukan puasa sebulan penuh pada bulan Muharram, namun sebagian ulama berpendapat bahwa berpuasa 1 bulan penuh pada bulan Muharram tidak dilarang berdasarkan pada hadits yang menganjurkan berpuasa pada bulan Muharram di atas. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Secara umum, berpuasa sunnah 1 bulan penuh ada 2 (dua) pendapat ulama. Ada yang membolehkan dan ada yang menghukumi makruh. Yang mengatakan boleh antara lain adalah Ibnu Umar. Sedang ulama yang menghukumi makruh antara lain Ibnu Abbas. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Pendapat yang membolehkan berdasarkan pada hadits sahih riwayat Muslim no. 1163 sbb:</div><div style="text-align: center;"><b style="font-size: xx-large;">أفضل الصيام بعد رمضان شهر الله المحرم . فإذا صامه كله فهو طيب أو صام التاسع والعاشر والحادي عشر فذلك سنة .</b></div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Artinya: Puasa yang paling utama setelah Ramadan adalah puasa bulan Muharram. Apabila berpuasa sebulan penuh maka itu baik atau puasa hari ke-9 dan ke-10 dan ke-11 maka itu sunnah.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Selain dari dalil hadits di atas, ada riwayat lain yang menyatakan bahwa Nabi pernah shalat sunnah pada bulan Sya'ban sebulan penuh. Tapi terkadang Nabi puasa sunnah Sya'ban hanya sedikit berdasar hadits dari Aisyah dan Ummu Salmah.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Adapun ulama yang berpendapat bahwa puasa sebulan penuh pada bulan Muharrom hukumnya makruh berdasarkan pada hadits sahih riwayat Bukhari dari Aisyah:</div><div style="text-align: center;"><span style="font-size: x-large;"><b>ما رأيت رسول الله صلى الله عليه و سلم استكمل صيام شهر قط إلا رمضان وما رأيته في شهر أكثر صياما منه في شعبان</b></span></div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Artinya: Aku tidak pernah melihat Rasulullah menyempurnakan puasa sebulan kecuali Ramadan. Dan aku tidak pernah melihatnya berpuasa sunnah yang lebib banyak dari bulan Sya'ban.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Tapi dalam hadits Bukhari yang lain ada tambahan: <span style="font-size: large;"><b>كان يصوم شعبان كله</b></span> (Nabi pernah puasa Sya'ban sebulan pemuh). Sedang hadits yang sama dari riwayat Muslim teks hadits sbb:<span style="font-size: large;"><b> </b></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;"><b>كان يصوم شعبان كله، كان يصوم شعبان إلا قليلا</b></span> (Nabi pernah puasa Sya'ban sebulan penuh dan pernah puasa Sya'ban sedikit saja).</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Kesimpulan: Puasa bulan Muharram itu sunnah. Puasa 3 hari sunnah. Puasa sebulan penuh juga sunnah. Terserah pilih yang mana. Semua ada dasarnya.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><b>BACAAN NIAT PUASA MUHARRAM</b></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Niat puasa pada bulan Muharram sama dengan niat puasa sunnah yang lain dengan perbedaan menyebut nama Muharram, atau Tasu'a dan Asyura pada masing-masing puasa tersebut. Lebih jelasnya sbb:</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><b>NIAT PUASA HARI TASU'A (HARI KE-9)</b></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Teks Arab: </div><div style="text-align: center;"><span style="font-size: x-large;"><b>نويت الصوم في يوم تاسوعاء سنة لله تعالي</b></span></div><div style="text-align: justify;">Teks latin: Nawaitus Shauma fi yaumi Tasu'a sunnatan lillahi ta'ala</div><div style="text-align: justify;">Artinya: Saya niat puasa pada hari Tasu'a karena Allah Ta'ala</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><b>NIAT PUASA HARI ASYURA (HARI KE-10)</b></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Teks Arab:</div><div style="text-align: center;"><span style="font-size: x-large;"><b> نويت الصوم في يوم عاشوراء سنة لله تعالي</b></span></div><div style="text-align: justify;">Teks latin: Nawaitus Shauma fi yaumi Asyura sunnatan lillahi ta'ala</div><div style="text-align: justify;">Artinya: Saya niat puasa pada hari Asyuro karena Allah Ta'ala</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><b>NIAT PUASA BULAN MUHARRAM (SELAIN KEDUA HARI DI ATAS)</b></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Teks Arab: </div><div style="text-align: center;"><span style="font-size: x-large;"><b>نويت الصوم في شهر محرم سنة لله تعالي</b></span></div><div style="text-align: justify;">Teks latin: Nawaitus Shauma fi syahri Muharrom sunnatan lillahi ta'ala</div><div style="text-align: justify;">Artinya: Saya niat puasa pada bulan Muharrom karena Allah Ta'ala</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><b>WAKTU NIAT PUASA MUHARRAM</b></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Karena puasa pada bulan Muharram adalah puasa sunnah maka waktu niatnya dapat dilakukan pada malam hari sampai siang hari sebelum tergelincirnya matahari (sebelum waktu dzuhur).</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><b>MENGUSAP KEPALA ANAK YATIM HARI ASYURA </b></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Mengusap kepala anak yatim pada hari Asyuro atau hari ke-10 bulan Muharram sudah menjadi tradisi di sebagian masyarakan muslim di Indonesia. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Hukum mengusap anak yatim laki-laki atau perempuan adalah sunnah walaupun tidak harus dilakukan pada hari Asyura. Dasar hadits adalah sbb:</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Hadits riwayat Ahmad dengan sanad sahih:</div><div style="text-align: center;"><span style="font-size: x-large;"><b>عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَجُلاً شَكَا إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَسْوَةَ قَلْبِهِ فَقَالَ امْسَحْ رَأْسَ الْيَتِيمِ وَأَطْعِمْ الْمِسْكِي .</b></span></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Artinya: Diriwayatkan dari Abu Hurairah, bahwa ada seorang laki-laki yang mengadukan kekerasan hatinya kepada Rasulullah saw, maka beliau bersabda: ‘Usaplah kepala anak yatim dan berilah makan orang miskin.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Hadits riwayat Ahmad</div><div style="text-align: center;"><span style="font-size: x-large;"><b>مَنْ مَسَحَ رَأْسَ يَتِيمٍ لَمْ يَمْسَحْهُ إِلا لِلَّهِ , كَانَتْ لَهُ بِكُلِّ شَعَرَةٍ مَرَّتْ عَلَيْهَا يَدُهُ حَسَنَاتٍ ، وَمَنْ أَحْسَنَ إِلَى يَتِيمٍ أَوْ يَتِيمَةٍ كُنْتُ أَنَا وَهُوَ كَهَاتَيْنِ " . وَقَرَنَ بَيْنَ إِصْبَعَيْهِ .</b></span></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Artinya: Siapa yang mengusap kepala anak yatim karena Allah maka ia akan mendapatkan kebaikan beberapa kali lipat dari setiap rambut anak yatim yang disentuh. Barang siapa yang berbuat baik pada anak yatim atau yatimah (perempuan) maka aku dan dia akan seperti ini (nabi mensejajarkan kedua jarinya).</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Hadits sahih riwayat Bukhari tentang menyantuni anak yatim</div><div style="text-align: center;"><span style="font-size: x-large;"><b>وَأَنَا وَكَافِلُ الْيَتِيمِ فِي الْجَنَّةِ هَكَذَا وَأَشَارَ بِالسَّبَّابَةِ وَالْوُسْطَى وَفَرَّجَ بَيْنَهُمَا شَيْئًا.</b></span></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Artinya: Aku dan pemelihara anak yatim, di surga seperti ini. Lalu beliau mengisyaratkan jari telunjuk dan jari tengah dan merenggangkan di antara keduanya sedikit.</div></span></div>Adminhttp://www.blogger.com/profile/09854312881608681963noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7559028441707881115.post-85986483795376891482013-11-04T23:17:00.000+08:002013-11-11T19:04:00.752+08:00 Pentingnya Sunnah Rasulullah SAW<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEilhEWPw7Bn3V1aT8GCqz07XQwo5bW3cRfm3Ee09iXJJHTC45zv7rEONNCcntnGTrNc18O-Vm7_aTbAhkN8uDUoxVfzxA3Yuijy9q19HmThPO3-CD506DtWdcy2ntVYESXCMqWfxCj3qkMq/s1600/islamic-jihad-muhammad-saw-750953.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEilhEWPw7Bn3V1aT8GCqz07XQwo5bW3cRfm3Ee09iXJJHTC45zv7rEONNCcntnGTrNc18O-Vm7_aTbAhkN8uDUoxVfzxA3Yuijy9q19HmThPO3-CD506DtWdcy2ntVYESXCMqWfxCj3qkMq/s320/islamic-jihad-muhammad-saw-750953.jpg" width="320" /></a></div><span class="fullpost"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span style="background-color: white; line-height: 18px;"><br /></span></span><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span style="background-color: white; line-height: 18px;"><br /></span></span><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span style="background-color: white; line-height: 18px;"><br /></span></span><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span style="background-color: white; line-height: 18px;">Dari Anas bin Malik ra. katanya, Rasulullah SAW telah berkata kepadaku: 'Hai anakku! Jika engkau mampu tidak menyimpan dendam kepada orang lain sejak dari pagi sampai ke petangmu, hendaklah engkau kekalkan kelakuan itu! Kemudian beliau menyambung pula: Hai anakku! Itulah perjalananku (sunnahku), dan barangsiapa yang menyukai sunnahku, maka dia telah menyukaiku, dan barangsiapa yang menyukaiku, dia akan berada denganku di dalam syurga! ' (Riwayat Tarmidzi)</span><br style="background-color: white; line-height: 18px;" /><br style="background-color: white; line-height: 18px;" /><span style="background-color: white; line-height: 18px;">Dari Ibnu Abbas ra. bahwa Nabi SAW yang berkata: "Barangsiapa yang berpegang dengan sunnahku, ketika merata kerusakan pada ummatku, maka baginya pahala seratus orang yang mati syahid". (Riwayat Baihaqi) Dalam riwayat Thabarani dari Abu Hurairah ra. ada sedikit perbedaan, yaitu katanya: Baginya pahala orang yang mati syahid. (At-Targhib Wat-Tarhib 1: 44)</span><br style="background-color: white; line-height: 18px;" /><br style="background-color: white; line-height: 18px;" /><span style="background-color: white; line-height: 18px;">Thabarani dan Abu Nu'aim telah mengeluarkan sebuah Hadis marfuk yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra. bahwa Nabi SAW telah bersabda: Orang yang berpegang kepada sunnahku dalam zaman kerusakan ummatku akan mendapat pahala orang yang mati syahid. Hakim pula meriwayatkan dari Abu Hurairah ra. juga bahwa Nabi SAW telah berkata: Orang yang berpegang kepada sunnahku dalam masa perselisihan diantara ummatku adalah seperti orang yang menggenggam bara api. (Kanzul Ummal 1: 47)</span><br style="background-color: white; line-height: 18px;" /><br style="background-color: white; line-height: 18px;" /><span style="background-color: white; line-height: 18px;">Dan Muslim pula meriwayatkan dari Anas ra. dari Rasulullah SAW katanya: Orang yang tidak suka kepada sunnahku, bukanlah dia dari golonganku! Demikian pula yang dikeluarkan oleh Ibnu Asakir dari Ibnu Umar ra. cuma ada tambahan di permulaannya berbunyi: Barangsiapa yang berpegang kepada sunnahku, maka dia dari golonganku.</span><br style="background-color: white; line-height: 18px;" /><br style="background-color: white; line-height: 18px;" /><span style="background-color: white; line-height: 18px;">Kemudian Daraquthni pula mengeluarkan sebuah Hadis dari Siti Aisyah r.a. dari Nabi SAW katanya: Sesiapa yang berpegang kepada sunnahku akan memasuki syurga!</span><br style="background-color: white; line-height: 18px;" /><br style="background-color: white; line-height: 18px;" /><span style="background-color: white; line-height: 18px;">Dan dikeluarkan oleh As-Sajzi dari Anas ra. dari Nabi SAW katanya: Barangsiapa yang menghidupkan sunnahku, maka dia telah mengasihiku, dan siapa yang mengasihiku dia akan memasuki syurga bersama-sama aku!</span></span></span>Adminhttp://www.blogger.com/profile/09854312881608681963noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7559028441707881115.post-69779111587649058902013-11-04T23:03:00.000+08:002013-11-11T19:04:00.784+08:00Sifat-Sifat Nabi Muhammad SAW<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiPylxqqNb8ihIJ__dJEi9KANhTUD-dQQn6hSUSSKfFY9AWyi8kuB4THlJWK0nKsOXXmxJjkBieRWf55Up9YgnltVdSZNhwpMQixaPS-CMTmPc3o5XzOTDFsHZgjODJs2Hk67rNImLMzNjn/s1600/Muhammad_002-1366x768.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em; text-align: left;"><img border="0" height="179" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiPylxqqNb8ihIJ__dJEi9KANhTUD-dQQn6hSUSSKfFY9AWyi8kuB4THlJWK0nKsOXXmxJjkBieRWf55Up9YgnltVdSZNhwpMQixaPS-CMTmPc3o5XzOTDFsHZgjODJs2Hk67rNImLMzNjn/s320/Muhammad_002-1366x768.jpg" width="320" /></a></div><span class="fullpost"><div style="text-align: left;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div><div class="fauxcolumn-outer fauxcolumn-left-outer" style="background-color: white; bottom: 0px; left: 0px; overflow: hidden; position: absolute; top: 0px; width: 0px;"><div class="fauxborder-left" style="background-position: 0% 0%; background-repeat: no-repeat repeat; height: 19695.6875px; position: relative;"><div class="fauxborder-right" style="background-position: 100% 0%; background-repeat: no-repeat repeat; height: 19695.6875px; position: absolute; right: 0px; text-align: left;"></div><div class="fauxcolumn-inner" style="border-right-color: transparent; border-right-style: solid; border-right-width: 1px; height: 19695.6875px; text-align: left;"></div></div><div class="cap-bottom" style="background-position: 0% 100%; background-repeat: repeat no-repeat; height: 0px; position: relative;"><div class="cap-left" style="background-position: 0% 100%; background-repeat: no-repeat no-repeat; float: left; height: 0px;"></div><div class="cap-right" style="background-position: 100% 100%; background-repeat: no-repeat no-repeat; float: right; height: 0px;"></div></div></div><div class="fauxcolumn-outer fauxcolumn-right-outer" style="background-color: white; bottom: 0px; overflow: hidden; position: absolute; right: 0px; top: 0px; width: 360px;"><div class="cap-top" style="background-position: 0% 0%; background-repeat: repeat no-repeat; height: 0px; position: relative;"><div class="cap-left" style="background-position: 0% 0%; background-repeat: no-repeat no-repeat; float: left; height: 0px;"></div><div class="cap-right" style="background-position: 100% 0%; background-repeat: no-repeat no-repeat; float: right; height: 0px;"></div></div><div class="fauxborder-left" style="background-position: 0% 0%; background-repeat: no-repeat repeat; height: 19695.6875px; position: relative;"><div class="fauxborder-right" style="background-position: 100% 0%; background-repeat: no-repeat repeat; height: 19695.6875px; position: absolute; right: 0px; text-align: left;"></div><div class="fauxcolumn-inner" style="border-left-color: transparent; border-left-style: solid; border-left-width: 1px; height: 19695.6875px; text-align: left;"></div></div><div class="cap-bottom" style="background-position: 0% 100%; background-repeat: repeat no-repeat; height: 0px; position: relative;"><div class="cap-left" style="background-position: 0% 100%; background-repeat: no-repeat no-repeat; float: left; height: 0px;"></div><div class="cap-right" style="background-position: 100% 100%; background-repeat: no-repeat no-repeat; float: right; height: 0px;"></div></div></div><div class="columns-inner" style="background-color: white; min-height: 0px;"><div class="column-center-outer" style="float: left; position: relative; width: 490px;"><div class="column-center-inner" style="padding: 0px;"><div class="main section" id="main" style="margin: 0px 1em;"><div class="widget Blog" id="Blog1" style="margin: 0px 0px 30px; min-height: 0px; position: relative;"><div class="blog-posts hfeed"><div class="date-outer"><div class="date-posts"><div class="post-outer"><div class="post hentry" itemprop="blogPost" itemscope="itemscope" itemtype="http://schema.org/BlogPosting" style="margin: 0px 0px 45px; min-height: 0px; position: relative;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif; line-height: 1.4;"><a href="" name="1235607290223453976"></a></span><h3 class="post-title entry-title" itemprop="name" style="font-weight: normal; line-height: normal; margin: 0.75em 0px 0px; position: relative; text-align: left;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif; font-size: small;"><br /></span></h3><div class="post-header" style="line-height: 1.6; margin: 0px 0px 1.5em;"><div class="post-header-line-1"></div></div><div class="post-body entry-content" id="post-body-1235607290223453976" itemprop="description articleBody" style="position: relative; width: 466px;"><div style="text-align: justify;"><div style="line-height: 1.4; text-align: left;"><b style="font-family: Verdana, sans-serif; line-height: 1.4;">Fizikal Nabi</b></div><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><div style="line-height: 1.4; text-align: left;"><span style="line-height: 1.4;">Telah dikeluarkan oleh Ya'kub bin Sufyan Al-Faswi dari Al-Hasan bin Ali ra. katanya: Pernah aku menanyai pamanku (dari sebelah ibu) Hind bin Abu Halah, dan aku tahu baginda memang sangat pandai mensifatkan perilaku Rasulullah SAW, padahal aku ingin sekali untuk disifatkan kepadaku sesuatu dari sifat beliau yang dapat aku mencontohinya, maka dia berkata:</span></div><div style="text-align: left;"><span style="line-height: 22px;"><br /></span></div><span style="line-height: 1.4;"><div style="text-align: left;"><span style="line-height: 1.4;">Adalah Rasulullah SAW itu seorang yang agung yang senantiasa diagungkan, wajahnya berseri-seri layak bulan di malam purnamanya, tingginya cukup tidak terialu ketara, juga tidak terlalu pendek, dadanya bidang, rambutnya selalu rapi antara lurus dan bergelombang, dan memanjang hingga ke tepi telinganya, lebat, warnanya hitam, dahinya luas, alisnya lentik halus terpisah di antara keduanya, yang bila baginda marah kelihatannya seperti bercantum, hidungnya mancung, kelihatan memancar cahaya ke atasnya, janggutnya lebat, kedua belah matanya hitam, kedua pipinya lembut dan halus, mulutnya tebal, giginya putih bersih dan jarang-jarang, di dadanya tumbuh bulu-bulu yang halus, tengkuknya memanjang, berbentuk sederhana, berbadan besar lagi tegap, rata antara perutnya dan dadanya, luas dadanya, lebar antara kedua bahunya, tulang belakangnya besar, kulitnya bersih, antara dadanya dan pusatnya dipenuhi oleh bulu-bulu yang halus, pada kedua teteknya dan perutnya bersih dari bulu, sedang pada kedua lengannya dan bahunya dan di atas dadanya berbulu pula, lengannya panjang, telapak tangannya lebar, halus tulangnya, jari telapak kedua tangan dan kakinya tebal berisi daging, panjang ujung jarinya, rongga telapak kakinya tidak menyentuh tanah apabila baginda berjalan, dan telapak kakinya lembut serta licin tidak ada lipatan, tinggi seolah-olah air sedang memancar daripadanya, bila diangkat kakinya diangkatnya dengan lembut (tidak seperti jalannya orang menyombongkan diri), melangkah satu-satu dan perlahan-lahan, langkahnya panjang-panjang seperti orang yang melangkah atas jurang, bila menoleh dengan semua badannya, pandangannya sering ke bumi, kelihatan baginda lebih banyak melihat ke arah bumi daripada melihat ke atas langit, jarang baginda memerhatikan sesuatu dengan terlalu lama, selalu berjalan beriringan dengan sahabat-sahabatnya, selalu memulakan salam kepada siapa yang ditemuinya.</span></div></span><div style="text-align: left;"><br /></div><b style="line-height: 1.4;"><div style="text-align: left;"><b style="line-height: 1.4;">Kebiasaan Nabi</b></div></b><span style="line-height: 1.4;"><div style="text-align: left;"><span style="line-height: 1.4;">Kataku pula: Sifatkanlah kepadaku mengenai kebiasaannya!Jawab pamanku: Adalah Rasulullah SAW itu kelihatannya seperti orang yang selalu bersedih, senantiasa banyak berfikir, tidak pernah beristirshat panjang, tidak berbicara bila tidak ada keperluan, banyak diamnya, memulakan bicara dan menghabiskannya dengan sepenuh mulutnva, kata-katanya penuh mutiara mauti manikam, satu-satu kalimatnya, tidak berlebih-lebihan atau berkurang-kurangan, lemah lembut tidak terlalu kasar atau menghina diri, senantiasa membesarkan nikmat walaupun kecil, tidak pernah mencela nikmat apa pun atau terlalu memujinya, tiada seorang dapat meredakan marahnya, apabila sesuatu dari kebenaran dihinakan sehingga dia dapat membelanya.</span></div></span><div style="text-align: left;"><br /></div><span style="line-height: 1.4;"><div style="text-align: left;"><span style="line-height: 1.4;">Dalam riwayat lain, dikatakan bahwa baginda menjadi marah kerana sesuatu urusan dunia atau apa-apa yang bertalian dengannya, tetapi apabila baginda melihat kebenaran itu dihinakan, tiada seorang yang dapat melebihi marahnya, sehingga baginda dapat membela kerananya. Baginda tidak pernah marah untuk dirinya, atau membela sesuatu untuk kepentingan dirinya, bila mengisyarat diisyaratkan dengan semua telapak tangannya, dan bila baginda merasa takjub dibalikkan telapak tangannya, dan bila berbicara dikumpulkan tangannya dengan menumpukan telapak tangannya yang kanan pada ibu jari tangan kirinya, dan bila baginda marah baginda terus berpaling dari arah yang menyebabkan ia marah, dan bila baginda gembira dipejamkan matanya, kebanyakan ketawanya ialah dengan tersenyum, dan bila baginda ketawa, baginda ketawa seperti embun yang dingin.</span></div></span><div style="text-align: left;"><br /></div><span style="line-height: 1.4;"><div style="text-align: left;"><span style="line-height: 1.4;">Berkata Al-Hasan lagi: Semua sifat-sifat ini aku simpan dalam diriku lama juga. Kemudian aku berbicara mengenainya kepada Al-Husain bin Ali, dan aku dapati ianya sudah terlebih dahulu menanyakan pamanku tentang apa yang aku tanyakan itu. Dan dia juga telah menanyakan ayahku (Ali bin Abu Thalib ra.) tentang cara keluar baginda dan masuk baginda, tentang cara duduknya, malah tentang segala sesuatu mengenai Rasulullah SAW itu.</span></div></span><div style="text-align: left;"><br /></div><b style="line-height: 1.4;"><div style="text-align: left;"><b style="line-height: 1.4;">Rumah Nabi</b></div></b><span style="line-height: 1.4;"><div style="text-align: left;"><span style="line-height: 1.4;">Berkata Al-Hasan ra. lagi: Aku juga pernah menanyakan ayahku tentang masuknya Rasulullah SAW lalu dia menjawab: Masuknya ke dalam rumahnya bila sudah diizinkan khusus baginya, dan apabila baginda berada di dalam rumahnya dibagikan masanya tiga bagian. Satu bagian khusus untuk Allah ta'ala, satu bagian untuk isteri-isterinya, dan satu bagian lagi untuk dirinya sendiri. Kemudian dijadikan bagian untuk dirinya itu terpenuh dengan urusan di antaranya dengan manusia, dihabiskan waktunya itu untuk melayani semua orang yang awam maupun yang khusus, tiada seorang pun dibedakan dari yang lain.</span></div></span><div style="text-align: left;"><br /></div><span style="line-height: 1.4;"><div style="text-align: left;"><span style="line-height: 1.4;">Di antara tabiatnya ketika melayani ummat, baginda selalu memberikan perhatiannya kepada orang-orang yang terutama untuk dididiknya, dilayani mereka menurut kelebihan diri masing-masing dalam agama. Ada yang keperluannya satu ada yang dua, dan ada yang lebih dari itu, maka baginda akan duduk dengan mereka dan melayani semua urusan mereka yang berkaitan dengan diri mereka sendiri dan kepentingan ummat secara umum, coba menunjuki mereka apa yang perlu dan memberitahu mereka apa yang patut dilakukan untuk kepentingan semua orang dengan mengingatkan pula: "Hendaklah siapa yang hadir menyampaikan kepada siapa yang tidak hadir. Jangan lupa menyampaikan kepadaku keperluan orang yang tidak dapat menyampaikannya sendiri, sebab sesiapa yang menyampaikan keperluan orang yang tidak dapat menyampaikan keperluannya sendiri kepada seorang penguasa, niscaya Allah SWT akan menetapkan kedua tumitnya di hari kiamat", tiada disebutkan di situ hanya hal-hal yang seumpama itu saja.</span></div></span><div style="text-align: left;"><br /></div><span style="line-height: 1.4;"><div style="text-align: left;"><span style="line-height: 1.4;">Baginda tidak menerima dari bicara yang lain kecuali sesuatu untuk maslahat ummatnya. Mereka datang kepadanya sebagai orang-orang yang berziarah, namun mereka tiada meninggalkan tempat melainkan dengan berisi. Dalam riwayat lain mereka tiada berpisah melainkan sesudah mengumpul banyak faedah, dan mereka keluar dari majelisnya sebagai orang yang ahli dalam hal-ihwal agamanya.</span></div></span><div style="text-align: left;"><br /></div><b style="line-height: 1.4;"><div style="text-align: left;"><b style="line-height: 1.4;">Luaran Nabi</b></div></b><span style="line-height: 1.4;"><div style="text-align: left;"><span style="line-height: 1.4;">Berkata Al-Hasan r.a. lagi: Kemudian saya bertanya tentang keadaannya di luar, dan apa yang dibuatnya? Jawabnya: Adalah Rasulullah SAW ketika di luar, senantiasa mengunci lidahnya, kecuali jika memang ada kepentingan untuk ummatnya. Baginda selalu beramah-tamah kepada mereka, dan tidak kasar dalam bicaranya. Baginda senantiasa memuliakan ketua setiap suku dan kaum dan meletakkan masing-masing di tempatnya yang layak. Kadang-kadang baginda mengingatkan orang ramai, tetapi baginda senantiasa menjaga hati mereka agar tidak dinampakkan pada mereka selain mukanya yang manis dan akhlaknya yang mulia. Baginda selalu menanyakan sahabat-sahabatnya bila mereka tidak datang, dan selalu bertanyakan berita orang ramai dan apa yang ditanggunginya. Mana yang baik dipuji dan dianjurkan, dan mana yang buruk dicela dan dicegahkan.</span></div></span><div style="text-align: left;"><br /></div><span style="line-height: 1.4;"><div style="text-align: left;"><span style="line-height: 1.4;">Baginda senantiasa bersikap pertengahan dalam segala perkara, tidak banyak membantah, tidak pernah lalai supaya mereka juga tidak suka lalai atau menyeleweng, semua perkaranya baik dan terjaga, tidak pernah meremehkan atau menyeleweng dari kebenaran, orang-orang yang senantiasa mendampinginya ialah orang-orang paling baik kelakuannya, yang dipandang utama di sampingnya, yang paling banyak dapat memberi nasihat, yang paling tinggi kedudukannya, yang paling bersedia untuk berkorban dan membantu dalam apa keadaan sekalipun.</span></div></span><div style="text-align: left;"><br /></div><b style="line-height: 1.4;"><div style="text-align: left;"><b style="line-height: 1.4;">Majlis Nabi</b></div></b><span style="line-height: 1.4;"><div style="text-align: left;"><span style="line-height: 1.4;">Berkata Al-Hasan ra. lagi: Saya lalu bertanya pula tentang majelis Nabi SAW dan bagaimana caranya ? Jawabnya: Bahwa Rasulullah SAW tidak duduk dalam sesuatu majelis, atau bangun daripadanya, melainkan baginda berzikir kepada Allah SWT baginda tidak pernah memilih tempat yang tertentu, dan melarang orang meminta ditempatkan di suatu tempat yang tertentu. Apabila baginda sampai kepada sesuatu tempat, di situlah baginda duduk sehingga selesai majelis itu dan baginda menyuruh membuat seperti itu. Bila berhadapan dengan orang ramai diberikan pandangannya kepada semua orang dengan sama rata, sehingga orang-orang yang berada di majelisnya itu merasa tiada seorang pun yang diberikan penghormatan lebih darinya. Bila ada orang yang datang kepadanya kerana sesuatu keperluan, atau sesuatu masliahat, baginda terus melayaninya dengan penuh kesabaran hinggalah orang itu bangun dan kembali.</span></div></span><div style="text-align: left;"><br /></div><span style="line-height: 1.4;"><div style="text-align: left;"><span style="line-height: 1.4;">Baginda tidak pernah menghampakan orang yang meminta daripadanya sesuatu keperluan, jika ada diberikan kepadanya, dan jika tidak ada dijawabnya dengan kata-kata yang tidak mengecewakan hatinya. Budipekertinya sangat baik, dan perilakunya sungguh bijak. Baginda dianggap semua orang seperti ayah, dan mereka dipandang di sisinya semuanya sama dalam hal kebenaran, tidak berat sebelah. Majelisnya semuanya ramah-tamah, segan-silu, sabar menunggu, amanah, tidak pemah terdengar suara yang tinggi, tidak dibuat padanya segala yang dilarangi, tidak disebut yang jijik dan buruk, semua orang sama kecuali dengan kelebihan taqwa, semuanya merendah diri, yang tua dihormati yang muda, dan yang muda dirahmati yang tua, yang perlu selalu diutamakan, yang asing selalu didahulukan.</span></div></span><div style="text-align: left;"><br /></div><span style="line-height: 1.4;"><div style="text-align: left;"><span style="line-height: 1.4;">Berkata Al-Hasan ra. lagi: Saya pun lalu menanyakan tentang kelakuan Rasulullah SAW pada orang-orang yang selalu duduk-duduk bersama-sama dengannya? Jawabnya: Adalah Rasulullah SAW selalu periang orangnya, pekertinya mudah dilayan, seialu berlemah-lembut, tidak keras atau bengis, tidak kasar atau suka berteriak-teriak, kata-katanya tidak kotor, tidak banyak bergurau atau beromong kosong segera melupakan apa yang tiada disukainya, tidak pernah mengecewakan orang yang berharap kepadanya, tidak suka menjadikan orang berputus asa. Sangat jelas dalam perilakunya tiga perkara yang berikut. Baginda tidak suka mencela orang dan memburukkannya. Baginda tidak suka mencari-cari keaiban orang dan tidak berbicara mengenai seseorang kecuali yang mendatangkan faedah dan menghasilkan pahala.</span></div></span><div style="text-align: left;"><br /></div><span style="line-height: 1.4;"><div style="text-align: left;"><span style="line-height: 1.4;">Apabila baginda berbicara, semua orang yang berada dalam majelisnya memperhatikannya dengan tekun seolah-olah burung sedang tertengger di atas kepala mereka. Bila baginda berhenti berbicara, mereka baru mula berbicara, dan bila dia berbicara pula, semua mereka berdiam seribu basa. Mereka tidak pernah bertengkar di hadapannya. Baginda tertawa bila dilihatnya mereka tertawa, dan baginda merasa takjub bila mereka merasa takjub. Baginda selalu bersabar bila didatangi orang badwi yang seringkali bersifat kasar dan suka mendesak ketika meminta sesuatu daripadanya tanpa mahu mengalah atau menunggu, sehingga terkadang para sahabatnya merasa jengkel dan kurang senang, tetapi baginda tetap menyabarkan mereka dengan berkata: "Jika kamu dapati seseorang yang perlu datang, hendaklah kamu menolongnya dan jangan menghardiknya!". Baginda juga tidak mengharapkan pujian daripada siapa yang ditolongnya, dan kalau mereka mau memujinya pun, baginda tidak menggalakkan untuk berbuat begitu. Baginda tidak pernah memotong bicara sesiapa pun sehingga orang itu habis berbicara, lalu barulah baginda berbicara, atau baginda menjauh dari tempat itu.</span></div></span><div style="text-align: left;"><br /></div><b style="line-height: 1.4;"><div style="text-align: left;"><b style="line-height: 1.4;">Diamnya Nabi</b></div></b><span style="line-height: 1.4;"><div style="text-align: left;"><span style="line-height: 1.4;">Berkata Al-Hasan r.a. lagi: Saya pun menanyakan pula tentang diamnya, bagaimana pula keadaannya? Jawabnya: Diam Rasulullah SAW bergantung kepada mempertimbangkan empat hal, yaitu: Kerana adab sopan santun, kerana berhati-hati, kerana mempertimbangkan sesuatu di antara manusia, dan kerana bertafakkur. Adapun sebab pertimbangannya ialah kerana persamaannya dalam pandangan dan pendengaran di antara manusia. Adapun tentang tafakkurnya ialah pada apa yang kekal dan yang binasa. Dan terkumpul pula dalam peribadinya sifat-sifat kesantunan dan kesabaran. Tidak ada sesuatu yang boleh menyebabkan dia menjadi marah, ataupun menjadikannya membenci. Dan terkumpul dalam peribadinya sifat berhati-hati dalam empat perkara, iaitu: Suka membuat yang baik-baik dan melaksanakannya untuk kepentingan ummat dalam hal-ehwal mereka yang berkaitan dengan dunia mahupun akhirat, agar dapat dicontohi oleh yang lain. Baginda meninggalkan yang buruk, agar dijauhi dan tidak dibuat oleh yang lain. Bersungguh-sungguh mencari jalan yang baik untuk maslahat ummatnya, dan melakukan apa yang dapat mendatangkan manfaat buat ummatnya, baik buat dunia ataupun buat akhirat.</span></div></span></span></div><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><div style="text-align: left;"><span style="line-height: 22px;"><br /></span></div><span style="line-height: 1.4;"><div style="text-align: left;"><span style="line-height: 1.4;">(Nukilan Thabarani - Majma'uz-Zawa'id 8:275)</span></div></span></span></div></div></div></div></div></div></div></div></div></div></div></span>Adminhttp://www.blogger.com/profile/09854312881608681963noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7559028441707881115.post-71959470440786766612013-11-04T22:35:00.000+08:002013-11-11T19:04:00.805+08:00Puteri-Puteri Rasulullah SAW<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhVAr98EEJ_RG1GHmtCuRgtg6RF8lXawHFMTbb9yrAfuY4ISDYUyznjQfaYYqmXsAjCNT5-LIlXScXBVa9DPR6iLtbK8keaacBU1Wr1O75L5OzXuXCthy-Nlb6pHZu-F4QFpAKvCaW4zh2L/s1600/madinah_wallpaper_-1024x640.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhVAr98EEJ_RG1GHmtCuRgtg6RF8lXawHFMTbb9yrAfuY4ISDYUyznjQfaYYqmXsAjCNT5-LIlXScXBVa9DPR6iLtbK8keaacBU1Wr1O75L5OzXuXCthy-Nlb6pHZu-F4QFpAKvCaW4zh2L/s320/madinah_wallpaper_-1024x640.jpg" width="320" /></a></div><span class="fullpost"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span style="background-color: white; font-weight: bold; line-height: 18px; text-align: justify;"><br /></span></span><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span style="background-color: white; font-weight: bold; line-height: 18px; text-align: justify;"><br /></span></span><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span style="background-color: white; font-weight: bold; line-height: 18px; text-align: justify;"><br /></span></span><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span style="background-color: white; font-weight: bold; line-height: 18px; text-align: justify;">1. ZAINAB BINTI RASULULLAH SAW.</span><br style="background-color: white; line-height: 18px; text-align: justify;" /><span style="background-color: white; line-height: 18px; text-align: justify;">Zainab adalah putri tertua Rasulullah SAW.. Rasulullah SAW. telah menikahkannya dengan sepupu beliau, yaitu Abul 'Ash bin Rabi' sebelum beliau diangkat menjadi Nabi, atau ketika Islam belum tersebar di tengah-tengah mereka. lbu Abul 'Ash adalah Halah binti Khuwaylid, bibi Zainab dari pihak ibu. Dari pernikahannya dengan Abul 'Ash mereka mempunyai dua orang anak: Ali dan Umamah. Ali meninggal ketika masih kanak-kanak dan Umamah tumbuh dewasa dan kemudian menikah dengan Ali bin Abi Thalib ra. setelah wafatnya Fatimah ra.</span><br style="background-color: white; line-height: 18px; text-align: justify;" /><br style="background-color: white; line-height: 18px; text-align: justify;" /><span style="background-color: white; line-height: 18px; text-align: justify;">Setelah berumah tangga, Zainab tinggal bersama Abul 'Ash bin Rabi' suaminya. Hingga pada suatu ketika, pada saat suaminya pergi bekerja, Zainab mengunjungi ibunya. Dan ia dapatkan keluarganya telah mendapatkan suatu karunia dengan diangkatnya, ayahnya, Muhammad SAW. menjadi Nabi akhir jaman. Zainab mendengarkan keterangan tentang Islam dari ibunya, Khadijah ra.. Keterangan ini membuat hatinya lembut dan menerima hidayah Islam. Dan keislamannya ini ia pegang dengan teguh, walaupun ia belum menerangkan keislamannya kepada suaminya, Abul 'Ash.</span><br style="background-color: white; line-height: 18px; text-align: justify;" /><br style="background-color: white; line-height: 18px; text-align: justify;" /><span style="background-color: white; line-height: 18px; text-align: justify;">Sedangkan Abul 'Ash bin Rabi' adalah termasuk orang-orang musyrik yang menyembah berhala. Pekerjaan sehari-harinya adalah sebagai peniaga. Ia sering meninggalkan Zainab untuk keperluan dagangnya. la sudah mendengar tentang pengakuan Muhammad sebagai Nabi SAW.. Namun, ia tidak mengetahui bahwa istrinya, Zainab sudah memeluk Islam. Pada tahun ke-6 setelah hijrah Nabi SAW. ke Madinah.</span><br style="background-color: white; line-height: 18px; text-align: justify;" /><br style="background-color: white; line-height: 18px; text-align: justify;" /><span style="background-color: white; line-height: 18px; text-align: justify;">Abul 'Ash bin Rabi' pergi ke Syria beserta kafilah-kafilah Quraisy untuk berdagang. Ketika Rasulullah SAW. mendengar bahwa ada kafilah Quraisy yang sedang kembali dari Syria, beliau mengirim Zaid bin Haritsah ra. bersama 313 pasukan muslimin untuk menyerang kafilah Quraisy ini. Mereka menghadang kafilah ini di dekat Al-is di Badar pada bulan jumadil Awal. Mereka menangkap kafilah itu dan barang-barang yang dibawanya serta menahan beberapa orang dari kafilah itu, termasuk Abul 'Ash bin Rabi'. Ketika penduduk Mekkah datang unluk menebus para tawanan, maka saudara laki-laki Abul 'Ash, yaitu Amar bin Rabi', telah datang untuk menebus dirinya. Ketika itu, Zainab istri Abul 'Ash masih tinggal di Mekkah. la pun telah mendengar berita serangan kaum muslimin atas kafilah-kafilah Quraisy termasuk berita tertawannya Abul 'Ash.</span><br style="background-color: white; line-height: 18px; text-align: justify;" /><br style="background-color: white; line-height: 18px; text-align: justify;" /><span style="background-color: white; line-height: 18px; text-align: justify;">Berita ini sangat meiiyedihkannya. Lalu ia mengirimkan kalungnya yang terbuat dari batu onyx Zafar hadiah dari ibunya, Khadijah binti Khuwaylid ra.. Zafar adalah sebuah gunung di Yaman. Khadijah binti Khuwaylid telah memberikan kalung itu kepada Zainab ketika ia akan menikah dengan Abul 'Ash bin Rabi'. Dan kali ini, Zainab mengirimkan kalung itu sebagai tebusan atas suaminya, Abul 'Ash. Kalung itu sampai di tangan Rasulullah SAW. Ketika beliau SAW. melihat kalung itu, beliau segera mengenalinya. Dan kalung itu mengingatkan beliau kepada istrinya yang sangat ia sayangi, Khadijah. Beliau berkata, 'Seorang Mukmin adatah penolong bagi orang Mukmin lainnya. Setidaknya mereka memberikan perlindungan. Kita lindungi orang yang dilindungi oleh Zainab. jika kalian bisa mencari jalan untuk niembebaskan Abul 'Ash kepada Zainab dan mengembalikan kalungnya itu kepadanya, maka lakukaniah.' Mereka menjawab, 'Baik, ya Rasulullah SAW' Maka mereka segera membebaskan Abul 'Ash dan mengembalikan kalung itu kepada Zainab.</span><br style="background-color: white; line-height: 18px; text-align: justify;" /><br style="background-color: white; line-height: 18px; text-align: justify;" /><span style="background-color: white; line-height: 18px; text-align: justify;">Kemudian Rasulullah SAW. menyuruh Abul 'Ash agar berjanji untuk membiarkan Zainab bergabung bersama Rasulullah SAW. Dia pun berjanji dan memenuhi janjinya itu. Ketika Rasulullah SAW. pulang ke rumahnya, Zainab datang menemuinya dan meminta untuk mengembalikan kepada Abul 'Ash apa yang pernah diambil darinya. Beliau mengabulkannya. Pada kesempatan itu, Beliau pun telah melarang Zainab agar tidak mendatangi Abul 'Ash, karena dia tidak halal bagi Zainab selama dia masih kafir. lalu Abul 'Ash kembali ke Mekkah dan menyelesaikan semua kewajibannya. Kemudian dia masuk Islam dan kembali kepada Rasulutiah SAW sebagai seorang Muslim. Dia berhijrah pada bulan Muharram, 7 Hijriyah. Maka Rasulullah SAW. pun mengembalikan Zainab kepadanya, berdasarkan pernikahannya yang pertama.</span><br style="background-color: white; line-height: 18px; text-align: justify;" /><br style="background-color: white; line-height: 18px; text-align: justify;" /><span style="background-color: white; line-height: 18px; text-align: justify;">Zainab wafat pada tahun 8 Hijriyah. Orang-orang yang memandikan jenazahnya ketika itu, antara lain ialah; Ummu Aiman, Saudah binti Zam'ah, Ummu Athiyah dan Ummu Salamah ra.. Rasulullah SAW. berpesan kepada mereka yang akan memandikan jenazahnya ketika itu, 'Basuhiah dia dalarn jumlah Vang ganjil, 3 atau 5 kali atau iebih jika kalian merasa lebih baik begitu. Mulailah dari sisi kanan dan anggota-anggota wudhu. Mandikan dia dengan air dan bunga. Bubuhi sedikit kapur barus pada air siraman yang terakhir. Jika kalian sudah selesai beritahukaniah kepadaku.' Ketika itu, rambut jenazah dikepang meniadi tiga kepangan, di samping dan di depan lalu dikebelakangkan. Setelah selesai dari memandikan jenazah, Ummu Athiyah memberitahukan kepada Nabi SAW. Lalu Nabi SAW memberikan selimutnya dan berkata, 'Kafanilah dia dengan kain ini.'</span><br style="background-color: white; line-height: 18px; text-align: justify;" /><br style="background-color: white; line-height: 18px; text-align: justify;" /><br style="background-color: white; line-height: 18px; text-align: justify;" /><br style="background-color: white; line-height: 18px; text-align: justify;" /><span style="background-color: white; font-weight: bold; line-height: 18px; text-align: justify;">2. RUQAYYAH BINTI RASULULLAH SAW.</span><br style="background-color: white; line-height: 18px; text-align: justify;" /><span style="background-color: white; line-height: 18px; text-align: justify;">Ruqayyah telah menikah dengan Utbah bin Abu lahab sebelum masa kenabian. Sebenarnya hat itu sangat tidak disukai oleh Khadijah ra.. Karena ia telah mengenal perilaku ibu Utbah, yaitu Umrnu jamil binti Harb, yang terkenal berperangai buruk dan jahat. ta khawatir putrinya akan memperoleh sifat-sifat buruk dari ibu mertuanya tersebut. Dan ketika Rasulullah SAW. telah diangkat menjadi Nabi, maka Abu Lahablah, orang yang paling memusuhi Rasulullah SAW. dan Islam. Abu Lahab telah banyak menghasut orang-orang Mekkah agar memusuhi Nabi SAW. dan para sahabat ra.. Begitu pufa istrinya, Ummu Jamil yang senantiasa berusaha mencelakakan Rasulullah SAW. dan memfitnahnya. Atas perilaku Abu lahab dan permusuhannya yang keras terhadap Rasulullah SAW., maka Allah telah menurunkan wahyu-Nya, 'Maka celakalah kedu,7 tangan Abu lahab, (Al lahab: 1) Setelah ayat ini turun, maka Abu lahab berkata kepada kedua orang putranya, Utbah dan Utaibah, 'Kepalaku tidak haial bagi kepalamu selama kamu tidak menceraikan Putri Muhammad.' Atas perintah bapaknya itu, maka Utbah mericeraikan istrinya tanpa alasan. Setelah bercerai dengan Utbah, kemudian Ruqayyah dinikahkan oleh Rasulullah SAW. dengan Utsman bin Affan ra.</span><br style="background-color: white; line-height: 18px; text-align: justify;" /><br style="background-color: white; line-height: 18px; text-align: justify;" /><span style="background-color: white; line-height: 18px; text-align: justify;">Hati Ruqayyah pun berseri-seri dengan pernikahannya ini. Karena Utsman adalah seorang Muslim yang beriman teguh, berbudi luhur, tampan, kaya raya, dan dari golongan bangsawan Quraisy. Setelah pernikahan itu, penderitaan kaum muslimin bertambah berat, dengan tekanan dan penindasan dari kafirin Quraisy. Ketika semakin hari penderitaan kaum muslimin, termasuk keluarga Rasulutlah SAW. bertambah berat, maka dengan berat hati Nabi SAW. mengijinkan Utsman beserta keluarganya dan beberapa muslim lainnya untuk berhijrah ke negeri Habasyah. Ketika itu Rasulullah SAW. bersabda, 'Pergilah ke negeri Habasyah, karena di sana ada seorang raja yang terkenal baik budinya, tidak suka menganiaya siapapun, Di sana adalah bumi yang melindungi kebenaran. Pergilah kalian ke sana. Sehingga Allah akan membebaskan kalian dari penderitaan ini.'</span><br style="background-color: white; line-height: 18px; text-align: justify;" /><br style="background-color: white; line-height: 18px; text-align: justify;" /><span style="background-color: white; line-height: 18px; text-align: justify;">Maka berangkatlah satu kafilah untuk berhijrah dengan diketuai oleh Utsman bin Affan ra. Rasulullah SAW. bersabda tentang mereka, Mereka adalah orang yang pertama kali hijrah karena Allah setelah Nabi Luth as.' Setibanya di Habasyah mereka memperoleh perlakuan yang sangat baik dari Raja Habasyah. Mereka hidup tenang dan tenteram, hingga datanglah berita bahwa keadaan kaum muslimin di Mekkah telah aman. Mendengar berita tersebut, disertai kerinduan kepada kampung halaman, maka Utsman memutuskan bahwa kafilah muslimin yang dipimpimnya itu akan kembali lagi ke kampung halamannya di Mekkah. Mereka pun kembali. Namun apa yang dijumpai adalah berbeda dengan apa yang mereka dengar ketika di Habasyah. Pada masa itu, mereka mendapati keadaan kaum muslimin yang mendapatkan penderitaan lebih parah lagi. Pembantaian dan penyiksaan atas kaum muslimin semakin meningkat. Sehingga rombongan ini tidak berani memasuki Mekkah pada siang hari. Ketika malam telah menyelimuti kota Mekkah, barulah mereka mengunjungi rumah masingmasing yang dirasa aman. Ruqayyah pun masuk ke rumahnya, melepas rindu terhadap orang tua dan saudara-saudaranya.</span><br style="background-color: white; line-height: 18px; text-align: justify;" /><br style="background-color: white; line-height: 18px; text-align: justify;" /><span style="background-color: white; line-height: 18px; text-align: justify;">Namun ketika matanya beredar ke sekeliling rumah, ia tidak menjumpai satu sosok manusia yang sangat ia rindukan. la bertanya, 'Mana ibu?..... mana ibu?....' Saudara-saudaranya terdiam tidak menjawab. Maka Ruqayyah pun sadar, orang yang sangat berarti dalam hidupnya itu telah tiada. Ruqayyah menangis. Hatinya sangat bergetar, bumi pun rasanya berputar atas kepergiannya. Penderitaan hatinya, ternyata tidak berhenti sampai di situ. Tidak lama berselang, anak lelaki satu-satunya, yaitu Abdullah yang lahir ketika hijrah pertama, telah meninggal dunia pula. Padahal nama Abdullah adalah kunyah bagi Utsman ra., yaitu Abu Abdullah. Abdullah masih berusia dua tahun, ketika seekor ayam jantan mematuk mukanya sehingga mukanya bengkak, maka Allah mencabut nyawanya. Ruqayyah tidak mempunyai anak lagi setelah itu.</span><br style="background-color: white; line-height: 18px; text-align: justify;" /><br style="background-color: white; line-height: 18px; text-align: justify;" /><span style="background-color: white; line-height: 18px; text-align: justify;">Dia hijrah ke Madinah setelah Rasulullah SAWj. hijrah. Ketika Rasulullah SAW. bersiap-siap untuk perang Badar, Ruqayyah jatuh sakit, sehingga Rasulullah SAW. menyuruh Utsman bin Affan agar tetap tinggal di Madinah untuk merawatnya. Namun maut telah menjemput Ruqayyah ketika Rasulullah SAW. masih berada di medan Badar pada bulan Ramadhan. Kemudian berita wafatnya ini dikabarkan oleh Zaid bin Haritsah ke Badar. Dan kemenangan kaum muslimin yang dibawa oleh Rasulullah SAW. beserta pasukannya dari Badar, ketika masuk ke kota Madinah, telah disambut dengan berita penguburan Ruqayyah ra. Pada saat wafatnya Ruqayyah, Rasulullah SAW. berkata, Bergabunglah dengan pendahulu kita, Utsman bin Maz'un.'</span><br style="background-color: white; line-height: 18px; text-align: justify;" /><br style="background-color: white; line-height: 18px; text-align: justify;" /><span style="background-color: white; line-height: 18px; text-align: justify;">Para wanita menangisi kepergian Ruqayyah. Sehingga Umar bin Khattab ra. datang kepada para wanita itu dan memukuli mereka dengan cambuknya agar mereka tidak keterlaluan dalam menangisi jenazah Ruqayyah. Akan tetapi Rasulullah SAW. menahan tangan Umar ra. dan berkata, 'Biarkaniah mereka menangis, ya Umar. Tetapi hati-hatilah dengan bisikan syaitan. Yang datang dari hati dan mata adalah dari Allah dan merupakan rahmat. Yang datang dari tangan dan lidah adalah dari syaitan.'</span><br style="background-color: white; line-height: 18px; text-align: justify;" /><br style="background-color: white; line-height: 18px; text-align: justify;" /><br style="background-color: white; line-height: 18px; text-align: justify;" /><br style="background-color: white; line-height: 18px; text-align: justify;" /><span style="background-color: white; font-weight: bold; line-height: 18px; text-align: justify;">3. UMMU KULTSUM BINTI RASULULLAH SAW.</span><br style="background-color: white; line-height: 18px; text-align: justify;" /><span style="background-color: white; line-height: 18px; text-align: justify;">Ummu Kultsum adalah adik Ruqayyah ra., putri Rasulullah SAW. Ia telah menikah dengan Utaibah bin Abu Lahab, saudara Utbah yang telah menikahi Ruqayyah, sebelurn mereka mengenal Islam. Lalu ketika Rasulullah SAW. telah diangkat menjadi Nabi, ia dan saudara-saudaranya memeluk Islam dengan lapang dada. Dan dakwah Nabi SAW. yang selalu ditentang oleh Abu lahab beserta keluarganya ini, menyebabkan Allah telah mewahyukan kepada Nabi SAW. firman-Nya yang berbunyi, Maka celakalah kedua tangan Abu lahab'(Al-lahab: 1) ' Setelah tutun ayat ini, Abu lahab berkata kepads Utaibah anaknya, "Kepalaku tidak halal bagi kepalamu selama kamu tidak menceraikan putri Nabi. Maka dia pun menceraikan istrinya, Ummu Kultsum begitu saja. Utaibah mendatangi Nabi SAW. dan mengatakan kata-kata yang menyakitkan hati Rasulullah SAW. Atas periakuan itu, maka Rasulullah SAW. telah berdoa kepada Allah, agar mengirimkan anjing-anjing-Nya untuk membinasakan Utaibah. Dan apa yang telah didoakan oleh Nabi SAW. terhadap Utaibah itu benar-benar teriadi.</span><br style="background-color: white; line-height: 18px; text-align: justify;" /><br style="background-color: white; line-height: 18px; text-align: justify;" /><span style="background-color: white; line-height: 18px; text-align: justify;">Dalam suatu perjalanan, seekor singa yang ganas teiah memilih Utaibah di antara teman-temannya untuk diterkam kepalanya. Utaibah mati dalam keadaan yang sangat mengerikan. Setelah bercerai, maka Ummu Kultsum kembali tinggal bersama Rasulullah SAW. di Mekkah. Dia ikut hijrah ke Madinah ketika Rasulullah SAW. berhijrah, kemudian tinggal di sana bersama keluarga Rasulullah SAW. Ruqayyah dan Ummu Kultsum adalah dua orang saudara yang perjalanan hidup mereka hampir sama. Mereka berdua teriahir dari bapak yang sama, ibu yang sama, suami mereka pun kakak beradik yang namanya mempunyai arti yang sama; Utbah dan Utaibah, mempunyai mertua yang sama, masuk Islam pada hari yang sama, bercerai pada hari yang sama, dan setelah perceraian itu, mereka mempunyai suami yang sama pula.</span><br style="background-color: white; line-height: 18px; text-align: justify;" /><br style="background-color: white; line-height: 18px; text-align: justify;" /><span style="background-color: white; line-height: 18px; text-align: justify;">Ketika Ruqayyah meninggal dunia, maka Utsman bin Affan ra. menikahi Ummu Kultsum yang masih perawan yang belum terjamah oleb Utaibah. Pada waktu itu adalah bulan Rabi'ul-Awwal, tahun ke-3 Hijriyah. Dan keduanya baru berkumpul pada bulan Jumadits-Tsani. Mereka hidup bersama sampai Ummu Kultsum meninggal dunia tanpa mendapatkan seorang anak pun. Ummu Kultsum meninggal dunia pada bulan Sya'ban tahun ke-9 Hijriyah. Rasulullah SAW. berkata, 'Seandainya aku mempunyai sepuluh orang putri, maka aku akan tetap menikahkan mereka dengan Utsman.' Ummu Kultsum adaiah seorang wanita yang cantik. la senang memakai jubah sutra yang bergaris. Pada hari wafatnya, jenazahnya telah dimandikan oleh Asma' binti Umais dan Shafiah binti Abdul Muthalib. jenazahnya ditempatkan di atas sebuah keranda yang terbuat dari batang polgon palem yang baru dipotong. Dan pada saat penguburannya, Rasulullah SAW. duduk di dekat kuburan Ummu Kultsum dengan berlinangan air mata. Beliau berkata, siapa di antara kalian yang tidak bercampur dengan istrinya tadi malam?' Abu Thalhah ra. berkata, 'Aku, ya Rasulullah SAW' lalu Beliau menyuruhnya, "Turunlah kamu." Maka Abu Thalhah turun dan menguburkan Ummu Kultsum ra.</span><br style="background-color: white; line-height: 18px; text-align: justify;" /><br style="background-color: white; line-height: 18px; text-align: justify;" /><br style="background-color: white; line-height: 18px; text-align: justify;" /><br style="background-color: white; line-height: 18px; text-align: justify;" /><span style="background-color: white; font-weight: bold; line-height: 18px; text-align: justify;">4. FATIMAH BINTI RASULULLAH SAW.</span><br style="background-color: white; line-height: 18px; text-align: justify;" /><span style="background-color: white; line-height: 18px; text-align: justify;">Pada suatu ketika, Abu Bakar ra. pernah datang kepada Rasulullah SAW. dan meminang Fatimah ra. untuk dijadian sebagai istrinya. Hal itu dijawab oleh Beliau SAW. dengan halus, "Wahai Abu Bakar, tunggulah ketetapan tentang Fatimah.' Jawaban Rasulullah SAW. ini diceritakan oleh Abu Bakar ra. kepada Umar bin Khattab ra.. Umar berkata, itu artinya beliau menolakmu, wahai Abu Bakar. Kemudian Abu Bakar ra. menyarankan kepada Umar ra, 'Sekarang cobalah kamu yang menanyai Rasulullah SAW. untuk meminang Fatimah.' Atas anjuran tersebut, maka Umar ra. pergi menjumpai Rasulullah SAW. dan meminta kepada Beliau SAW. untuk menikahkan Fatimah ra. dengannya. Pada kali itu pun Rasulullah SAW. menjawab, 'Wahai Umar, Tunggulah ketetapan tentangnya.' Setelah dijawab demikian, Umar ra. menemui Abu Bakar dan menceritakan hal ini kepadanya. 'Berarti beliau juga telah menolakmu wahai Umar.' Kata Abu Bakar ra.. Selanjutnya keluarga Ali ra. telah menyarankan kepada Ali ra., 'Mintalah kepada Rasulullah SAW. agar kamu dapat meminang Fatimah.' Maka Ali ra. mendatangi Rasulullah SAW. untuk meminang Fatimah. Pinangan ini diterima oleh beliau dengan baik. Dan pada hari itu juga Rasulullah SAW. telah menikahkannya dengan Fatimah ra. dengan mahar beberapa pakaian bekas dan kulit domba.</span><br style="background-color: white; line-height: 18px; text-align: justify;" /><br style="background-color: white; line-height: 18px; text-align: justify;" /><span style="background-color: white; line-height: 18px; text-align: justify;">Dan ketika itu, perlengkapan pengantin wanitanya antara lain adalah tempat tidur dari dedaunan kurma, bantal kulit berisi jerami, bejana kulit kecil dan kantong air dari kulit. Untuk pernikahan itu, Ali ra. telah menjual seekor unta miliknya dan sebagian barang-barangnya, sehingga terkumpul 480 dirham. Setelah terkumpul Rasulullah SAW. menyuruh Ali, "Belikaniah dua pertiga dari uang itu untuk wangi-wangian dan yang sepertiganya untuk barang-barang.' Setelah menikahi Fatimah, maka Nabi SAW. berkata kepada Ali ra., 'Carilah rumah'. Maka Ali pun mencari sebuah rurnah untuk tempat tinggainya bersama keluarga baru. la menemukan sebuah rumah yang agak jauh dari kediaman Rasulullah SAW. Karena rasa sayang Rasulullah SAW. kepada Fatimah, beliau berkata kepada Fatimah, 'Aku ingin kalian pindah agar berdekatan denganku.' Fatimah menjawab, 'Sebaiknya ayahanda, meminta kepada Haritsa bin Nu'man untuk pindah demi aku.' Rasulullah SAW. menjawab, 'Haritsa dulu pernah pindah demi kita, jadi aku enggan untuk memintanya kembali.' Hal ini telah terdengar oleh Haritsa, sehingga ia datang menemui Rasulullah SAW. dan berkata, 'Ya Rasulullah SAW, aku telah mendengar bahwa engkau ingin agar Fatirnah pindah ke dekat rumahmu. Rumah-rumahku adalah rumah Bani Najjar yang paling dekat ke rumahmu. Aku dan hartaku adalah untuk Allah dan Rasul-Nya. Demi Allah, Ya Rasulullah SAW. aku lebih menyukai uang yang engkau ambil dariku daripada yang tinggal.' Rasulullah SAW. berkata, 'Engkau telah berkata dengan sebenarnya, semoga Allah memberkatimu.' Maka Rasulullah SAW. memindahkan Fatimah ke rumah Haritsa.</span><br style="background-color: white; line-height: 18px; text-align: justify;" /><br style="background-color: white; line-height: 18px; text-align: justify;" /><span style="background-color: white; line-height: 18px; text-align: justify;">Ali dan Fatimah ra. adalah pasangan suami istri yang hidup dengan penuh kesederhanaan. Tempat tidur mereka terbuat dari kulit domba. jika mereka akan tidur, mereka harus membalikkan bulunya terlebih dahulu. Sedangkan bantainya terbuat dari kulit yang diisi jerami. Walaupun demikian, hari-hari mereka telah diisi dengan kebahagiaan. Pada suatu ketika, Fatimah berkata, 'Demi Allah, aku telah menumbuk gandum sampai tanganku lecet.' Maka Ali ra. menganjurkan kepada istrinya, agar menjumpai Rasulullah SAW. untuk meminta tawanan-tawanan perang sebagai pembantu di rumahnya. Fatimah pun segera menemui Rasulullah SAW.. Sesampainya di sana, banyak sahabat sedang berkumpul di sisi Rasulullah SAW.. Rasulullah SAW. bertanya, 'Ada apa, wahai putriku?' Fatimah menjawab, 'Aku datang untuk mengucapkan salam untukmu.' Fatimah terlalu segan untuk mengutarakan maksudnya, sehingga ia kembali pulang tanpa tertunaikan maksud kedatangannya. Sesampainya di rumah Ali bertanya, "Bagaimana haslinya?' Fatimah menjawab, 'Aku terlalu malu untuk meminta kepada beliau.' Kemudian mereka berdua datang menghadap Rasulullah SAW.. Ali ra. berkata, 'Ya Rasulullah SAW., Fatimah telah menimba air sampai dadanya luka.ia telah menumbuk (gandum) sampai tangannya lecet. Dan Allah telah memberimu rampasan perang dan kekayaan, berilah kami seorang pelayan.' Namun Rasulullah SAW. menjawab, 'Demi Allah, aku tidak akan memberimu pelayan, dan membiarkan ahli Shuffah menahan perutnya karena kelaparan. Aku tidak mempunyai sesuatu untuk mereka, jadi aku akan menjual barang rampasan itu dan memberikannya kepada mereka. Maukah kalian kuceritakan sesuatu yang lebih baik daripada yang kalian minta tadi? Mereka menjawab, 'Ya, tentu saja.' Beliau berkata, 'Yaitu beberapa kalimat yang diajarkan Jibril kepadaku. Ketika kalian beristirahat di tempat tidur ucapkanlah Subhanallah 33 kali, Alhamdulillah 33 kali, dan Allahu Akbar 34 kali. Dan nasehat itu telah menjadi amalan rutin keluarga Fatimah ra.</span><br style="background-color: white; line-height: 18px; text-align: justify;" /><br style="background-color: white; line-height: 18px; text-align: justify;" /><span style="background-color: white; line-height: 18px; text-align: justify;">Ali ra. berkata, 'Demi Allah, aku tidak pernah mengabaikan bacaan itu sejak Rasulullah SAW. mengajarkannya kepada kami.' lbnu Kiwa' berkata kepadanya, 'Bahkan pada malam perang Siffin?' Ali menjawab, 'Semoga Allah murka pada kalian, wahai penduduk lrak.</span><br style="background-color: white; line-height: 18px; text-align: justify;" /><br style="background-color: white; line-height: 18px; text-align: justify;" /><span style="background-color: white; line-height: 18px; text-align: justify;">Suatu ketika, Ali ra. pernah berbuat kasar kepada Fatimah ra. Lalu Fatimah ra. mengancam Ali ra., Demi Allah, aku akan mengadukanmu kepada Rasulullah SAW.!' Fatimah pun pergi kepada Nabi SAW. dan Ali ra. mengikutinya. Sesampainya di sana, Fatimah mengeluhkan tentang kekasaran Ali ra.. Nabi SAW. menyabarkannya, 'Wahai putriku, dengarkanlah, pasang telinga dan pahami. Bahwa tidak ada kepandaian sedikit pun bagi wanita yang tidak membalas kasih sayang suaminya ketika dia tenang.' Ali ra. berkata, 'Kalau begitu aku akan menahan diri dari yang telah kulakukan.' Fatimah pun berkata, Demi Allah, aku tidak akan berbuat apapun yang tidak engkau sukai.'</span><br style="background-color: white; line-height: 18px; text-align: justify;" /><br style="background-color: white; line-height: 18px; text-align: justify;" /><span style="background-color: white; line-height: 18px; text-align: justify;">Juga disebutkan dalam riwayat lain, Pernah terjadi pertengkaran antara Ali dan Fatimah. Lalu Rasulullah SAW. datang, dan Ali ra. menyediakan tempat untuk Rasulullah SAW. berbaring. Kemudian Fatimah datang dan berbaring di samping Nabi SAW.. lalu Ali pun berbaring di sisi lainnya. Rasulullah SAW. mengambil tangan Ali dan meletakkannya di atas perut beliau, lalu beliau mengambil tangan Fatimah dan meletakkannya di atas perut beliau. Selanjutnya beliau mendamaikan keduanya sehingga rukun kembali, Setelah itu barulah beliau keluar. Ada orang yang melihat kejadian itu lalu berkata kepada Rasulullah SAW., 'Tadi engkau masuk dalam keadaan demikian, lalu engkau keluar dalam keadaan berbahagia di wajahmu.'Beliau menjawab, 'Apa yang menahanku dari kebahagiaan, jika aku dapat mendamaikan kedua orang yang paling aku cintai?'</span><br style="background-color: white; line-height: 18px; text-align: justify;" /><br style="background-color: white; line-height: 18px; text-align: justify;" /><span style="background-color: white; line-height: 18px; text-align: justify;">Pada suatu ketika, 'Aisyah ra. sedang duduk bersama Rasulullah SAW., kemudian datanglah Fatimah dengan gaya berjalannya yang sama dengan gaya berjalan Rasulullah SAW. Nabi SAW. menyambutnya, 'Selamat datang, Putriku.' Lalu Beliau mendudukkan Fatimah di sampingnya dan membisikkan sesuatu kepadanya sehingga Fatimah menangis. Kemudian beliau kembali membisiki lagi kepada Fatimah, dan dia tertawa. Melihat hal ini, 'Aisyah bertanya, 'Mengapa engkau menangis lalu tertawa setelah dibisiki oleh Rasulullah SAW. Apa gerangan yang telah dibisikkan Rasulullah SAW. kepadamu?' Fatimah menjawab, 'Aku tidak akan membuka rahasia beliau.'</span><br style="background-color: white; line-height: 18px; text-align: justify;" /><br style="background-color: white; line-height: 18px; text-align: justify;" /><span style="background-color: white; line-height: 18px; text-align: justify;">Ketika Rasulullah SAW. wafat, 'Aisyah bertanya lagi kepada Fatimah, dan ia menjawab, 'Rasulullah SAW. membisikiku, 'Jibril selalu mendatangiku setiap tahun dan mengulangi Al-Qur'an kepadaku satu kali. Namun, pada tahun ini dia datang kepadaku dua kaii dan membacakan Al-Qur'an kepadaku dua kali. Aku merasa ajalku sudah dekat. Aku penghulu terbaik bagimu.' Maka aku menangis. Lalu Beliau membisikkan lagi, 'Engkau orang yang paling cepat menyusuiku dari keluargaku.' Maka aku tertawa karenanya.</span><br style="background-color: white; line-height: 18px; text-align: justify;" /><br style="background-color: white; line-height: 18px; text-align: justify;" /><span style="background-color: white; line-height: 18px; text-align: justify;">Pada hari-hari menjelang kematiannya, Fatimah disrerang sakit yang parah. Abu Bakar ra. pergi mengunjungi Fatimah dan meminta izin untuk masuk. Maka Ali berkata kepada istrinya, Fatimah, 'Ada Abu Bakar di depan pintu. Apakah engkau mengizinkannya masuk?' Fatimah ra. mengembalikan pertanyaan itu kepada suaminya, 'Apakah engkau setuju?' 'Ya,' jawab Ali. Maka Abu Bakar ra. masuk untuk mengunjunginya dan menghiburnya sehingga membuat Fatimah senang. Dan pada ketika sakitnya itu, Salma datang menengoknya. Sedangkan pada hari itu Ali ra. sedang keluar. Fatimah berkata kepada Salma, 'Tuangkaniah air untuk mandiku.' Maka Salma menuangkan air untuk mandi Fatimah dengan cara yang terbaik. Kemudian Fatimah berkata, 'Bawakantah bajuku yang baru.' Maka Salma memberikan pakaian baru kepadanya dan dia pun mengenakannya. Kemudian Fatimah berkata lagi, 'Angkatlah tempat tidurku ke tengah-tengah ruangan.' Salma memindahkannya, lalu dia berbaring menghadap kiblat. Kemudian Fatimah berkata kepada Salma, 'Ibu, aku akan menemui ajal sekarang. Aku telah mandi, jadi jangan biarkan orang lain membuka bahuku.' Salma bercerita, 'Fatimah telah wafat.</span><br style="background-color: white; line-height: 18px; text-align: justify;" /><br style="background-color: white; line-height: 18px; text-align: justify;" /><span style="background-color: white; line-height: 18px; text-align: justify;">Kemudian Ali datang dan aku mengabarkan hal itu kepadanya.' Ali ra. berkata, 'Demi Allah, tidak seorang pun yang akan membuka bahunya.' Dia mengangkat jenazah Fatimah dan menguburkannya dengan mandi itu.</span></span></span>Adminhttp://www.blogger.com/profile/09854312881608681963noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7559028441707881115.post-36075187048542625302013-11-03T21:55:00.000+08:002013-11-12T21:57:09.888+08:00Al-Ghazali dan tasawuf<b>Imam Ghazali</b> : <i>“Ketika masih muda, aku menyelami samudera yang dalam ini. Aku menyelaminya sebagai penyelam handal dan pemberani, buka sebagai penyelam penakut dan pengecut. Aku menyerang setiap kegelapan dan mengatasi semua maslah, menyelami kegoncangan. Aku teliti aqidah setiap kelompok dan menyingkap rahasia cara pikir setiap golongan, agar aku bisa membedakan antara kelompok yang memperjuangkan kebenaran dan kelompok yang memperjuangkan kebathilan, agar bisa membedakan antara pengikut sunnah dan pencipta bid’ah”.</i><br /><br /><a name='more'></a><br /><b>Al-Ghazali dan Tasawuf </b><br /><br />Bahwa Al-Ghazali adalah ulama’ besar yang sanggup menyusun kompromi antara syari’at dan hakikat atau tasawuf menjadi bangunan baru yang cukup memuaskan kedua belah pihak, baik dari kalangan syar’I ataupun lebih-lebih kalangan sufi. <br /><br />Berbagai macam buku yang membahas tentang sepak terjang Al-Ghazali yang tumbuh kembang pada masa dimana banyak muncul mazhab dan goolngan. Ketika itu, beragam kecenderungan berfikir, baik yang bernuansa agama maupun rasio, berbenturan dan beradu argumentasi. Al-Ghazali merasakan dirinya di antara mazhab yang terpecah belah, kelompok-kelompok perusak, filsafat asing dan bid’ah-bid’ah pemikiran. Sehigga tergambar dalam bait kata-katanya yang begitu menggugah hati dengan gemuruh semangat dan keberanian; <br /><br />Dengan demikian tidak ayal al-Ghazali merasakan dirinya berhadapan dengan samudera luas, dengan gulungan ombak yang sangat dahsyat dan dalam. Dia tidak memposisikan dirinya sebagai “penggembira” yang hanya ikut-ikutan dalam gelombang dahsyat itu. Dia tidak merasa takut terhadap luasnya samudera, kedalaman dasar samudera dan besarnya gelombang. <br /><br />Dasar ajaranTasawuf adalah cinta rindu untuk berhubungan dengan kekasihnya Allah SWT, dan berasik-maksyuk dengan Dia. Perkembangan yang cukup menarik adalah timbulnya kesadaran dari dalam untuk memoderasi ajaran Tasawuf, dan untuk mengeliminir konflik antara syari’at dan tasawuf atau hakikat. Upaya ini walaupun tidak akan berhasil memuaskan sepenuhnya, namun cukup konstruktif dan positif. Pertentangan antara hakikat dan syari’ah bisa diperkecil. Namun sebaliknya menimbulkan konflik ke dalam antara golongan yang lebih ortodoks dengan sufisme murni yang lebih heterodoks (pantheis). Disamping itu kelemahan yang mendasar dari kompromi ini, umumnya terletak pada penghargaan terhadap Tasawuf (hakikat) selalu dipandang lebih tinggi dari Syari’at. Al-Ghazali misalnya membagi iman menjadi tiga tingkat, dan yang paling tinggi adalah para arifin (sufi). Ajaran ini diterangkan sebagai berikut; <br /><br /><i>Keimanan tingkat awal, imannya orang-orang awam, yakni iman dasar taklid.</i><br /><br /><i>Tingkat kedua, imannya para mutakallimin (teolog), atas dasar campuran (taklid) dengan sejenis dalil.</i> (Tingkatan ini masih dekat dengan golongan awam) <br /><br /><i>Tingkat ketiga, imannya para arifin (sufi) atas dasar pensaksian secara langsung dengan perantara nurul yaqin.</i>(ihya’ ‘ulumuddin, III, hal. 15). <br /><br />Setelah Al-Ghazali melihat bahwa ahli ilmu kalam, filosof dan kaum Batiniyah tidak mampu mengantarkannya mencapai keyakinannya dan hakikat, maka dia melirik tasawuf yang menurut pandangannya adalah harapan terakhir yang bisa memberikannya kebahagiaan dan keyekinan. Ia mengatakan, “setelah aku mempelajari ilmu-ilmu ini (kalam, filsafat, dan ajaran bathiniyah), aku mulai menempuh jalan para sufi.” <br /><br />Para sufi banyak berbicara tentang kasyf dan mu’ayanah, mampu berhubungan dengan alam malakut dan belajar darinya secara langsung, mampu mengetahui lauhul-mahfuzh dan rahasia-rahasia yang dikandungnya. Namun, bagaimanakah caranya agar manusia mampu mendapatkan kasyf dan mu’ayanah? Para sufi menjawab, caranya dengan menuntut ilmu dan mengamalkan ilmu yang didapatkan. Al-Ghazali mengatakan, “Aku tahu bahwa tarekat mereka menjadi sempurna dengan ilmu dan amal” <br /><br />Jalan pertama, yaitu Ilmu. Al-Ghazli mulai mendapatkan ilmu kaum sufi dari kitab Qut Al-Qulub Mu’amalah Al-Mahbub karya Abu Thalib Al-Makki dan kitab Ar-Ri’ayah li Huquq Allah karya Harits Al-Muhasibi, serta ucapan-ucapan pucuk pimpinan sufi semisal Al-Junaidi, As-Syibli, Al-Busthami, dan lain-lain. Al-Ghazali mengatakan, “Mendapatkan ilmu Tasawuf bagiku lebih mudah dari pada mengamalkannya. Aku mulai mempelajari ilmu kaum sufi dengan menelaah kitab-kitab dan ucapan-ucapan guru-guru mereka. Aku mendapatkan ilmu dengan cara mendengar dan belajtar. Nampaklah bagiku bahwa keistimewaan guru besar sufi tidak mungkin digapai dengan cara belajar, tetapi dengan cara dzauq, hal, dan memperbaiki sifat diri.” <br /><br />Jalan kedua, yaitu dengan cara Tahalli (menghias diri dengan sifat-sifat utama), Tkhalli (membersihkan firi dari sifat-sifat yang rendah dan tercela) agar manusia dapat memberesihkan hati dari pikiran selain Allah dan menghias hati dengan berzikir kepadaNya. Al-Ghazalai mengatakan, “Adapu manfaat yang dicapai dari ilmu sufi adalah terbuangnya aral yang merintangi jiwa, mensucikan diri dari akhlaknya yang tercela dan sifatnya yang kotor, hingga dengan jiwa yang telah bersih itu hati menjadi kosong dari selain Allah dan dihiasi dengan dzikir kepada Allah.” <br /><br />Di dalam kitab-kitab Ihya’ ‘Ulumuddin, Al-Ghazali menulis, “Bagi hati, ada dan tiadanya sesuatu adalah sama. Lantas, bagaimanakah hati meninggalkan semua urusan Dunia? Demi Allah, ini adalah jalan yang sangat sukar; jarang sekali ada manusai yang sanggup melakukannya” <br /><br />Cukup lama Al-Ghazali berada dalam situasi tarik menarik antara dorongan hawa nafsu dan panggilan akhirat, hingga akhirnya ia merasa dirinya tidak lagi harus memilih, tetapi dipakasa untuk meninggalkan Bagdad. Kini lidahnya menjadi berat dan dirinya merasa bosan mengajar. Keadaan ini membuat hatinya sedih dan kondisi fisiknya lemah, sampai-sampai dokter putus asa mengobatinya. Para dokter mengatakan, “Penyakitnya bersumber dari hati dan merembet ke tubuhnya. Penyakitnya tidak bisa diobati kecuali mengistirahatkan pikiran dari factor-faktor yang membuatnya sakit” <br /><br /><i>“Disaat menyadari ketidak mampuan dan semua upaya telah gagal, akupun mau tak mau harus kembali kepada Allah dalam keadaan yang terpaksa dan tidak mempunyai pilihan lagi. Allah-yang menjawab doa yang terpaksa jika berdoa-mengabulkan niatku, sehinngga kini terasa mudah bagiku meninggalkan pangkat, harta, anak, dan teman.”</i><br /><br />Sesudah mengalami masa-masa keraguan yang cukup rumit, baik dalam filsafat ataupun penggunaannya dalam Ilmu Kalam, akhirnya justru mendapatkan kepuasan dalam penghayatan kejiwaan dalam Sufisme, yakni mempercayai kemutlakan dalil kasyfi.[12] Hal ini merupakan keunikan-keunikan atau keanehan al-Ghazali. Mungkin karena pengaruh lingkungan keluarga dan masyarakat Persi masa itu yang merupakan lahan yang subur bagi perkembangan pemikiran dan kehidupan sufisme. Agaknya beliau telah sejak kecil punya penilaian positif terhadap ajaran sufisme. Karena memang beliau melihat dan menghayati betapa institusi tasawuf dapat memperdalam keyakinan dan perasaan agama yang mendalam, serta dapat membina akhlaq yang luhur. Dan ternyata akhirnya Al-Ghazali jadi propagandis sufisme yang paling bersemangat dan paling sukses. Misalnya, tetntang kehidupan para sufi dan tasawuf yang digambarkannya: <br /><br /><i>“Sungguh aku mengetahui secara yakin bahwa para sufi itulah orang-orang yang benar-benar telah menempuh jalan Allah SWT, secara khusus. Dan bahwa jalan mereka tempuh adalah jalan yang sebaik-baiknya, dan laku hidup mereka adalah yang paling benar, dan akhlaq adalah yang paling suci. Bahkan seandainya para ahli pikir dan para filosof yang bijak, dan ilmu para ulama yang berpegang pada rahasia syari’at berkumpul untuk menciptkan jalan dan akhlaq yang lebih baik dari apa yang ada pada mereka(para sufi) tidak mungkin bisa menemukannya. Lantaran gerak dan diam para sufi, baik lahir ataupun bathin, dituntun oleh cahaya kenabian. Dan tidak ada cahaya kenabian diatas dunia ini, cahaya lain yang bisa meneranginya.”(mungqidz min al-Dlalal, hal, 31).</i><br /><br />Kemudian soal pendalaman perasaan agama dan pemantapan iman, Al-Ghazali melihat bahwa tasawuf adalah sarana yang hebat untuk untuk mendukung bagi pendalaman rasa agama (spiritualitas Islam) dan untuk memantapkan dan menghidupkan iman. Dengan Ilmu kalam orang baru bisa mengerti tentang pokok-pokok keimanan, namun tidak bisa menanamkan keyakinan yang mantap dan menghidupkan pengalaman agama. Oleh karena itulah Tasawuflah sarana yang paling hebat untuk mengobati penyakit formalism dan kekeringan rasa keagamaan ini menurut Al-Ghazali. <br /><br />Yang menjadi masalah kemudian, bagaimana cara mengawinkan dan mengkrompromikan tasawuf dengan syari’at? Atau dengan kata lain bagaimana mengkompromokan syari’at dan hakikat sehingga keduanya tidak saling menggusur, akan tetapi justru saling mendukungnya. Persoalan inilah yang telah cukup lama diangan-angankan oleh para sufi sendiri, bagaimana cara menjembatani dua system yang tumbuh berdampingan yang sering memancing konflik yang cukup tajam. <br /><br />Adapun fungsi hakikat itu sendiri terhadap syari’at adalah sebagaimana digamabarkan Imam Al-Qusyairi di dalam risalahnya yaitu; <br /><br /><i>“Syari’at itu perintah untuk melaksanakan ibadah, sedang hakikat menghayati kebesaran Tuhan (dalam ibadah). Maka setiap syari’at yang tidak diperkuat hakikat adalah tidak diterima; dan setiap hakikat yang tidak terkait dengan syari’at tak menghasilkan apa-apa. Syari’at datang dengan kewajiban pada hamba, dan hakikat memberitakan ketentuan Tuhan. Syari’at memerintahkan mengibadahi Dia, hakikat meyaksikannya pada Dia. Syari’at melakukan yang diperintahkan Dia, hakikat menyaksikan ketentuannya, kadar-Nya, baik yang tersembunyi maupun yang di luar."</i> (Risakah Qusyairiyah. Hal, 46) <br /><br />Disini, Al-Ghazali berupaya membersihkan tasawuf dari ajaran-ajaran asing yang merasukinya, agar tasawuf berjalan di atas koridor Al-Qur’an dan As-Sunnah. Ia menolak paham Hulul dan Ittihad sebagaimana yang di propagandakan oleh al-Hallaj dan lainnya. Al-Ghazali hanya menerima tasawuf Sunni yang didirikan diatas pilar Al-Qur’an dan As-Sunnah. Ia berusaha mengembalikan tema-tema tentang Akhlaq, Suluk, atau Hal pada sumber Islam. Semuanya itu harus mempunyai landasan Al-Qur’an dan As-Sunnah. <br /><br />Satu hal mencolok yang dilakukan Al-Ghazali pada tasawuf adalah upayanya dalam mengalihkan tema-tema Dzauq (rasa), Tahliq (terbang), Syathahat, dan Tahwil menjadi nilai-nilai yang peraktis. Ia mengobati hati dan bahaya jiwa, lalu mensucikannya dengan akhlaq yang mulia. Upaya ini nampak jelas terlihat dalam kitab Al-Ihya’-nya. Ia bebicara tentang akhlaq yang mencelakakan(al-Muhlikat) dan akhlaq yang menyelamatkan (al-Munjiyat). “Al-Muhlikat adalah setiap akhlaq yang tercela (madzmum) yang dilarang al-Qur’an. Jiwa harus dibersihkan dari akhlaq yang tercela ini. Al-Munjiyat adalah akhlaq yang terpuji (mahmud), sifat yang disukai dan sifatnya orang-orang muqarrabin dan shiddiqin, dan menjadi alat bagi hamba untuk mendekatkan diri kepada Tuhan semesta alam. <br /><br />Tema ilmu sufi menurut Al-Ghazali adalah Dzat, sifat da perbuatan Alah SWT. Adapun buah dari pengetahuan tentang Allah adalah timbulnya sikap mencintai Allah, karena cinta tidak aka muncul tanpa “pengetahuan” dan perkenalan. Buah lain dari pengetahuan tentang Allah adalah “tenggelam dalam samudra Tauhid”, karena seorang ‘arif tidak melihat apa-apa selain Allah, tidak kenal selain Dia, di dalam wujud ini tiada lain kecuali Allah dan perbuatan-Nya. Tidak ada perbuatan yang dapat dilihat manusia kecuali itu adalah perbuatan Allah. Setiap alam adalah ciptaan-Nya. Barang siapa melihat itu sebagai hasil perbuatan Allah, maka ia tidak meluhat kecuali dalam Allah, ia tidak menjadi arif kecuali demi Allah, tidak mencintai kecuali Allah SWT. Imam Al-Ghazali menambahkan, “Mereka melatih hati, hingga Allah memperkenankan melihatNya. Sementara itu, tasawuf dilakukan dengan memegang teguh dan mengamalkan Al-Qur’an dan As-Sunnah.” <br /><br /><b><span style="color: blue;">Sehingga dalam perilaku dan ucapannya, Al-Ghazali teguh memegangi syari’at. Ia mengatakan, “seorang arif sejati mengatakan, “jika kamu melihat seorang manusia mampu terbang di awang-awang dan mampu berjalan di atas air, tetapi ia melakukan perbuatan yang bertentangan dengan syari’at, maka ketahuilah dia itu setan.” </span></b><br /><br />Bahkan dengan terang-terangan dia menolak dan melawan mereka deangan berbagai alasan dan dalil. Secara terus terang menyatakan seseorang yang telah mendapatkan penyingkapan (kasyf) dan penyaksian (musyahadah) tidak layak mengeluarkan suatu ucapan yang bertentangan dengan aqidah Islam, yakni aqidah tauhid murni yang membedakan mana Tuhan dan mana hamba, serta menegaskan bahwa Tuhan adalah Tuhan dan hamba adalah hamba. Itulah aqidah yang dipegang teguh Al-Ghazali.[21]Al-Ghazali mengatakan bahwa ungkapan-ungkapan yang diucapkan oleh kaum sufi itu boleh jadi masuk ke dalam kategori imajinasi (tawahhun) karena mereka kesulitan dengan kata-kata tentang kebersatuan yang telah mereka capai. Atau, boleh jadi, penggunaan istilah-istilah itu masuk kerangka pengembangan dan perluasan istilah yang sesuai dengan tradisi sufi dan para penyair. Mereka biasanya meminjam istilah yang paling mudah dipahami, seperti kata penyair berikut; “Aku adalah yang turun, dan yang turun adalah aku juga. Kami adalah ruh yang bersemayam dalam satu badan”. <br /><br />Lebih jauh, Al-Ghazali mengambil kesimpulan secara umum denga memberikan catatan penting yang menyatakan bahwa kebersatuan dengan Tuhan (ittihad) secara rasional tidak mungkin terjadi. Dan Al-Ghazali tidak membahas lebih lanjut ihwal makrifat intuitif (al-ma’rifah adz-dzawiqiyyah), yang merupakan konsep utama tasawufnya. Sebab, Al-Ghazali, sebagaimana di katakana oleh Ibnu Thufail, telah terasah dengan berbagai ilmu dan terpoles dengan ma’rifat. Karena itu, pembahasan Al-Ghazali tentang konsep ma’rifat senantiasa berada dalam batas-batas agama. Ia tidak pernah membiarkan dirinya hanyut dalam ucapan orang lain. <br /><br />Jadi, dapat disimpulkan bahwa tasawuf menurut Al-Ghazali adalah mengosongkan hati dari segala sesuatu selain Allah, menganggap rendah segala sesuatu selain Allah, dan akibat dari sikap itu mempengaruhi pekerjaan hati dan anggota badan. <br /><br /><b>Al-Ghazali dan Syari’at </b><br /><br />Sebagaimana dipaparkan di atas tentang kehidupan Al-Ghazali bahwa, kehidupannya diliputi gelombang pemikiran yang sangat dahsyat sehingga membuat Al-Ghazali terombang-ambing dengan keyakinannya, maka dengangan demikian terlontarlah kata-katanya yang bijak bahwa, “hingga akhirnya ia merasa dirinya tidak lagi harus memilih, tetapi harus dipakasa untuk meninggalkan Bagdad. Kini lidahnya menjadi berat dan dirinya merasa bosan mengajar. Keadaan ini membuat hatinya sedih dan kondisi fisiknya lemah, sampai-sampai dokter putus asa mengobatinya. Para dokter mengatakan, “penyakitnya bersumber dari hati dan merembet ke tubuhnya. Penyakitnya tidak bisa diobati kecuali mengistirahatkan pikiran dari faktor-faktor yang membuatnya sakit” <br /><br />Mengenai goncangan kepercayaan yang dipandang sesat dari ajaran Syi’ah Bathiniyah atau yang beliau sebut golongan Ta’limiyah, yang mengharuskan percaya kepada iman-iman yang dipandang ma’sum (terpelihara dari kesalahan), Al-Ghazali menganjurkan agar masyarakat muslim lebih baik beriman kepada Nabi Muhammad yang memang diwajibkan seluruh muslim langsung beriman kepada Nabi, dan bukannya iman-iman kepada penyebar bid’ah <br /><br />Dari susunan Ihya’ ‘Ulum al-Dien tergambar pokok pikiran Al-Ghazali mengenai hubungan syariat dan hakekat atau tasawuf. Yakni sebelum mempelajari dan mengamalkan tasawuf orang harus memperdalam ilmu tentang syari’at dan aqidah telebih dahulu. Tidak hanya itu, dia harus konsekuwen menjalankan syari’at dengan tekun dan sempurna. Karena dalam hal syari’at seperti shalat, puasa dan lain-lain, di dalam ihya’ diterangkan tingkatan, cara menjalankan shalat, puasa, dan sebagainya. Yakni sebagai umumnya para penganut tasawuf dalam ihya’ dibedakan tingkatan orang shalat antara orang awam, orang khawas, dan yang lebih khusus lagi. Demikian juga puasa, dan sebagainya. Sesudah menjalankan syari’at dengan tertib dan penuh pengertian, baru pada jilid ketiga dimulai mempelajari tarekat. Yaitu tentang mawas diri, pengendalian nafsu-nafsu, dan kemudian lau wiridan dalam menjalankan dzikir, hingga akhirnya berhasil mencapai ilmu kasyfi atau penghayatan ma’rifat. <br /><br />Sumber : http://sufiroad.blogspot.com/2010/10/imam-ghazali-ketika-masih-muda-aku.htmlAdminhttp://www.blogger.com/profile/09854312881608681963noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7559028441707881115.post-35951967492808752982013-11-01T16:16:00.000+08:002013-11-11T17:25:35.934+08:00Mengenal Tatacara Dzikir Thariqoh Asy Syadziliyah<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: -7.1pt; margin-top: 0cm; mso-line-height-alt: 13.5pt; text-align: justify; text-indent: -21.25pt;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><span style="font-size: large;">Kumpulan Cerita Islam : Mengenal Tatacara Dzikir Thariqoh Asy Syadziliyah</span><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: -7.1pt; margin-top: 0cm; mso-line-height-alt: 13.5pt; text-align: justify; text-indent: -21.25pt;"><span style="color: lime; font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><b><i>"Siapa yang kenal dirinya maka dia akan mengenal Tuhannya"</i></b></span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiKS_Agbo-_T4IUOJY48-uszFhRXQnvtSG3rGSKJzI6CfefCsEshpRbPXPBwCvMyKzblsBO7BmW5VbaudIaaGqgV8R7xa9XK7CVHgGTz4ZCFmlOws_XKNV6pvdmCKZJNznt1SuM2Ff-juAj/s1600/Kalam+Mutiara+Al-Habib+Luthfi+bin+Yahya.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="244" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiKS_Agbo-_T4IUOJY48-uszFhRXQnvtSG3rGSKJzI6CfefCsEshpRbPXPBwCvMyKzblsBO7BmW5VbaudIaaGqgV8R7xa9XK7CVHgGTz4ZCFmlOws_XKNV6pvdmCKZJNznt1SuM2Ff-juAj/s640/Kalam+Mutiara+Al-Habib+Luthfi+bin+Yahya.jpg" width="640" /></a></div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: -7.1pt; margin-top: 0cm; mso-line-height-alt: 13.5pt; text-align: justify; text-indent: -21.25pt;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Seorang yang ingin memasuki atau mengambil dzikir dari thariqah Syadzaliyah, persyaratan </span><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; text-indent: -21.25pt;">secara umumnya adalah Islam, berakal,dewasa (umur 18 tahun keatas) dan sudah paham ilmu </span></div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: -7.1pt; margin-top: 0cm; mso-line-height-alt: 13.5pt; text-align: justify; text-indent: -21.25pt;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">yari’at minimal tentang amaliyah sehari-hari, khususnya shalat. Jika dia seorang wanita yang </span></div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: -7.1pt; margin-top: 0cm; mso-line-height-alt: 13.5pt; text-align: justify; text-indent: -21.25pt;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">udah bersuami, maka harus mendapatkan izin dari suaminya.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-line-height-alt: 13.5pt; text-align: justify; text-indent: -21.25pt;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Sedang persyaratan khususnya dan tata caranya adalah sebagai berikut;<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-line-height-alt: 13.5pt; text-align: justify; text-indent: -21.25pt;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">1. Datang kepada guru Mursyid untuk memohon izin memasuki thariqahnya dan menjadi muridnya.Hal ini dilakukan sampai memperoleh izinnya dan perkenannya.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-line-height-alt: 13.5pt; text-align: justify; text-indent: -21.25pt;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">2. Puasa tiga hari (biasanya hari selasa, rabu, dan kamis). Setelah selesai berpuasa, datang lagi pada guru mursyid dalam keadaan suci yang sempurna untuk menerima talqin dzikir atau bai’at.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-line-height-alt: 13.5pt; text-align: justify; text-indent: -21.25pt;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Setelah memperoleh talqin dzikir atau bai’at dari guru musyid tersebut, yang berarti telah tercatat sebagai anggota thariqah syadzaliyyah, maka dia berkewajiban untuk melaksanakan aurad (wirid-wirid) sebagai berikut;<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-line-height-alt: 13.5pt; text-align: justify; text-indent: -21.25pt;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">a. Rabithah kepada guru mursyid.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-line-height-alt: 13.5pt; text-align: justify; text-indent: -21.25pt;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">b. Hadlrah Al-Fatihah untuk;<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-line-height-alt: 13.5pt; text-align: justify; text-indent: -21.25pt;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">1. Memohon ridlo Allah Swt.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-line-height-alt: 13.5pt; text-align: justify; text-indent: -21.25pt;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">2. An-Nabiyyil Musthofa Muhammad Saw<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-line-height-alt: 13.5pt; text-align: justify; text-indent: -21.25pt;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">3. Hadlaratusy-Syaikh Abul Hasan Ali Asy_Syadziliy dan ahli silsilahnya.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-line-height-alt: 13.5pt; text-align: justify; text-indent: -21.25pt;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">4. Guru mursyidnya dan ahli silsilahnya.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-line-height-alt: 13.5pt; text-align: justify; text-indent: -21.25pt;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">c. Membaca istighfar 100 x.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-line-height-alt: 13.5pt; text-align: justify; text-indent: -21.25pt;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">d. Membaca shalawat Nabi 100 x sebagai berikut;<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-line-height-alt: 13.5pt; text-align: justify; text-indent: -21.25pt;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Dalam kondisi normal/biasa:<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-line-height-alt: 13.5pt; text-align: justify; text-indent: -21.25pt;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><span dir="RTL" lang="AR-SA"><span style="font-size: large;">اللهم صل على سيدنا محمد عبدك ونبيك ورسولك النبي الامي وعلى اله وصحبه وبارك وسلم تسليما بقدر عظمة ذاتك فى كل وقت وحين</span></span><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-line-height-alt: 13.5pt; text-align: justify; text-indent: -21.25pt;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Dalam kondisi mendesak atau musafir <span dir="RTL"></span><span style="font-size: large;"><b><span dir="RTL" lang="AR-SA"><span dir="RTL"></span>.</span></b><span dir="RTL" lang="AR-SA"> <b>صل على سيدنا محمد</b></span></span><b><o:p></o:p></b></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-line-height-alt: 13.5pt; text-align: justify; text-indent: -21.25pt;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">e. Membaca Tahlil /hailalah 100 x ,yang ditutup dengan tiga kali membaca:<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-line-height-alt: 13.5pt; text-align: justify; text-indent: -21.25pt;"><b><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><span style="font-size: large;">لا اله الا الله سيدنا محمد رسول الله عليه وسلام الله عليه وسلم</span><o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-line-height-alt: 13.5pt; text-align: justify; text-indent: -21.25pt;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">f.Kemudian dilanjutkan 3 x membaca:<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 22.5pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-outline-level: 1; text-align: justify; text-indent: -21.25pt; vertical-align: top;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><b><span dir="RTL" lang="AR-SA"><span style="font-size: large;">الهى انت مقصودى ورضاك مطلوبى</span></span></b><b><o:p></o:p></b></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-line-height-alt: 13.5pt; text-align: justify; text-indent: -21.25pt;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">g. Membaca Al-Fatihah 3 kali.<span dir="RTL" lang="AR-SA"><o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-line-height-alt: 13.5pt; text-align: justify; text-indent: -21.25pt;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">h. Membaca ayat kursi sekali.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-line-height-alt: 13.5pt; text-align: justify; text-indent: -21.25pt;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">i. Membaca Al-Ikhlas 3 kali.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-line-height-alt: 13.5pt; text-align: justify; text-indent: -21.25pt;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">j. Membaca Al-Falaq 3 kali.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-line-height-alt: 13.5pt; text-align: justify; text-indent: -21.25pt;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">k. Membaca An-Nas 3 kali.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-line-height-alt: 13.5pt; text-align: justify; text-indent: -21.25pt;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">l. Membaca do’a.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-line-height-alt: 13.5pt; text-align: justify; text-indent: -21.25pt;"><br /></div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-line-height-alt: 13.5pt; text-align: justify; text-indent: -21.25pt;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Keterangan;<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-line-height-alt: 13.5pt; text-align: justify; text-indent: -21.25pt;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">-Untuk pelaksanaan puasa tiga hari, tergantung pada petunjuk guru mursyidnya.Misalnya pada saat pertama datang dan langsung mendapat izin serta perkenan dari guru mursyid untuk bai’at, maka puasa bisa dilaksanakan setelah bai’at atau di qodlo’.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-line-height-alt: 13.5pt; text-align: justify; text-indent: -21.25pt;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">-Pembacaan aurad tersebut di atas dilakukan setiap hari 2 kali, yaitu setiap pagi (ba’da shalat shubuh) dan sore (ba’da shalat maghrib).<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-line-height-alt: 13.5pt; text-align: justify; text-indent: -21.25pt;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">-Untuk bacaan aurad, kemungkinan ada perbedaan antara guru mursyid yang satu dengan yang lainnya,tetapi yang ini adalah sama, yaitu; istighfar 100 kali, shalawat Nabiy ala syadziliyah 100 kali dan tahlil 100 kali.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-line-height-alt: 13.5pt; text-align: justify; text-indent: -21.25pt;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">-Sikap duduk pada saat melaksanakan aurad tersebut bisa dengan tawarruk shalat atau murabba’ (bersila) atau menurut guru mursyidnya.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-line-height-alt: 13.5pt; text-align: justify; text-indent: -21.25pt;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">-Aurad tersebut di atas adalah untuk para pemula, sedangkan bagi yang sudah meningkat pengajarannya maka sesuai dengan petunjuk dan arahan guru mursyidnya.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-line-height-alt: 13.5pt; text-align: justify; text-indent: -21.25pt;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Suluk Thariqah Syadziliyyah<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-line-height-alt: 13.5pt; text-align: justify; text-indent: -21.25pt;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Para murid thariqah Syadziliyah hendaknya mengisi hari-harinya dengan suluk-suluk sebagai berikut;<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-line-height-alt: 13.5pt; text-align: justify; text-indent: -21.25pt;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">1. Membaca Alqur’an dengan melihat mushaf setiap hari walau hanya satu maqra’.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-line-height-alt: 13.5pt; text-align: justify; text-indent: -21.25pt;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">2. Melaksanakan shalat lima waktu dengan berjama’ah.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-line-height-alt: 13.5pt; text-align: justify; text-indent: -21.25pt;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">3. Mengajarkan ilmu atau mencari tambahan ilmu setiap hari.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-line-height-alt: 13.5pt; text-align: justify; text-indent: -21.25pt;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Catatan:<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-line-height-alt: 13.5pt; text-align: justify; text-indent: -21.25pt;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">1. Keterangan mengenai kaifiyah atau tata cara pelaksanaan aurad Thariqah Syadziliyah ini diperoleh dari para murid Sayyidisy Syaikh Al-Habib Muhammad Luthfi bin Ali bin Hasyim bin Yahya, dan dinukil dari kitab Aurad Ath-Thariqah Asy-Syadzaliyah Al-‘Uluwiyah yang diterbitkan oleh kanzus shalawat Pekalongan Jawa Tengah.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-line-height-alt: 13.5pt; text-align: justify; text-indent: -21.25pt;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">2. Untuk kegiatan irsyadat dan ta’limat yang dilakukan oleh Sayyidisy Syaikh Al-Habib Muhammad Luthfi bin Ali bin Hasyim bin Yahya adalah sebagai berikut:<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-line-height-alt: 13.5pt; text-align: justify; text-indent: -21.25pt;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">a.Setiap malam rabu jam 20.00 sampai jam 21.30 WIB, dengan materi fiqh dan tashawuf /kitab ihya ‘ulumudin.(untuk umum, khususnya para muridin thariqah).<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-line-height-alt: 13.5pt; text-align: justify; text-indent: -21.25pt;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">b.Setiap rabu pagi jam 06.00 sampai jam 07.30 Wib, dengan materi fiqh dan kitab taqrib .(khusus para wanita).<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-line-height-alt: 13.5pt; text-align: justify; text-indent: -21.25pt;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">c. Setiap jum’at kliwon jam 06.00sampai jam 08.00 Wib, dengan materi thariqah dan tashawuf/kitab jami’ul ushul fil ‘auliya’.(untuk umum khususnya para muridin thariqah)<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-line-height-alt: 13.5pt; text-align: justify; text-indent: -21.25pt;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">3. Sedangkan untuk bai’at yang dilakukan oleh beliau adalah; setiap jum’at kliwon ba’da pengajian, yang dilakukan secara massal (banyak orang). Sedang untuk bai’at yang dilakukan secara perorangan atau jama’ah terbatas, tidak ada waktu khusus (tergantung situasi dan kondisi yang memungkinkan bagi masing-masing yang bersangkutan).<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-line-height-alt: 13.5pt; text-align: justify; text-indent: -21.25pt;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">4. Adapun silsilah kemursyidan Sayyidisy Syaikh Al-Habib Muhammad Luthfi bin Ali bin Hasyim bin Yahya ini <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-line-height-alt: 13.5pt; text-align: justify; text-indent: -21.25pt;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">adalah sebagai berikut:<o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-line-height-alt: 13.5pt; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -21.25pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">1. <!--[endif]-->35. Al-Sayyid Al-Habib KH. Muhammad Luthfiy bin Ali bin Hasyim bin Yahya Pekalongan;<o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-line-height-alt: 13.5pt; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -21.25pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">2. <!--[endif]-->34. Dari Al-Sayyid Al-Habib KH. Muhammad ‘Abdul Malik Bin Ilyas Bin Yahya Purwokerto;<o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-line-height-alt: 13.5pt; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -21.25pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">3. <!--[endif]-->33. dari Al-Sayyid Al-Habib Ahmad Nahrowiy Al-Makki;<o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-line-height-alt: 13.5pt; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -21.25pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">4. <!--[endif]-->32. dari Al-Sayyid Sholeh Al-Mufti Al-Hanafi;<o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-line-height-alt: 13.5pt; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -21.25pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">5. <!--[endif]-->31. dari Al-Sayyid Ali bin Thohir Al-Madaniy;<o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-line-height-alt: 13.5pt; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -21.25pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">6. <!--[endif]-->30. dari Al-Sayyid Ahmad Minatullah Al-Maliki Al-Azhariy;<o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-line-height-alt: 13.5pt; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -21.25pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">7. <!--[endif]-->29. dari Al-Sayyid Muhammad Al-Bahitiy;<o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-line-height-alt: 13.5pt; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -21.25pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">8. <!--[endif]-->28. dari Al-Sayyid Yusuf Adl-Dloririy;<o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-line-height-alt: 13.5pt; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -21.25pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">9. <!--[endif]-->27. dari Al-Sayyid Muhammad bin Al-Qasim As-Sakandariy;<o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-line-height-alt: 13.5pt; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -21.25pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">10. <!--[endif]-->26. dari Al-Sayyid Muhammad Az-Zurqoniy;<o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-line-height-alt: 13.5pt; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -21.25pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">11. <!--[endif]-->25. dari Al-Sayyid Ali Al-Ajhuriy;<o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-line-height-alt: 13.5pt; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -21.25pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">12. <!--[endif]-->24. dari Al-Sayyid Nur Al-Qorofiy;<o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-line-height-alt: 13.5pt; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -21.25pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">13. <!--[endif]-->23. dari Al-Sayyid Al-Hafidz Al-Qasqalaniy;<o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-line-height-alt: 13.5pt; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -21.25pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">14. <!--[endif]-->22. dari Al-Sayyid Taqiyudin Al-Wasithi;<o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-line-height-alt: 13.5pt; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -21.25pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">15. <!--[endif]-->21. dari Al-Sayyid Abil Fath Al-Maidumiy;<o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-line-height-alt: 13.5pt; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -21.25pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">16. <!--[endif]-->20. dari Al-Sayyid Abil ‘Abbas Al-Mursiy;<o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-line-height-alt: 13.5pt; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -21.25pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">17. <!--[endif]-->19.dari Sayyidy Al- Syaikh Sulthonul Auliya’ Al-‘Arifin Wa Quthbi Jami’il Maqom Wal-Ghouts Al-A’dzom Sayyidina Wa Maulana Abil Hasan ‘Ali Al-Syadzaliy Al-Hasany RA;<o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-line-height-alt: 13.5pt; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -21.25pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">18. <!--[endif]-->18. dari Al-Sayyid ‘Abdus Salam bin Masyis;<o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-line-height-alt: 13.5pt; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -21.25pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">19. <!--[endif]-->17. dari Al-Sayyid Abdurrahman Al-Madaniy Al-Maghribiy;<o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-line-height-alt: 13.5pt; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -21.25pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">20. <!--[endif]-->16. dari Al-Sayyid Taqiyudin Al-Faqir;<o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-line-height-alt: 13.5pt; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -21.25pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">21. <!--[endif]-->15. dari Al-Sayyid Fakhrudin;<o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-line-height-alt: 13.5pt; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -21.25pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">22. <!--[endif]-->14. dari Al-Sayyid Nuruddin Abil Hsan Ali;<o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-line-height-alt: 13.5pt; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -21.25pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">23. <!--[endif]-->13. dari Al-Sayyid Tajudin;<o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-line-height-alt: 13.5pt; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -21.25pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">24. <!--[endif]-->12. dari Al-Sayyid Muhammad Syamsudin;<o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-line-height-alt: 13.5pt; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -21.25pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">25. <!--[endif]-->11. dari Al-Sayyid Zainuddin;<o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-line-height-alt: 13.5pt; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -21.25pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">26. <!--[endif]-->10. dari Al-Sayyid Abu Ishaq Ibrahim Al-Bashriy;<o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-line-height-alt: 13.5pt; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -21.25pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">27. <!--[endif]-->9. dari Al-Sayyid Abul Qasim Ahmad Al-Marwaniy;<o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-line-height-alt: 13.5pt; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -21.25pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">28. <!--[endif]-->8. dari Al-Sayyid Sa’id;<o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-line-height-alt: 13.5pt; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -21.25pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">29. <!--[endif]-->7. dari Al-Sayyid Sa’ad;<o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-line-height-alt: 13.5pt; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -21.25pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">30. <!--[endif]-->6. dari Sayyid Abu Muhammad Fathus- Su’udi;<o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-line-height-alt: 13.5pt; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -21.25pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">31. <!--[endif]-->5. dari Al-Sayyid Abu Muhammad Sa'id Al-Ghozwaniy;<o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-line-height-alt: 13.5pt; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -21.25pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">32. <!--[endif]-->4. dari Al-Sayyid Abu Muhammad Jabir;<o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-line-height-alt: 13.5pt; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -21.25pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">33. <!--[endif]-->3. dari Sayyidina Wa Maulana Wa Imamina Wa Habibina Wa Qudwatina Sayyidina Hasan bin ‘Ali RA;<o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-line-height-alt: 13.5pt; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -21.25pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">34. <!--[endif]-->2.dari Maulana Wa Sayyidina Wa Imamina Wa Qurroti A’yunina Sayyidina ‘Ali bin Abi Tholib Karromallohu Wa Radliya ‘anhu Wa Radliyallohu ‘Anhum Ajma’in;<o:p></o:p></span></div><br /><div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-line-height-alt: 13.5pt; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -21.25pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">35. <!--[endif]-->1. dari Sayyidil Anbiya’ Wal Mursalin Imamil Anbiya’ wal Atqiya’ Was Syuhada’ Wal Sholihin Wa Khoiri Kholqillah Ajma’in S`yidina Wa Maulana Wa Habibina Wa Syafi’ina Wa Qudwatina Wa Imamina Wa Nabiyyina Sayyidina Muhammad SAW dari Sayyidina Malaikat Jibril AS dari Ilahina Wa Robbina Pencipta alam semesta beserta semua isinya Alloh SWT.</span><span style="font-size: large;"><o:p></o:p></span></div></div>Adminhttp://www.blogger.com/profile/09854312881608681963noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7559028441707881115.post-20298623680160022382013-10-28T17:19:00.000+08:002013-11-11T17:25:35.951+08:00Mengenal Wali Qutub Kelahiran, Nasab dan Masa Kecil Syekh Abil Hasan Asy Syadzily<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><span style="font-size: large;">Kumpulan Cerita Islam : Mengenal Wali Qutub Kelahiran, Nasab dan Masa Kecil Syekh Abil Hasan Asy Syadzily</span></span></div><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Marilah kita bersama sama mempelajari untuk di ambil pelajaran dan Hikmahnya, semoga kita selalu mendapat Ilmu yang bermanfaat dari Alloh melalui cerita <b><i>Asy Syekh al Imam al Quthub al Ghouts Sayyidina Asy Syarif Abul Hasan Ali asy Syadzily al Hasani bin Abdullah bin Abdul Jabbar</i></b>, terlahir dari rahim sang ibu di sebuah desa bernama homaroh, tidak jauh dari kota Saptah, negeri Maghrib al Aqsho atau Marokko, Afrika Utara bagian ujung paling barat, pada tahun 593 H / 1197 M. Beliau merupakan dzurriyat atau keturunan ke dua puluh dua dari junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW, dengan urut-urutan sebagai berikut, asy Syekh Abil Hasan Ali asy Syadzily adalah putra dari :</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">1. Abdullah, bin</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">2. Abdul Jabbar, bin</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">3. Tamim, bin</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">4. Hurmuz, bin</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">5. Khotim, bin</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">6. Qushoyyi, bin</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">7. Yusuf, bin</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">8. Yusa’, bin</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">9. Wardi, bin</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">10. Abu Baththal, bin</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">11. Ali, bin</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">12. Ahmad, bin</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">13. Muhammad, bin</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">14. ’Isa, bin</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">15. Idris al Mutsanna, bin</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">16. Umar, bin</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">17. Idris, bin</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">18. Abdullah, bin</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">19. Hasan al Mutsanna, bin</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">20. Sayyidina Hasan, bin</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">21. Sayyidina Ali bin Abu Thalib wa Sayyidatina Fathimah az Zahro’ binti</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">22. Sayyidina wa habibina wa syafi’ina Muhammadin, rosulillaahi shollolloohu ‘alaihi wa aalihi sallam.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Sejak kecil Beliau biasa dipanggil dengan nama: ‘ALI, sudah dikenal sebagai orang yang memiliki akhlaq atau budi pekerti yang amat mulia. Tutur katanya sangat fasih, halus, indah dan santun, serta mengandung makna pengertian yang dalam. Di samping memiliki cita-cita yang tinggi dan luhur, Beliau juga tergolong orang yang memiliki kegemaran menuntut ilmu. Di desa tempat kelahirannya ini, Beliau mendapat tempaan pendidikan akhlaq serta cabang ilmu-ilmu agama lainnya langsung di bawah bimbingan ayah-bunda beliau. Beliau tinggal di desa tempat kelahirannya ini sampai usia 6 tahun, yang kemudian pada akhirnya hijrah ke kota Tunis (sekarang ibu kota negara Tunisia, Afrika Utara) yang semata-mata hanya untuk tujuan tholabul ‘ilmi di samping untuk menggapai cita-cita luhur Beliau menjadi orang yang memiliki kedekatan dan derajat kemuliaan di sisi Allah SWT.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Beliau sampai di kota Tunis, sebuah kota pelabuhan yang terletak di tepi pantai Laut Tengah, pada tahun 599 H / 1202 M. Di suatu hari Jumat, Beliau pernah ditemui oleh Nabiyyullah Khidlir ‘alaihissalam, yang mengatakan bahwa kedatangannya pada saat itu adalah diutus untuk menyampaikan keputusan Allah SWT atas diri Beliau yang pada hari itu telah dinyatakan dipilih menjadi kekasih Robbul ‘Alamin dan sekaligus diangkat sebagai Wali Agung dikarenakan Beliau memiliki budi luhur dan akhlaq mulia.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Segera setelah pertemuan dengan Nabiyyullah Khidir a.s. tersebut, Beliau segera menghadap Syekh Abi Said al Baji, rokhimahullah, salah seorang ulama besar di Tunis pada waktu itu, dengan maksud untuk mengemukakan segala peristiwa yang Beliau alami sepanjang hari itu. Akan tetapi pada saat sudah berada di hadapan Syekh Abi Said, sebelum Beliau mengungkapkan apa yang menjadi maksud dan tujuannya menghadap, ternyata Syekh Abi Said al Baji sudah terlebih dahulu dengan jelas dan runtut menguraikan tentang seluruh perjalanan Beliau sejak keberangkatannya dari rumah sampai diangkat dan ditetapkannya Beliau sebagai Wali Agung pada hari itu. Sejak saat itu Beliau tinggal bersama Syekh Abi Said sampai beberapa tahun guna menimba berbagai cabang ilmu agama. Dari Syekh Abi Said Beliau banyak belajar ilmu-ilmu tentang Al Qur’an, hadits, fiqih, akhlaq, tauhid, beserta ilmu-ilmu alat. Selain itu, karena kedekatan Beliau dengan sang guru, Beliau juga berkesempatan mendampingi Syekh Abi Said menunaikan ibadah haji ke Mekkah al Mukarromah sampai beberapa kali. Namun, setelah sekian tahun menuntut ilmu, Beliau merasa bahwa seluruh ilmu yang dimilikinya, mulai dari ilmu fiqih, tasawwuf, taukhid, sampai ilmu-ilmu tentang al Qur’an dan hadist, semuanya itu Beliau rasakan masih pada tataran syariat atau kulitnya saja. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Karena itu Beliau berketetapan hati untuk segera menemukan jalan (thoriqot) itu sekaligus pembimbing (mursyid)-nya dari seorang Wali Quthub yang memiliki kewenangan untuk memandu perjalanan ruhaniyah Beliau menuju ke hadirat Allah SWT ? Maka dengan tekad yang kuat Beliau memberanikan diri untuk berpamitan sekaligus memohon doa restu kepada sang guru,syekh Abi Said al Baji,untuk pergi merantau demi mencari seseorang yang berkedudukan sebagai Quthub. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><b>Perantauan Mencari Sang Quthub</b></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Tempat pertama yang dituju oleh Beliau adalah kota Mekkah yang merupakan pusat peradaban Islam dan tempat berhimpunnya para ulama dan sholihin yang berdatangan dari seluruh penjuru dunia untuk memperdalam berbagai cabang ilmu-ilmu agama. Namun setelah berbulan-bulan tinggal di Mekkah, Beliau belum juga berhasil menemukan orang yang dimaksud. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Sampai akhirnya pada suatu seat Beliau memperoleh keterangan dari beberapa ulama di Mekkah bahwa Sang Quthub yang Beliau cari itu kemungkinan ada di negeri Iraq yang berjarak ratusan kilo meter dari kota Mekkah. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Sesampainya di Iraq, dengan tidak membuang-buang waktu, segeralah Beliau bertanya ke sana-sini tentang seorang Wali Quthub yang Beliau cari kepada setiap ulama dan masyayikh yang berhasil Beliau temui. Akan tetapi, mereka semua rata-rata menyatakan tidak mengetahui keberadaan seorang Wali Quthub di negeri itu.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Memang sepeninggal Sulthonil Auliya’il Quthbir Robbani wal Ghoutsish Shomadani Sayyidisy Syekh Abu Muhammad Abdul Qodir al Jilani, rodliyallahu ‘anh, kedudukan Wali Quthub yang menggantikan Syekh Abdul Qodir Jilani oleh Allah disamarkan atau tidak dinampakkan dengan jelas. Pada waktu kedatangan Syekh Abil Hasan ke Baghdad itu, Syekh Abdul Qodir Jailani (470 – 561 H./1077 – 1166 M.) sudah wafat sekitar 50 tahun sebelumnya (selisih waktu antara wafatnya Syekh Abdul Qodir dan lahirnya Syekh Abil Hasan terpaut sekitar 32 tahun). Di kala hidupnya, asy Syekh. Abdul Qodir diakui oleh para ulama minash Shiddiqin sebagai seorang yang berkedudukan “Quthbul Ghouts”.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Akhirnya, Beliau mendengar adanya seorang ulama yang merupakan seorang pemimpin dan khalifah thoriqot Rifa’iyah yaitu asy Syekh ash Sholih Abul Fatah al Wasithi, rodliyAllahu ‘anh. Syekh Abul Fatah adalah, yang memiliki pengaruh dan pengikut cukup besar di Iraq pada waktu itu. Segeralah Beliau sowan kepada Syekh Abul Fatah dan mengemukakan bahwa Beliau sedang mencari seorang Wali Quthub yang akan Beliau minta kesediaannya untuk menjadi pembimbing dan pemandu perjalanan ruhani Beliau menuju kehadirat Allah SWT.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Mendengar penuturan beliau, asy Syekh Abul Fatah sembari tersenyum kemudian mengatakan, “Wahai anak muda, engkau mencari Quthub jauh jauh sampai kesini, padahal orang yang engkau cari sebenarnya berada di negeri asalmu sendiri. Beliau adalah seorang Quthubuz Zaman nan agung pada saat ini. Sekarang pulanglah engkau ke Maghrib (Maroko) dari pada bersusah payah</div><div style="text-align: justify;">berkeliling mencari di negeri ini. Beliau, pada saat ini sedang berada di tempat khalwatnya, di sebuah gua di puncak gunung. Temuilah yang engkau cari di sana!”</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><b>Berguru Kepada Sang Quthub</b></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Beberapa saat setelah mendapat penjelasan dari Syekh Abul Fatah al Wasithi, Beliau segera pohon diri sekaligus minta doa restu agar Beliau bias segera berhasil menemukan sang Quthub yang sedang dicarinya. Sesampainya di Maroko, Beliau langsung menuju ke desa Ghomaroh, tempat di mana Beliau dilahirkan. Tidak berapa lama kemudian, Beliau segera bertanya-tanya kepada penduduk setempat maupun setiap pendatang dimanakah tinggalnya sang Quthub. ampir setiap orang yang Beliau temui selalu ditanyai tentang keberadaan sang Quthub. Akhirnya setelah cukup lama mencari didapatlah keterangan bahwa orang yang dimaksud oleh Syekh Abul Fatah tiada lain adalah Sayyidisy Syekh ash Sholih al Quthub al Ghouts asy Syarif Abu Muhammad Abdus Salam bin Masyisy al Hasani, yang pada saat itu sedang berada di tempat pertapaannya, di suatu gua yang letaknya di puncak sebuah gunung di padang Barbathoh. Demi</div><div style="text-align: justify;">mendengar keterangan itu, sama seperti yang dijelaskan oleh Syekh Abul Fatah al Wasithi al Iraqi, segera saja Beliau menuju ke tempat yang ditunjukkan itu.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Setelah melakukan perjalanan yang memakan waktu beberapa hari, akhirnya ditemukanlah gunung yang dimaksud. Beliau segera mendaki gunung itu menuju ke puncaknya. Dan, memang benar adanya, di puncak gunung tersebut terdapat sebuah gua. Sebelum Beliau melanjutkan perjalanannya untuk naik ke gua itu, Beliau berhenti di sebuah mata air yang terdapat di bawah gua tersebut. Selanjutnya Beliau lalu mandi di pancuran mata air itu. Hal ini Beliau lakukan semata-mata demi untuk memberikan penghormatan serta untuk mengagungkan sang Quthub, sebagai salah seorang yang memiliki derajat kcmuliaan dan keagungan di sisi Robbul ‘alamin, disamping juga sebagai seorang calon guru Beliau. Begitu setelah selesai mandi, Beliau terasakan betapa seluruh ilmu dan amal Beliau seakan luruh berguguran. Dan seketika itu pula Beliau merasakan kini dirinya telah menjadi seorang yang benar-benar faqir dari ilmu dan amal. Kemudian, setelah itu Beliau lalu berwudlu dan mempersiapkan diri untuk naik menuju ke gua tersebut. Dengan penuh rasa tawadhu’ dan rendah diri, Beliau mulai mengangkat kaki untuk keluar dari mata air itu.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Namun, entah datang dari arah mana, tiba-tiba datang seseorang yang tampak sudah lanjut usia. Orang tersebut mengenakan pakaian yang amat sederhana. Bajunya penuh dengan tambalan. Sebagai penutup kepala, orang sepuh itu mengenakan songkok yang terbuat dari anyaman jerami. Dari sinar wajahnya menunjukkan bahwa orang tersebut memiliki derajat kesholihan dan ketaqwaan yang amat luhur. Kendati berpenampilan sederhana, tetapi orang tersebut tampak sangat anggun, arif, dan berwibawa. Kakek tua itu kemudian mendekati Beliau seraya mengucapkan salam, “Assalamu’alaikum”. Beliau, dengan agak sedikit terkejut, serta merta menjawab salam orang itu, “Wa ‘alaikumus salam wa rokhmatullohi wa barokatuh.” Belum pula habis rasa keterkejutan beliau, orang tersebut terlebih dahulu menyapa dengan mengatakan, “Marhaban! Ya, Ali bin Abdullah bin Abdul Jabbar bin Tamim bin….” dan seterusnya nasab Beliau disebutkan dengan runtut dan jelas sampai akhirnya berujung kepada baginda Rosululloh, shollollohu ‘alaihi wa aalihi wa sallam. Mendengar itu semua, Beliau menyimaknya dengan penuh rasa takjub. Belum sampai Beliau mengeluarkan kata-kata, orang tersebut kemudian melanjutkan, “Ya Ali, engkau datang kepadaku sebagai seorang faqir, baik dari ilmu maupun amal perbuatanmu, maka engkau akan mengambil dari aku kekayaan dunia dan akhirat.” Dengan demikian, maka jadi jelas dan yakinlah Beliau kini, bahwa orang yang sedang berada di hadapannya itu adalah benar-benar asy Syekh al Quthub al Ghouts Sayyid Abu Muhammad Abdus Salam bin Masyisy al Hasani, rodhiyAllahu ‘anh, orang yang selama ini dicari-carinya. “Wahai anakku, hanya puji syukur alhamdulillah kita haturkan ke hadirat Allah SWT yang telah mempertemukan kita pada hari ini.” Berkata Syekh Abdus Salam lagi, “Ketahuilah, wahai anakku, bahwa sesungguhnya sebelum engkau datang ke sini, Rosululloh SAW telah memberitahukan kepadaku segala hal-ihwal tentang diri¬mu, serta akan kedatanganmu pada hari ini. Selain itu, aku juga mendapat tugas dari Beliau agar memberikan pendidikan dan bimbingan kepada engkau. Oleh karena itu, ketahuilah, bahwa kedatanganku ke sini memang sengaja untuk menyambutmu”.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Selanjutnya, Beliau tinggal bersama dengan sang guru di situ sampai waktu yang cukup lama. Beliau banyak sekali mereguk ilmu-ilmu tentang hakikat ketuhanan dari Syekh Abdus Salam, yang selama ini belum pernah Beliau dapatkan. Tidak sedikit pula wejangan dan nasihat-nasihat yang asy Syekh berikan kepada beliau. Pada suatu hari dikatakan oleh asy Syekh kepada beliau, “Wahai anakku, hendaknya engkau semua senantiasa melanggengkan thoharoh (mensucikan</div><div style="text-align: justify;">diri) dari syirik. Maka, setiap engkau berhadats cepat-cepatlah bersuci dari ‘kenajisan cinta dunia’. Dan setiap kali engkau condong kepada syahwat, maka perbaikilah apa yang hampir menodai dan menggelincirkan dirimu.”</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Berkata asy Syekh Ibn Masyisy kepada beliau, “Pertajam pengelihatan imanmu, niscaya engkau akan mendapatkms Allah; Dalam segala sesuatu; Pada sisi segala sesuatu; Bersama segala sesuatu; Atas segala sesuatu; Dekat dari segala sesuatu; Meliputi segala sesuatu; Dengan pendekatan itulah sifatNya; Dengan meliputi itulah bentuk keadaanNya.”</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Di lain waktu guru beliau, rodhiyallahu ‘anh, itu mengatakan, “Semulia-mulia amal adalah empat disusul empat : KECINTAAN demi untuk Allah; RIDHO atas ketentuan Allah; ZUHUD terhadap dunia; dan TAWAKKAL atas Allah. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Kemudian disusul pula dengan empat lagi, yakni MENEGAKKAN fardhu-fardbu Allah; MENJAUHI larangan-laranganAllah; BERSABAR terhadap apa-apa yang tidak berarti; dan WARO’ menjauhi dosa-dosa kecil berupa segala sesuatu yang melalaikan”.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Asy Syekh juga pernah berpesan kepada. beliau, “Wahai anakku, janganlah engkau melangkahkan kaki kecuali untuk Allah, sesuatu yang dapat mendatangkan kcridhoan Allah, dan jangan pula engkau duduk di suatu majelis kecuali yang aman dari murka Allah. Janganlah engkau bersahabat kecuali dengan orang yang bisa membantu engkau berlaku taat kepada-Nya.Serta jangan memilih sahabat karib kecuali orang yang bisa menambah keyakinanmu terhadap Allah”.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Asy Syekh Abdus Salam sendiri adalah merupakan pribadi yang amat berpegang teguh kepada Kitab Allah dan as Sunnah. Walaupun pada kenyataannya Syekh Abil Hasan adalah muridnya, namun Syekh Abdus Salam juga amat mengagumi akan ilmu yang dimiliki oleh sang murid, terutama tentang Kitabullah dan Sunnah, disamping derajat kesholihan dan kewaliannya, serta kekeramatan Syekh Abul Hasan. Tetapi, dari semua yang Beliau terima dari asy Syekh, hal yang terpenting dan paling bersejarah dalam kehidupan Beliau di kemudian hari ialah</div><div style="text-align: justify;">diterimanya ijazah dan bai’at sebuah thoriqot dari asy Syekh Abdus Salam yang rantai silsilah horiqot tersebut sambung-menyambung tiada putus sampai akhirnya berujung kepada Allah SWT. Silsilah thoriqot ini urut-urutannya adalah sebagai berikut :</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><b>Beliau, asy Syekh al Imam Abil Hasan Ali asy Syadzily menerima bai’at thoriqot dari :</b></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">1. Asy Syekh al Quthub asy Syarif Abu Muhammad Abdus Salam bin Masyisy, Beliau menerima talgin dan bai’at dari </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">2. Al Quthub asy Syarif Abdurrahman al Aththor az Zayyat al Hasani al Madani, dari</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">3. Quthbil auliya’ Taqiyyuddin al Fuqoyr ash Shufy, dari</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">4. Sayyidisy Syekh al Quthub Fakhruddin, dari</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">5. Sayyidisy Syekh al Quthub NuruddinAbil HasanAli, dari</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">6. Sayyidisy Syekh Muhammad Tajuddin, dari</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">7. Sayyidisy Syekh Muhammad Syamsuddin, dari</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">8. Sayyidisy Syekh al Quthub Zainuddin al Qozwiniy, dari</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">9. Sayyidisy Syekh al Quthub Abi Ishaq Ibrohim al Bashri, dari</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">10. Sayyidisy Syekh al Quthub Abil Qosim Ahmad al Marwani, dari</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">11. Sayyidisy Syekh Abu Muhammad Said, dari</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">12. Sayyidisy Syekh Sa’ad, dari</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">13. Sayyidisy Syekh al Quthub Abi Muhammad Fatkhus Su’udi, dari</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">14. Sayyidisy Syekh al Quthub Muhammad Said al Ghozwaniy, dari</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">15. Sayyidisy Syekh al Quthub Abi Muhammad Jabir, dari</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">16. Sayyidinasy Syarif al Hasan bin Ali, dari</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">17. Sayyidina’Ali bin Abi Tholib, karromallahu wajhah, dari</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">18. Sayyidina wa Habibina wa Syafi’ina wa Maulana Muhammadin, shollollohu ‘alaihi wa aalihi wasallam, dari</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">19. Sayyidina Jibril, ‘alaihis salam, dari</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">20. Robbul ‘izzati robbul ‘alamin.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Setelah menerima ajaran dan baiat thoriqot ini, dari hari ke hari Beliau merasakan semakin terbukanya mata hati beliau. Beliau banyak menemukan rahasia-rahasia Ilahiyah yang selama ini belum pernah dialaminya. Sejak saat itu pula Beliau semakin merasakan dirinya kian dalam menyelam kedasar samudera hakekat dan ma’rifatulloh. Hal ini, selain berkat dari keagungan ajaran thoriqot itu sendiri, juga tentunya karena kemuliaan barokah yang terpancar dari ketaqwaan sang guru, asy Syekh Abdus Salam bin Masyisy, rodhiyAllahu ‘anh.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Thoriqot ini pula, di kemudian hari, yaitu pada waktu Beliau kelak bermukim di negeri Tunisia dan Mesir, Beliau kembangkan dan sebar luaskan ke seluruh penjuru dunia melalui murid-murid beliau. Oleh karena Beliau adalah orang yang pertama kali mendakwahkan dan pengembangkan ajaran thoriqot ini secara luas kepada masyarakat umum, sehingga akhirnya masyhur di mana-mana, maka Beliau pun kemudian dianggap sebagai pendiri thoriqot ini yang pada akhirnya menisbatkan nama thoriqot ini dengan nama besar beliau, dengan sebutan “THORIQOT SYADZILIYAH”. Banyak para ulama dan pembesar-pembesar agama diseluruh dunia, dari saat itu sampai sekarang, yang mengambil berkah dari mengamalkan thoriqot ini. Sebuah thoriqot yang amat sederhana, tidak terlalu membebani bagi khalifah dan para guru mursyidnya serta para pengamalnya.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Setelah cukup lama Beliau tinggal bersama asy Syekh, maka tibalah saat perpisahan antara guru dan murid. Pada saat perpisahan itu Syekh Abdus Salam membuat pemetaan kehidupan murid tercinta Beliau tentang hari-hari yang akan dilalui oleh Syekh Abil Hasan dengan mengatakan, “Wahai anakku, setelah usai masa berguru, maka tibalah saatnya kini engkau untuk beriqomah. Sekarang pergilah dari sini, lalu carilah sebuah daerah yang bernama SYADZILAH. Untuk beberapa waktu tinggallah engkau di sana. Kemudian perlu kau ketahui, di sana pula Allah ‘Azza wa Jalla akan menganugerahi engkau dengan sebuah nama yang indah, asy Syadzily.”</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">“Setelah itu,” lanjut asy Syekh, “Kemudian engkau akan pindah ke negeri Tunisia.</div><div style="text-align: justify;">Di sana engkau akan mengalami suatu musibah dan ujian yang datangnya dari penguasa negeri itu. Sesudah itu, wahai anakku, engkau akan pindah ke arah timur. Di sana pulalah kelak engkau akan menerima warisan al Quthubah dan menj adikan engkau seorang Quthub.”</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Pada waktu akan berpisah, Beliau mengajukan satu permohonan kepada asy Syekh agar memberikan wasiat untuk yang terakhir kalinya, dengan mengatakan, “Wahai Tuan Guru yang mulia, berwasiatlah untukku.” Asy Syekh pun kemudian berkata, “Wahai Ali, takutlah kepada Allah dan berhati-hatilah terhadap manusia. Sucikanlah lisanmu daripada menyebut akan keburukan mereka, serta sucikanlah hatimu dari kecondongan terhadap mereka. Peliharalah anggota badanmu (dari segala yang maksiat, pen.) dan tunaikanlah setiap yang difardhukan dengan sempurna. Dengan begitu, maka sempurnalah Allah mengasihani dirimu.” </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Lanjut asy Syekh lagi, “Jangan engkau memperingatkan kepada mereka, tetapi utamakanlah kewajiban yang menjadi hak Allah atas dirimu, maka dengan cara yang demikian akan sempurnalah waro’mu.” “Dan berdoalah wahai anakku, ‘Ya Allah, rahmatilahlah diriku dari ingatan kepada mereka dan dari segala masalah yang datang dari mereka, dan selamatkanlah daku dari kejahatan mereka, dan cukupkanlah daku dengan kebaikan-kebaikanMu dan bukan dari kebaikan mereka, dan kasihilah diriku dengan beberapa kelebihan dari antara mereka. Ya Allah, sesungguhnya Engkaulah atas segala sesuatu Dzat Yang Maha Berkuasa.”‘</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Selanjutnya, setelah perpisahan itu, asy Syekh Abdus Salam bin Masyisy yang dilahirkan di kota Fes, Maroko, tetap tinggal di negeri kelahirannya itu sampai akhir hayat beliau. Sang Quthub nan agung ini meninggal dunia pada tahun 622 H./1225 M. Makam Beliau sampai saat ini ramai diziarahi kaum muslimin yang datang dari seluruh penjuru dunia.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><b>Di Syadzilah</b></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Seusai berpisah dengan asy Syekh Abdus Salam bin Masyisy, Beliau mulai menapaki perjalanan yang pertama sebagai apa yang telah dipetakan oleh sang guru, yaitu mencari sebuah desa bernama Syadzilah. Setelah dicari-cari, akhirnya sampailah Beliau di sebuah desa bernama Syadzilah yang terletak di wilayah negeri Tunisia. Pada saat Beliau tiba di desa itu, yang mengherankan, Beliau sudah disambut dan dielu-elukan oleh segenap penduduk Sya¬dzilah, sedang Beliau sendiri tidak tahu siapa sebenarnya yang memberitakan akan kedatangan beliau. Tapi, itu sebuah kenyataan bahwa mereka dalam memberikan sambutan kepada Beliau tampak sekali terlihat dari raut wajah mereka suatu kegembiraan yang amat dalam, seakan mereka bisa bertemu dengan orang yang sudah lama dinanti-nantikan.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Beliau tinggal di tengah-tengah desa Syadzilah hanya beberapa hari saja. Karena, sejak tiba di kota itu, Beliau telah memutuskan untuk tidak berlama-lama berada di tengah keramaian masyarakat. Beliau ingin bermukim di tempat yang tenang dan jauh dari hiruk-pikuknya orang-orang. Memang, tujuan Beliau datang ke kota itu, sesuai dengan petunjuk sang guru, semata-mata hanyalah untuk lebih meningkatkan dan menyempurnakan ibadah Beliau dengan cara menjauh dari masyarakat. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Akhirnya,Beliau memilih tempat di luar kota Syadzilah, yaitu di sebuah bukit yang bernama Zaghwan. Maka, berangkatlah Beliau ke bukit itu dengan diiringi oleh sahabat Beliau bernama Abu Muhammad Abdullah bin Salamah al Habibie. Dia adalah seorang pemuda penduduk asli Syadzilah yang memiliki ketaqwaan dan telah terbuka mata hatinya (mukasyafah).</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Dibukit itu, Beliau melakukan laiihan-latihan ruhani dengan menerapkan disiplin diri yang tinggi. Setiap jengkal waktu, Beliau gunakan untuk menempa ruhani dengan melakukan riyadhoh, mujahadah dan menjalankan wirid-wirid sebagaimana yang telah diajarkan oleh guru beliau, asy Syekh Abdus Salam. Di bukit itu, Beliau melakukan uzlah dan suluk dengan cara menggladi nafsu sehingga benar-benar menjadi pribadi yang cemerlang dan istiqomah yang diliputi dengan rasa khidmah dan mahabbah kepada Allah dan Rasul-Nya.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Untuk kehidupannya, Beliau bersama sahabat setianya, al Habibie, hanya mengambil tumbuhan yang ada di sekitar bukit Zaghwan itu saja. Tetapi, sejak Beliau bermukim di bukit itu, Allah SWT telah mengaruniakan sebuah mata air untuk meme¬nuhi keperluan beliau.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Pernah, pada suatu hari, Beliau menyaksikan gusi al Habibie terluka hingga mengeluarkan darah lantaran terkena ranting dari dedaunan yang dimakannya. Melihat hal itu, Leliau menjadi terharu karena sahabat yang setia mengiringinya harus mengalami kesakitan. Segera saja, setelah itu, Beliau mengajak al Habibie turun ke desa Syadzilah untuk mencari makanan yang lunak. Dan sekiranya telah tercukupi, maka Beliau berdua segera naik kembali ke bukit Zaghwan untuk meneruskan “perjalanan”. Memang, semenjak beruzlah di bukit itu, kadang-kadang Beliau berdua turun ke desa Syadzilah untuk berbagai keperluan. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Berkaitan dengan pengalaman keruhanian, diceritakan oleh al Habibie, bahwa pada suatu ketika dia pernah melihat dalam pandangan mata batinnya, Nampak segerombolan malaikat, ‘alaihimus sholatu was salam, mengerumuni asy Syekh. Bahkan, lanjut al Habibie, “Sebagian dari malaikat itu ada yang berjalan beriringan bersamaku dan ada pula yang bercakap-cakap dengan aku.” Tidak jarang pula dilihat oleh al Habibie arwah para waliyulloh yang secara berkelompok maupun sendiri-sendiri, mendatangi dan mengerubuti asy Syekh. Para wali-wali itu, rohimahumulloh, dikatakan oleh al Habibie, merasakan memperoleh berkah lantaran kedekatan dan kebersamaan mereka dengan asy Syekh.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Sehubungan dengan nama desa Syadzilah, yang akhirnya bertautan dengan nama beliau, diceritakan oleh beliau, bahwa Beliau pada suatu ketika dalam fana’nya, pernah mengemukakan sebuah pertanyaan kepada Allah SWT, “Ya Robb, mengapa nama Syadzilah Engkau kaitkan dengan namaku ?” Maka, dikatakan kepadaku, “Ya Ali, Aku tidak menamakan engkau dengan nama asy Syadzily,tetapi asy Syaadz-ly (penekanan kata pada “dz”) yang artinya jarang (langka), yaitu karena keistimewaanmu dalam menyatu untuk berkhidmat demi untuk-Ku dan demi cinta kepada-Ku.” </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Beliau tinggal di bukit Zaghwan itu sampai bertahun-tahun, sampai pada suatu hari, Beliau mendapatkan perintah dari Allah SWT agar turun dari bukit dan keluar dari tempat khalwatnya untuk segera mendatangi masyarakat. Diceritakan oleh beliau, begini, “Pada waktu itu telah dikatakan kepadaku, ‘Hai Ali, turun dan datangilah manusia-manusia, agar mereka memperoleh manfaat dari padamu !’ Lalu, akupun mengatakan, ‘Ya Allah, selamatkanlah diriku dari manusia banyak, karena aku tidak berkemampuan untuk bergaul dengan mereka’. Lalu dikatakan kepadaku, ‘Turunlah, wahai Ali ! Aku akan mendampingimu dengan keselamatan dan akan Aku singkirkan engkau dari marabahaya’. Aku katakan pula, ‘Ya Allah, Engkau serahkan diriku kepada manusia-manusia, termasuk apa yang aku makan dan harta yang aku pakai ?’ Maka, dikatakan kepadaku, ‘Hendaklah engkau menafkahkan dan Aku-lah yang mengisi, pilihlah dari jurusan tunai ataukah jurusan ghaib.”‘</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Setelah selesai menjalani seperti apa yang telah dipetakan oleh asy Syekh Abdus Salam dan setelah mendapat perintah untuk keluar dari tempat uzlahnya guna mendatangi masyarakat, maka Beliau segera melanjutkan perjalanannya sesuai dengan pemetaan berikutnya, yaitu menuju ke kota Tunis.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><b>Di Tunis </b></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Bagi beliau, kota Tunis tentu sudah tidak asing lagi. Karena sejak usia anak-anak hingga remaja Beliau bemukim di kota ini sampai bertahun-tahun. Namun, seperti apa yang Beliau saksikan pada saat kedatangan Beliau kali ini, ternyata negeri ini tidak mengalami banyak perubahan dan kemajuan. Masih tetap seperti dulu. Penduduk negeri ini tetap miskin dan sering dilanda kelaparan. Namun demikian, sejak kedatangannya, Beliau juga masih tetap berusaha untuk meringankan penderitaan penduduk dalam menghadapi kelaparan. Alkisah, dalam usaha</div><div style="text-align: justify;">Beliau memberikan pertolongan kepada mereka, Beliau sering didatangi nabiyulloh Khidlir, ‘alaihissalam, guna membantu Beliau sekaligus untuk menyelamatkan Beliau dari kesulitan-kesulitan yang dihadapinya. Hal ini terjadi karena berkat kebesaran jiwa dan kesantunan beliau. Pada saat itu, negeri Tunisia berada di bawah kekuasaan pemerintahan seorang sultan atau raja yang bernama Sultan Abu Zakariyya al Hafsi. Dalam pemerintahan Sultan Abu Zakariyya, di antara jajaran para menterinya ada seorang kadi (hakim agama) yang bernama Ibnul Baro’. Dia adalah seorang faqih, namun di sisi lain dia juga memiliki hati yang buruk.</div><div style="text-align: justify;">Keserakahan untuk memiliki kedudukan, pengaruh, dan kekuasaan itulah yang membuat nafsu iri dengkinya tumbuh subur di dalam hati Ibnul Baro’. Dendam kesumat dan keinginan menjatuhkan orang lain pun semakin membara dalam dadanya. Pikiran dan hatinya siang malam hanya tertuju bagaimana cara mempertahankan dan memperkuat pengaruh dan jabatannya.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Asy Syekh Abil Hasan datang ke Tunis selain untuk menapaki seperti apa yang telah dipetakan oleh guru beliau, juga karena memang mendapat perintah untuk berdakwah. Setelah beberapa bulan Beliau melakukan dakwah di kota Tunis itu, maka kelihatanlah semakin banyak orang-orang berkerumun mendatangi beliau. Selain masyarakat kebanyakan yang hadir dalam majelis-majelis pengajiannya, juga tidak sedikit orang-orang alim, sholih dan ahli karomah yang turut serta mendengarkan dan menyimak nasehat-nasehat beliau. Di antara mereka tampak, antara lain: asy Syekh Abul Hasan Ali bin Makhluf asy Syadzily, Abu Abdullah ash Shobuni, Abu Muhammad Abdul Aziz az Zaituni, Abu Abdullah al Bajja’i al Khayyath, dan Abu Abdullah al Jarihi. Mereka semua merasakan kesejukan siraman rohani yang luar biasa yang keluar dari kecemerlangan hati dan lisan nan suci asy Syekh. Padahal, pada waktu itu Beliau masih berumur sekitar 25 tahun.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Fenomena tersebut ditangkap oleh Ibnul Baro’ sebagai sebuah pemandangan yang amat tidak mengenakkan perasaannya. Keberadaan asy Syekh di kota Tunis ini dianggap sebagai kerikil yang mengganggu bagi dirinya. Setiap berita yang berkaitan dengan asy Syekh ditangkap oleh telinga Ibnul Baro’ lalu menyusup masuk ke relung hatinya yang telah terbakar bara kebencian dan rasa iri dengki yang mendalam. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Demi melihat kenyataan masyarakat semakin condong dan berebut mengerumuni asy Syekh, seketika itu pula pudarlah khayalan-khayalan Ibnul Baro’. Timbul prasangka buruk bahwa Syekh Abil Hasan telah merampas haknya, bahkan besar kemungkinan kalau pada akhirnya nanti akan menumbangkan kedudukannya serta mengambil alih jabatan yang amat dicintainya itu. Oleh karena itu, dengan menepuk dada disertai sikap angkuhnya Ibnul Baro’ mengumumkan pernyataan secara terang-terangan, bahwa dia telah memaklumkan “perang” melawan asy Syekh Abil Hasan Ali asy Syadzily, rodhiyallahu ‘anh. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Namun demikian meski bertahun-tahun mengalami serangan dan fitnahan dari orang yang dengki kepada Beliau, tetapi yang namanya intan adalah tetap intan. Beliau adalah seorang kekasih Allah yang memiliki derajat kemuliaan yang tinggi. Dan apabila seorang kekasih-Nya dianiaya oleh orang lain, maka Allah sendirilah yang akan membalasnya. Itulah yang terjadi, sehingga akhirnya seluruh negeri mengetahui kemulian asy Syekh Abil Hasan Syadzily, rodhiyallahu ‘anh.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Setelah itu, terbetik dalam hati asy Syekh untuk kembali menunaikan ibadah haji. Beliau lalu menyerukan kepada para murid dan pengikutnya agar mereka, untuk sementara waktu, hijrah atau berpindah ke negeri sebelah timur, sambil menunggu datangnya musim haji yang pada waktu itu masih kurang beberapa bulan lagi. Maka, segera bersiap-siaplah Beliau dengan para pengikutnya untuk melakukan perj alanan jauh menuju ke negeri Mesir.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Dalam perjalan ke Mesir tersebut masih tidak lepas dari rekayasa fitnah Ibnul Baro’ sehingga Sultan mempermasalahkan kehadiran Beliau di negeri Mesir. Tetapi Allah tetap memberikan perlindungan-Nya, menujukkan bahwa asy Syekh adalah kekasihnya dan dengan kebesaran hati dan kehalusan budi pekerti beliaulah, akhirnya Beliau bersedia memaafkan dan mendoakan Sultan hingga mereka semua menganggap pertemuan mereka dengan asy Syekh adalah merupakan anugerah Tuhan yang tiada terkira bagi mereka.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Namun, sebagaimana yang telah direncanakan, asy Syekh tinggal di Mesir hanya untuk beberapa bulan saja, sampai datangnya waktu musim haji. Setelah tiba pada saatnya asy Syekh pun mohon diri kepada Sultan untuk melanjutkan perjalanan menuju ke tanah suci Mekkah. Ringkas cerita, di sana Beliau mengerjakan ibadah haji sampai secukupnya, lalu Beliau melanjutkan perjalanan ke tanah suci Madinah guna untuk berziarah kemakam Rasulullah SAW. Setelah semuanya itu selesai, maka kembalilah Beliau beserta rombongan ke negeri Tunisia.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Sewaktu asy Syekh kembali dari tanah suci, Sultan Abu Zakariyya al Hafsi beserta penduduk Tunis tampak bersukacita menyambut kedatangan beliau. Rasa gembira sulit mereka sembunyikan, karena asy Syekh yang mereka cintai dan mereka hormati kini telah kembali berkumpul bersama mereka lagi. Namun, suasana gembira ini tidak berlaku bagi Ibnul Baro’. Bagi dia, kembalinya asy Syekh berarti merupakan sebuah “malapetaka” dan pertanda dimulainya lagi sebuah “pertempuran”. Tetap seperti dulu. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Dengan berbagai cara dia selalu berusaha agar asy Syekh, yang merupakan musuh bebuyutannya itu, secepatnya lenyap dari muka bumi ini. Namun, alhamdulillah, semua upaya jahat itu selalu menemui kegagalan. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Kemudian, setelah beberapa hari sejak kedatangan dari tanah suci, asy Syekh lalu melanjutkan tugasnya untuk mengajar dan berdakwah. Zawiyah atau pondok pesulukan, sebagai bengkel rohani yang Beliau dirikan juga kian diminati para ‘pejalan’. Dalam catatan sejarah, zawiyah pertama yang asy Syekh dirikan di Tunisia adalah pads tahun 625 H./1228 M., ketika Beliau berusia sekitar 32 tahun. Di hari-hari berikutnya semakin banyak orang-orang yang mendatangi beliau, baik penduduk setempat maupun orang-orang yang datang dari luar negeri Tunisia.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Di antara murid-murid asy Syekh yang datang dari luar negeri Tunisia; terdapat seorang pemuda yang berasal dari daerah Marsiyah, negeri Marokko, tidak jauh dari daerah tempat kelahiran asy Syekh sendiri, yang bernama Abul Abbas al Marsi. Pertemuan asy Syekh dengan pemuda ini tampak benar-benar merupakan sebuah pertemuan yang amat istimewa, sampai-sampai pada suatu hari asy Syekh berkata, “Aku tentu tidak akan ditakdirkan kembali ke negeri Tunisia, kecuali karena pemuda ini. Dialah yang akan menjadi pendampingku dan dia pulalah yang kelak akan menjadi khalifah penggantiku.” Menurut sebuah catatan, pemuda al Marsi (al Mursi) ini ketika masih berada di Maroko, pernah pula, walaupun tidak terlalu lama, berguru secara langsung kepada asy Syekh Abdus Salam sampai meninggalnya Beliau tahun 622 H./ 1225 M.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Kembalinya asy Syekh ke Tunis dari perjalanan hajinya kali ini hanyalah semata-mata untuk melanjutkan tugas mengajar dan berdakwah, seperti yang telah diperintahkan pada saat Beliau di gunung Barbathoh dan di bukit Zaghwan. Semuanya itu Beliau jalani sambil menanti datangnya “perintah” selanjutnya untuk menapaki seperti apa yang telah dipetakan oleh asy Syekh Abdus Salam bin Masyisy. Pada saat pemetaan, guru Beliau itu mengatakan bahwa setelah bermukim di negeri Tunisia ini, yaitu setelah “dihajar” oleh penguasa negeri itu, maka Beliau kemudian harus melanjutkan perjalanannya menuju ke arah timur.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Dalam hari-hari penantiannya itu, pada suatu malam asy Syekh bermimpi bertemu Rasulullah SAW. Waktu itu, Rasulullah berkata, “Ya Ali, sudah saatnya kini engkau meninggalkan negeri ini. Sekarang pergilah engkau ke negeri Mesir.” Kemudian Rosululloh melanjutkan, “Dan metahuilah, wahai Ali, selama dalam perjalananmu menuju ke Mesir, Allah akan menganugerahkan kepadamu tujuh puluh macam karomah. Selain itu, di sana pula kelak engkau akan mendidik empat puluh orang dari golongan shiddiqin.”</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Jadi, apabila dicermati, ketika turunnya asy Syekh dari puncak gunung di padang Barbathoh, Maroko, yang merupakan ‘langkah pertama’, adalah karena atas perintah guru beliau, asy Syekh Abdus Salam. Kemudian, pada waktu turunnya Beliau dari bukit Zaghwan di Syadzilah, sebagai ‘langkah ke dua’, adalah karena perintah Allah SWT. Sedangkan, pada kali ini, keluarnya asy Syekh dari Tunisia menuju Mesir, sebagai ‘langkah ketiga’ atau langkah yang terakhir, merupakan perintah Rasulullah SAW. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Bermukim di Mesir</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Beberapa hari asy Syekh dan rombongan melakukan perjalanan, tibalah asy Syekh di negeri Mesir. Beliau langsung menuju ke kota Iskandaria, kota indah yang selalu Beliau singgahi setiap perjalanan haji beliau. Alkisah, pada saat asy Syekh menginjakkan kaki di negeri Mesir, saat itu bertepatan tanggal 15 Sya’ban (Nisfu Sya’ban). Dan, karena takdir Allah jualah, hari itu persamaan dengan wafatnya asy Syekh Abul Hajjaj al Aqshory, rodhiyAllahu ‘anh, yang dikenal sebagai Quthubuz Zaman pada waktu itu. Sehingga, di kemudian hari, oleh para ulama minash shiddiqin Mesir, asy Syekh Abul Hasan asy Syadzily diyakini sejak hari itu juga telah ditetapkan oleh Allah SWT sebagai Wali Quthub menggantikan asy Syekh Abul Hajjaj al Agshory.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Kedatangan Beliau di kota Iskandaria ini mendapatkan sambutan hangat dari Sultan Mesir maupun penduduk yang sudah banyak mengenal dan mendengar nama beliau. Tidak hanya orang-orang dari kalangan biasa, tapi juga segenap ulama, para sholihin dan shiddiqin, para ahli hadits, ahli fiqih, dan manusia-manusia yang sudah mencapai tingkat kemuliaan lainnya. Mereka semua, dengan senyum kebahagiaan membuka tangan seraya mengucapkan, “Marhaban, ahlan wa sahlan ! ” Pertemuan mereka dengan asy Syekh tampak begitu akrab dan hangatnya, seakan-akan perjumpaan sebuah keluarga yang telah lama terpisah. Sebagaimana negeri Iraq, negeri Mesir juga merupakan gudangnya para ulama besar minash sholihin di wilayah itu.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Oleh Sultan Mesir, Beliau diberi hadiah sebuah tempat tinggal yang cukup luas bernama Buruj as Sur. Tempat itu berada di kota Iskandaria, sebuah kota yang terletak di pesisir Laut Tengah. Kota Iskandaria (Alexandria) terkenal sebagai kota yang amat indah, menyenangkan, dan penuh keberkahan. Di komplek pemukiman Beliau itu terdapat tempat penyimpanan air dan kandang-kandang hewan. Di tengah-tengah komplek terdapat sebuah masjid besar, dan di sebelahnya ada pula petak-petak kamar sebagai zawiyah (tempat tinggal para murid thoriqot untuk uzlah atau suluk). </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Di tempat itu pula asy Syekh melaksanakan pernikahan dan membangun bahtera rumah tangga beliau. Dari pernikahan asy Syekh, lahirlah beberapa putra dan keturunan beliau, di antaranya: asy Syekh Syahabuddin Ahmad, Abul Hasan Ali, Abu Abdullah Muhammad Syarafuddin, Zainab, dan ‘Arifatul Khair. Sebagian putra-putri Beliau itu setelah menikah kemudian menetap di kota Damanhur, tidak jauh dari Iskandaria. Sedangkan sebagian lagi tetap tinggal di Iskandaria menemani asy Syekh bersama ibunda mereka. Seperti apa yang telah Beliau lakukan selama di Tunisia, di “negeri para Ulama” ini pun asy Syekh juga tetap berdakwah dan mengajar. Asy Syekh menjadikan kota Iskandaria yang penuh keberkahan ini sebagai pusat dakwah dan pengembangan thoriqot Beliau pada tahun 642 H./ 1244 M.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Beliau kemudian membangun sebuah masjid dengan menara-menara besar yang menjulang tinggi ke angkasa. Di salah satu menara itu asy Syekh menjalankan tugas sebagai seorang guru mursyid, yaitu sebagai tempat untuk membai’at murid-murid beliau. Sedangkan di bagian menara yang lain, Beliau pergunakan sebagai tempat untuk “menyalurkan hobby” Beliau selama ini, yaitu khalwat. Selain di Iskandaria, di kota Kairo pun, sebagai pusat pemerintahan Kerajaan Mesir, Beliau juga memiliki aktifitas rutin mengajar. Dalam waktu yang tidak terlalu lama, majelis-majelis pengajian Beliau dibanjiri pengunjung, baik dari kalangan masyarakat awam, keluarga dan petinggi kerajaan, maupun para ulama besar dan terkemuka. Para orang-orang alim dan sholeh yang bertemu dan mengikuti penguraian dan pengajian-pengajian beliau, yang datang dari barat maupun timur, mereka semua merasa kagum dengan apa yang isampaikan oleh asy Syekh. Bahkan, tidak sampai berhenti di situ saja. Mereka kemudian juga berbai’at</div><div style="text-align: justify;">kepada asy Syekh sekaligus menyatakan diri sebagai murid beliau. Dari deretan para ulama itu, terdapat nama-nama agung, seperti: Sulthonul ‘Ulama Sayyid asy Syekh ‘Izzuddin bin Abdus Salam, asy Syaikhul Islami bi Mishral Makhrusah, asy Syekh al Muhadditsiin al Hafidh Taqiyyuddin bin Daqiiqil ‘led, asy Syekh al Muhadditsiin al Hafidh Abdul ‘Adhim al Mundziri, asy Syekh Ibnush Sholah, asy Syekh Ibnul Haajib, asy Syekh Jamaluddin Ushfur, asy Syekh Nabihuddin bin’Auf, asy Syekh Muhyiddin bin Suroqoh, dan al Alam Ibnu Yasin (salah satu murid terkemuka al Imamul Akbar Sayyidisy Syekh Muhyiddin Ibnul Arabi, rodhiyAllahu ‘anh, wafat tahun 638 H./1240 M.), serta masih banyak lagi yang lainnya. Mereka semua hadir serta mengikuti dengan tekun dan seksama majelis pengajian yang sudah ditentukan secara berkala oleh asy Syekh, baik di Iskandaria maupun Kairo. Di Kairo, tempat yang biasa dipergunakan asy Syekh untuk berdakwah adalah di perguruan “Al Kamilah”.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Selain dakwah dan syiar Beliau melalui majelis-majelis pengajian, khususnya dalam bidang ilmu tasawuf, semakin berkembang dan mengalami kemajuan pesat, thoriqot yang Beliau dakwahkan pun semakin berkibar. Orang-orang yang datang untuk berbaiat dan mengambil barokah thoriqot Beliau datang dari segala penjuru dan memiliki latar belakang beraneka warna. Mulai dari masyarakat umum hingga para ulama, para pejabat hingga rakyat jelata. Zawiyah (pondok pesulukan), sebagai wadah penempaan ruhani, yang Beliau dirikan pun kian hari semakin dipadati oleh santri-santri beliau.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Thoriqot yang asy Syekh terima dari guru beliau, asy Syekh Abdus Salam bin Masyisy, Beliau dakwahkan secara luas dan terbuka. Sebuah thoriqot yang mempunyai karakter tasawuf ala Maghribiy, yaitu lebih memiliki kecenderungan dan warna syukur, sehingga bagi para pengikutnya merasakan dalam pengamalannya tidak terlalu memberatkan. Dalam pandangan thoriqot ini, segala yang terhampar di permukaan bumi ini, baik itu yang terlihat, terdengar, terasa, menyenangkan, maupun tidak menyenangkan, semuanya itu merupakan media yang bisa digunakan untuk “lari” kepadaAllah SWT.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Selain itu, thoriqot yang Beliau populerkan ini juga dikenal sebagai thoriqot yang termudah dalam hal ilmu dan amal, ihwal dan maqam, ilham dan maqal, serta dengan cepat bisa menghantarkan para pengamalnya sampai ke hadirat Allah SWT. Di samping itu, thoriqot ini juga terkenal dengan keluasan, keindahan, dan kehalusan doa dan hizib-hizibnya. Disamping kiprah Beliau dalam syiar dan dakwah serta pembinaan ruhani bagi para murid-muridnya, asy Syekh juga turut secara langsung terjun dan terlibat dalarn perjuangan di medan peperangan. Ketika itu, raja Perancis Louis IX yang memimpin tentara salib bermaksud hendak membasmi</div><div style="text-align: justify;">kaum muslimin dari muka bumi sekaligus menumbangkan Islam dan menaklukkan seluruh jazirah Arab. Asy Syekh, yang kala itu sudah berusia 60 tahun lebih dan dalam keadaan sudah hilang pengelihatan, meninggalkan rumah dan keluarga berangkat ke kota Al Manshurah. Beliau bersama para pengikutnya bergabung bersama para mujahidin dan tentara Mesir. Sedangkan pada waktu itu pasukan musuh sudah berhasil menduduki kota pelabuhan Dimyat (Demyaat) dan akan dilanjutkan dengan penyerbuan mereka ke kota Al Manshurah.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Selain syekh Abul Hasan, tidak sedikit para ulama Mesir yang turut berjuang dalam peristiwa itu, antara lain: al Imam syekh Izzuddin bin Abdus Salam, syekh Majduddin bin Taqiyyuddin Ali bin Wahhab al Qusyairi, syekh Muhyiddin bin Suroqoh, dan syekh Majduddin al Ikhmimi. Para shalihin dan ulama minash shiddiqin itu, di waktu siang hari berpeluh bahkan berdarah-darah di medan pertempuran bersama para pejuang lainnya demi tetap tegaknya panji-panji Islam. Sedangkan, apabila malam telah tiba, mereka semua berkumpul di dalam kemah untuk bertawajjuh, menghadapkan diri kepada Allah SWT, dengan melakukan sholat dan menengadahkan tangan untuk berdoa dan bermunajat kepada “Sang Penguasa” agar kaum muslimin memperoleh kemenangan. Setelahh selesai mereka beristighotsah, di tengah kepekatan malam, mereka kemudian mengkaji dan mendaras kitab-kitab, terutama yang dinilai ada hubungannya dengan situasi pada saat itu. Kitab-kitab itu antara lain: Ihya Ulumuddin, Qutul Qulub, dan ar Risalah. Dan, alhamdulillah, karena anugerah Allah jualah akhirnya peperangan itu dimenangkan oleh kaum muslimin. Raja Louis IX beserta para panglima dan bala tentaranya berhasil ditangkap dan ditawan. Perlu diketahui, sebelum berakhirnya peperangan itu, pada suatu malam asy Syekh, dalam mimpi beliau, bertemu dengan Rasulullah SAW. Pada waktu itu, Rasulullah SAW berpesan kepada Beliau supaya memperingatkan Sultan agar tidak mengangkat pejabat-pejabat yang lalim dan korup. Dan Rasulullah menyampaikan bahwa pertempuran akan segera berakhir dengan kemenangan di pihak kaum muslimin. Maka, pada pagi harinya asy Syekh pun mengabarkan berita gembira itu kepada teman-teman seperjuangan beliau. Dan kenyataannya, setelah pejabat-pejabat tersebut diganti, maka kemenangan pun datang menjelang. Peristiwa berjayanya kaum muslimin itu terjadi pada bulan Dzul Hijjah tahun 655 H./1257 M. Usai peperangan itu asy Syekh lalu kembali ke Iskandaria.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><b>Wafatnya Asy Syekh Abil Hasan Asy Syadzily</b></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Asy Syekh menjalankan dakwah dan mensyiarkan thoriqotnya di negeri Mesir itu sampai pada bulan Syawal 656 H./1258 M. Pada awal bulan Dzul Qa’dah tahun itu juga, terbetik di hati asy Syekh untuk kembali menjalankan ibadah haji ke Baitullah. Keinginan itu begitu kuat mendorong hati beliau. Maka, kemudian diserukanlah kepada seluruh keluarga Beliau dan sebagian murid asy Syekh untuk turut menyertai beliau. Ketika itu asy Syekh juga pemerintahkan agar rombongan membawa pula seperangkat alat untuk menggali. Memang suatu perintah yang dirasa agak aneh bagi para pengikut beliau. Pada saat ada seseorang yang menanyakan tentang hal itu, asy Syekh pun menj awab, “Ya, siapa tahu di antara kita ada yangmeninggal di tengah perjalanan nanti.”</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Pada hari yang sudah ditentukan, berangkatlah rombongan dalam jumlah besar itu meninggalkan negeri Mesir menuju kota Makkah al Mukarromah. Pada saat perjalanan sampai di gurun Idzaab, sebuah daerah di tepi pantai Laut Merah, tepatnya di desa Khumaitsaroh, yaitu antara Gana dan Quseir, asy Syekh memberi aba-aba agar rombongan menghentikan perjalanan untuk beristirahat. Setelah mereka semua berhenti, lalu didirikanlah tenda-tenda untuk tempat peristirahatan. Kemudian, setelah mereka sejenak melepas penatnya, lalu asy Syekh meminta agar mereka semua berkumpul di tenda asy Syekh.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Setelah para keluarga dan murid Beliau berkumpul, lalu asy Syekh memberikan beberapa wejangan dan wasiat-wasiat Beliau kepada mereka. Di antara wasiat yang Beliau sampaikan, asy Syekh mengatakan, “Wahai anak-anakku, perintahkan kepada putra-putramu agar mereka menghafalkan <b>HIZIB BAHRI</b>. Karena, ketahuilah bahwa di dalam hizib itu terkandung Ismullahil a’dhom, yaitu nama-nama Allah Yang Maha Agung.”</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Kemudian, setelah asy Syekh menyampaikan pesan-pesan Beliau itu, lalu asy Syekh bersama dengan murid terkemuka beliau, asy Syekh Abul Abbas al Marsi, meninggalkan mereka ke suatu tempat yang tidak jauh dari tenda-tenda itu. Tapi dalam waktu yang tidak terlalu lama, sepasang insan mulia itu sudah kembali masuk ke tenda semula, di mana pada waktu itu seluruh keluarga dan para murid Beliau masih menunggunya. Setelah asy Syekh kembali duduk bersama mereka lagi, kemudian Beliau berkata, “Wahai putera-puteraku dan sahabat-sahabatku, apabila sewaktu-waktu aku meninggalkan kalian nanti, maka hendaklah kalian memilih Abul Abbas al Marsi sebagai penggantiku. Karena, ketahuilah bahwa dengan kehendak dan ridho Allah SWT, telah aku tetapkan dia untuk menjadi khalifah yang menggantikan aku setelah aku tiada nanti. Dia adalah penghuni maqom yang tertinggi di antara kalian dan dia merupakan pintu gerbang bagi</div><div style="text-align: justify;">siapa saja yang menuju kepada Allah SWT.”</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Pada waktu antara maghrib dan ‘isya, Beliau tiba-tiba berkehendak untuk mengerjakan wudhu. Kemudian Beliau memanggil asy Syekh Abu Abdullah Muhammad Syarafuddin, rodliyAllahu ‘anh, salah satu putera beliau, “Hai Muhammad, tempat itu (asy Syekh menunjuk ke sebuah timba) agar engkau isi dengan air sumur itu.” Di luar tenda memang terdapat sebuah sumur</div><div style="text-align: justify;">yang biasa diambil airnya oleh para kafilah yang melintas di daerah itu. Air sumur itu rasanya asin karena tempatnya me¬mang tidak tidak terlalu jauh dari tepi laut atau pantai. Mengetahui air sumur itu asin, maka putra Beliau itu pun memberanikan diri untuk matur dengan mengatakan, “Wahai guru, air sumur itu asin, sedangkan yang hamba bawa ini air tawar.” Syekh Syarafuddin menawarkan kepada Beliau air tawar yang sudah disiapkan dan memang sengaja dibawa sebagai bekal di perjalanan. Kemudian asy Syekh mengatakan, “Iya, aku mengerti.</div><div style="text-align: justify;">Tapi, ambilkan air sumur itu. Apa yang aku inginkan tidak seperti yang ada dalam pikiran kalian.” Selanjutnya oleh putera Beliau itu lalu diambilkan air sumur sebagaimana yang asy Syekh kehen¬daki. Setelah selesai berwudhu, kemudian asy Syekh berkumur dengan air sumur yang asin itu lalu menumpahkan ke dalam timba kembali. Setelah itu Beliau memerintahkan agar air bekas kumuran tersebut dituangkan kembali kedalam sumur. Sejak saat itu, dengan idzin Allah Yang Maha Agung, air sumur itu seketika berubah menjadi tawar dan sumbernya pun semakin pembesar. Sumur itu hingga sekarang masih terpelihara dengan baik. Setelah itu kemudian asy Syekh mengerjakan sholat ‘isya lalu diteruskan dengan sholat-sholat sunnat. Tidak berapa lama kemudian asy Syekh lalu berbaring dan menghadapkan wajah Beliau kepada Allah SWT (tawajjuh) seraya berdzikir sehingga, kadang-kadang, mengeluarkan suara yang nyaring, sampai-sampai terdengar oleh para murid dan sahabat-sahabat beliau. Pada malam itu tiada henti-hentinya asy Syekh memanggil-manggil Tuhannya dengan mengucapkan, “Ilaahiy, ilaahiy, ” (Wahai Tuhanku, wahai Tuhanku, ………..). Dan kadang-kadang pula Beliau lanjutkan dengan</div><div style="text-align: justify;">mengucapkan, “Allahumma mataa yakuunul liqo’ ?” (“Ya Allah, kapan kiranya hamba bisa bertemu?”). Sepanjang malam itu, keluarga dan murid asy Syekh dengan penuh rasa tawadhu’, saling bergantian menunggui, merawat, dan mendampingi beliau. Ketika waktu sudah sampai di penghujung malam, yaitu menjelang terbitnya fajar, setelah asy Syekh sudah beberapa saat terdiam dan tidak mengeluarkan suara, maka mereka pun mengira bahwa asy Syekh sudah</div><div style="text-align: justify;">nyenyak tertidur pulas. Asy Syekh Syarafuddin perlahan-lahan mendekati beliau. Kemudian, dengan cara yang amat halus, putera Beliau itu lalu menggerak-gerakkan tubuh asy Syekh. Sedikit terkejut dan tertegun syekh Syarafuddin mendapatinya, karena asy Syekh al Imam al Quthub, rodhiyallahu ‘anh, ternyata sudah berpulang ke rohmatullah. Inna lillahi wa inna ilaihi roji ‘un. Ketika itu Beliau berusia 63 tahun, sama dengan usia Rasulullah SAW.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Setelah sholat subuh pada pagi hari itu, jasad asy Syekh nan suci pun segera dimandikan dan dikafani oleh keluarga dan para murid beliau. Sedangkan ketika matahari mulai tinggi, semakin banyak pula para ulama, shiddiqin, dan auliya’ulloh agung berduyun-duyun berdatangan untuk berta’ziyah dan turut mensholati jenazah beliau, termasuk di antaranya kadinya para kadi negeri Mesir, asy Syekh al Waly Badruddin bin Jamaah. Hadir pula di antara mereka para pangeran dan pejabat kerajaan. Kehadiran para insan mulia dan pembesar-pembesar negara di tempat itu, selain untuk memberikan penghormatan kepada sang Imam Agung, dan Pemimpin Para Auliya Alloh.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Berikut ini adalah Hidzib Bahri:</div><div style="text-align: justify;">Bagi Yang Mau Mengamalkan Silahkan Izajah Kepada : Aang Gunawan/0858 7114 8555</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhNMm52PwLC4tCTVk58okUYsJhHjlIlv25_2vnFIJQkqjRQTyr7a-ycSgrZBiSk4yyqVm-jvtiL0ychl173PXIBkXWFEA6y4tKzronXyqD180yW6H5iALeTZkGtsK-rGMBDL6SO9PZf_8xl/s1600/HIJIB+BAHRI01.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="443" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhNMm52PwLC4tCTVk58okUYsJhHjlIlv25_2vnFIJQkqjRQTyr7a-ycSgrZBiSk4yyqVm-jvtiL0ychl173PXIBkXWFEA6y4tKzronXyqD180yW6H5iALeTZkGtsK-rGMBDL6SO9PZf_8xl/s640/HIJIB+BAHRI01.jpg" width="640" /></a></div><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh4PnY1iw3qZNHIPZXVD6ZPTX7H7sA8Esrz9mWyvGY4AT9a28BzVMLVOwI_zAMSUsQwp6xhEsLPfxNXjhv13iofFljMOj-K-6uUqh133mY1F2IHd02iZooInKtiWZD1vLqok4McClFT5Vf-/s1600/HIJIB+BAHRI02.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="442" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh4PnY1iw3qZNHIPZXVD6ZPTX7H7sA8Esrz9mWyvGY4AT9a28BzVMLVOwI_zAMSUsQwp6xhEsLPfxNXjhv13iofFljMOj-K-6uUqh133mY1F2IHd02iZooInKtiWZD1vLqok4McClFT5Vf-/s640/HIJIB+BAHRI02.jpg" width="640" /></a></div><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgmLfv4zwMtwExd_p1UPmUhI2UaJxvraBXB5avhD0bHaouurKIt4cpLprzpoJGPv6dq0bshJL4qW8Do6QK9pH7xFf8Wjn1oSknxzOxuiPvpf0QwNmY1_m62rVZpFMldpw44R3bK2rgziC1l/s1600/HIZIB+BAHRI03.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="442" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgmLfv4zwMtwExd_p1UPmUhI2UaJxvraBXB5avhD0bHaouurKIt4cpLprzpoJGPv6dq0bshJL4qW8Do6QK9pH7xFf8Wjn1oSknxzOxuiPvpf0QwNmY1_m62rVZpFMldpw44R3bK2rgziC1l/s640/HIZIB+BAHRI03.jpg" width="640" /></a></div><div style="text-align: justify;"><br /></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div></div>Adminhttp://www.blogger.com/profile/09854312881608681963noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7559028441707881115.post-4525522093767995542013-10-28T15:33:00.000+08:002013-11-11T17:11:36.078+08:007 Godaan Iblis Saat Sedang SekaratAssalamu'alaikum wr wb.<br /><br />Iblis laknatullah memang tidak akan pernah menyerah untuk menyesatkan manusia. Bahkan pada saat detik-detik terakhir hidupnya manusia, iblis datang dengan membawa 7 golongan dengan tujuan mengajak manusia untuk masuk ke dalam neraka.<br /><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjB2dysa4LXdj6AQiKKxSvH2fu7oKFXXR5A7FzVz4Ay67C-1VTA_iQZzmRM5WTVrI3ly6JK-mS9Z6kafMOdCOOHzs4oJqYkdayAnxf4v4gRuvK9JYkFQPH5Twp4hJczCpneeE_eVMJJ8rhP/s1600/Iblis.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjB2dysa4LXdj6AQiKKxSvH2fu7oKFXXR5A7FzVz4Ay67C-1VTA_iQZzmRM5WTVrI3ly6JK-mS9Z6kafMOdCOOHzs4oJqYkdayAnxf4v4gRuvK9JYkFQPH5Twp4hJczCpneeE_eVMJJ8rhP/s400/Iblis.jpg" /></a></div><h3>Kisahnya</h3>Tak ada yang bisa selamat dari godaan iblis ini, KECUALI atas izin Allah SWT.<br />Oleh karena itulah kita senantiasa harus ingat akan ajaran yang disampaikan Rasulullah SAW untuk memohon perlindungan Allah SWT dari godaan iblis yang terkutuk.<br /><br />Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW mengajarkan doa sebagai berikut,<br />"Ya Allah, aku berlindung kepada Engkau dari tipuan setan di waktu sakaratul maut."<br /><br /><h3>7 Golongan Penggoda Manusia Saat Sekarat</h3>Ketika manusia sedang dalam keadaan sakaratul maut, ia akan menemui7 golongan iblis yang akan mengajak kesesatan.<br />Siapa saja mereka.<br /><br />Golongan<strong> pertama</strong> adalah iblis yang datang dengan berbagai rupa aneh seperti emas, perak dan lain sebagainya.<br />Golongan <strong>kedua</strong> adalah iblis yang datang dengan menyerupai binatang buas seperti harimau, srigala, dan ular yang berbisa.<br />Golongan <strong>ketiga</strong> adalah iblis yang menyerupai binatang kesayangannya.<br /><br />Sedangkan golongan yang <strong>ke empat</strong> aadalah iblis yang menyerupai orang yang paling dibenci oleh orang yang akan mati itu.<br />Pada saat iblis datang, bisa dipastikan orang yang akan mati itu akan bereaksi dan mati tanpa mengingat Allah SWT.<br /><br />Kelompok <strong>ke lima</strong> adalah iblis datang dengan menyerupai sanak saudarany seperti ayah dan ibunya sambil membawakan makanan dan minuman. Perlu diketahui bahwa orang yang dalam keadaan sakaratul maut itu sangat dan sangat mengharapkan makanan dan minuman karena saking dahaganya keadaan itu.<br />Dengan begitu oang itu akan mengambil makanan dan minuman dari iblis yang menyerupai ayah dan ibunya.<br /><br />Rombongan <strong>ke enam</strong> adalah iblis yang menampakkan diri sebagai ulama-ulama yang membawa banyak kitab sambil berkata,<br />"Wahai muridku, ternyata kamu sedang sakit di sini, karena itu aku bawakan kamu dokter dan obat-obatan."<br /><br />Tanpa pikir panjang, orang itu langsung meminum obat itu. Seketika sakitnya hilang, namun kemudian kambuh lagi.<br />Setelah itu, iblis berkata,<br />"Kali ini kami datang kepadamu untuk memberi nasehat agar kamu mati dalam keadaan baik, tahukah kamu bagaimana hakikat Allah SWT?"<br />"Aku tidak tahu,"jawab orang yang sekarat itu.<br /><br /><h3>Ternyata Hanya Tipuan Iblis</h3>"Ketahuilah,aku ini adalah seorang ulama yang sangat hebat. Kami baru saja kembali dari alam gaib dan telah mendapatkan surga tertinggi. Cobalah kamu lihat surga yang akan disediakan untukmu. Kalau kamu ingin mengetahui zat Allah SWT, maka patuhilah kami, "ucap iblis.<br /><br />"Bagaimana Zat Allah itu? "tanya orang yang sekarat itu.<br />"Tunggulah sebentar lagi, dinding dan tirai akan dibukakan kepadamu, "jawab iblis.<br /><br />Ketika tirai yang berwarna warna itu dibuka selapis demi lapis, maka orang yang dalam keadaan sekarat itu pun dapat melihat sebuah benda yang sangat besar, seolah-olah lebih besar dari langit dan bumi.<br />"Itulah dia Zat Allah SWT yang patut kita sembah, "jawab iblis.<br /><br />"Wahau guruku, bukankah ini adalah hanya benda yang benar-benar sangat besar saja dan memiliki enam sisi seperti benda lain, atas bawah, kanan kiri dan depan belakang. Padalah Zat Allah SWT tidak menyerupai makhluk, Dia Maha Sempurna, Maha Suci dari sifat kekurangan. Tapi sekarang ini pula keadaannya, lain dari dari yang aku ketahui dulu. Tapi sekarang yang patut aku sembah ialah benda yang besar ini, "ujar orang yang sedang sekarat itu.<br /><br />Dalam posisi penuh keraguan seperti itu, tiba-tiba Malaikat Maut datang dan terus mencabut nyawanya.<br />Maka matilah orang itu dalam keadaan kafir dan kekal di dalam neraka.<br /><br />Rombongan yang <strong>ke tujuh</strong> atau yang terakhit adalah rombongan iblis yang datang dengan 72 barisan yang mengajak manusia tersesat di akhir hayatnya.<br /><br />Astaghfirullah...<br /><br />Semoga kita semua dimatikan dalam keadaan Khusnul Khatimah.<br />Amiiin...<br /><br />Wa'alaikum salam wr wb.Adminhttp://www.blogger.com/profile/09854312881608681963noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7559028441707881115.post-60837984648550038192013-10-24T22:59:00.000+08:002013-11-11T19:04:00.824+08:00Rezeki Yang Tiada di Sangka-sangka Untuk Orang Yang Bertakwa<div class="_4-u3 _5cla" style="border-top-left-radius: 3px; border-top-right-radius: 3px; border-top-style: none; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 16px; padding: 16px;"><div class="_5k3v _5k3w clearfix" style="font-size: 14px; line-height: 20px; margin-top: 16px; word-wrap: break-word; zoom: 1;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjiW4R3KZ76m4DLvEpDajQH7eaJqH4TyXdWZ1C_5lLacvJ6HuQ6YFcfU8y9oUhyZPRHOeo-FG6WPXJX2OjGbG2g0WAXkwywLv8Nb8Ul0xebFmuxQ8BIHuWuUrhyphenhyphen6Oc6mzOpIZygmNfG3BHl/s1600/muslim-prayer2.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="212" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjiW4R3KZ76m4DLvEpDajQH7eaJqH4TyXdWZ1C_5lLacvJ6HuQ6YFcfU8y9oUhyZPRHOeo-FG6WPXJX2OjGbG2g0WAXkwywLv8Nb8Ul0xebFmuxQ8BIHuWuUrhyphenhyphen6Oc6mzOpIZygmNfG3BHl/s320/muslim-prayer2.jpg" width="320" /></a></div><span class="fullpost"><br /><br />Segala puji bagi Allah, Tuhan sekelian alam. Selawat serta salam buat junjungan mulia Nabi Muhammad S.A.W. keluarga serta para sahabat dan pengikut yang istiqamah menuruti baginda hingga ke hari kiamat.<br /><br />Sahabat yang dirahmati Allah,<br />Setiap manusia yang diciptakan oleh Allah SWT telah ditetapkan rezeki untuknya. sejak di dalam kandungan ibunya lagi. Allah SWT yang Maha Pemurah dan Maha Penyayang telah menjamin rezeki untuk semua makhluknya, dari sekecil-kecilnya makhluk (kuman) hinggalah sebesar-besarnya (ikan paus) dan tidak dikurangkan sedikit pun daripadanya.<br /><br />Firman Allah SWT maksudnya : "Tidak ada satu makhluk melatapun di muka bumi kecuali Allah yang menanggung rezekinya, dan Dia yang mengetahui tempat berdiamnya dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Loh mahfuz)” (Surah Hud ayat 6)<br /><br />Manusia diminta untuk bertawakkal, berusaha, berdoa dan bertawakkal nescaya ia akan mendapat dan memiliki rezeki yang telah disedaikan oleh Allah SWT. dimuka bumi ini.<br /><br />Firman Allah SWT.yang bermaksud :<br />"Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, maka Allah akan menunjukkan kepadanya jalan keluar dari kesusahan, dan diberikanNya rezeki dari jalan yang tidak disangka-sangka, dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah, nescaya Allah mencukupkan keperluannya."<br />(Surah At-Talaq ayat 2-3)<br /><br />Takwa adalah merupakan kriteria atau ukuran sesaorang yang paling hampir dengan Allah SWT. Sesiapa saja dikalangan hamba-hamba Allah yang paling tinggi takwanya maka dia adalah orang yang paling mulia disisi Allah SWT. Orang yang bertakwa adalah orang mukmin yang cukup berhati-hati didalam menjalani kehidupan didunia ini, amat takut kalau-kalau dia terjerumus didalam kehidupan yang mendatangkan kemurkaan Allah SWT. Ia bukan saja telah meninggalkan yang haram dan melaksanakan yang wajib tetapi ia telah meninggalkan perkara-perkara syubhah dan makruh. Dalam amalan ibadahnya diperbanyakkan amalan-amalan sunat dalam rangka merapatkan lagi hubungan dengan Allah SWT. Banyak membaca al-Quran, berzikir dan beristighfar malahan semua yang harus pula di niatkan kerana Allah supaya ianya menjadi ibadah.<br /><br />Allah SWT. akan membantu orang-orang yang bertakwa, segala kesusahannya, kemiskinannya dan apa-apa saja permasaalaan hidup yang dihadapinya, akan terbentang luas jalan keluar diberikan oleh Allah SWT. Bukan setakat ini saja, malahan Allah SWT. akan memberikan rezeki yang tiada disangka-sangka samaada rezeki datang dari langit, bumi, lautan, malahan yang jauh didekatkan dan yang sedikit akan diperbanyakkan dan yang banyak dipermudahkan untuk menguruskannya.<br /><br />Untuk memastika rezeki Allah SWT berterusan maka hendaklah banyak memohon keampunan disisi Allah SWT. Firman Allah SWT maksudnya : “Mohonlah ampunlah kepada Rabb kalian, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, nescaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat (melimpah ruah membawa kebaikan), dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai (yang penuh dengan kebaikan dan manfaat).” (Surah Nuh ayat 10 – 12)<br /><br />Sahabat yang dimuliakan,<br />Rasulullah SAW pernah bersabda yang bermaksud :<br />"Jika sekiranya kamu bertawakkal kepada Allah dengan sebenar-benar tawakkal, pasti Allah akan memberi rezeki kepadamu, seperti Dia memberi rezeki kepada burung-burung yang terbang di pagi hari dengan tembolok kosong dan waktu pulang kesarangnya pada waktu petang, temboloknya sudah penuh."<br /><br />Orang-orang yang bertawakkal ialah mereka yang yakin dengan jaminan rezeki daripada Allah SWT. dan mereka akan mendapat balasan yang baik di akhirat nanti.<br /><br />Sesungguhnya amalan orang-orang yang bertakwa tidak akan sia-sia malah akan mendapat ganjaran yang besar di dunia lagi dan ditambah nikmatnya di akhirat. Dan rugilah bagi sesiapa yang ingkar akan suruhan dan larangan Allah SWT , sesungguhnya Allah SWT akan melaknati orang yang mengingkari suruhan dan larangan-Nya. Maka akan memberinya pembalasan dan azab yang pedih di dunia lagi dan akan ditambah keseksaan dengan azab yang lebih pedih di akhirat kelak di dalam neraka di atas amalan-amalan mereka yang kufur.<br /><br />Firman Allah SWT maksudnya : “Jika seluruh penduduk sesebuah negeri itu beriman dan bertakwa, nescaya Kami akan melimpahkan kepada mereka keberkatan dari langit dan bumi”. (Surah al-A`raf ayat 96 )<br /><br />Oleh itu, sebagai orang mukmin, menjadi kewajipan kita menyerahkan diri kepada Allah terhadap segala keperluan hidup diatas muka bumi ini. Kerana Allah telah menjamin rezeki hamba-hamba-Nya. Rezeki yang dikurniakan Allah bukanlah untuk bermewah-mewah atau menunjuk-nunjuk, melainkan semua ini untuk bekalan dalam beribadah dan supaya hati kita menjadi tenang. Sebab, kadangkala kemiskinan itu mengganggu fikiran dalam beribadah kepada Allah.<br /><br />Tawakkal atau berserah diri dalam perkara rezeki, bukanlah bererti penyerahan diri secara lahiriah dengan hanya duduk berpangku tangan tanpa bekerja. Yang dimaksudkan disini ialah kita harus yakin dengan sepenuhnya bahawa Allah telah menjamin rezeki bagi segala makhluk yang telah diciptakan-Nya. Untuk mendapat jaminan tersebut, manusia mestilah berusha dan berikhtiar untuk mendapatkannya, melainkan orang-orang tertentu diberi kelebihan oleh Allah SWT.<br /><br />Diriwayatkan dari sahabat Abu Hurairah bahwa Rasulullah mengabarkan bahwa Allah berfirman dalam hadis Qudsi, “Wahai Hamba-hambaku, hendaknya kalian memenuhi waktu dengan ibadah, kalau kalian melakukannya Aku akan memenuhi dada kalian dengan kekayaan, dan Aku akan menutupi kefakiran kalian. Kalau kalian tidak melakukannya, Aku akan memenuhi dada kalian dengan kesibukan dan Aku tidak akan menutup kefakiran kalian.”<br /><br />Maka hendaknya seorang hamba menyibukkan dirinya dengan ibadah dan tetap berusaha mencari rezekinya. Kerana dengan memberi tumpuan beribadah akan mempermudah seseorang dalam mencari rezeki dan mendapat pertolongan Allah SWT.<br /><br />Sahabat yang dikasihi,<br />Kunci rezeki dan perbendaharaan Allah SWT hanya berada ditangan-Nya dan Dia akan membuka pintu rezeki ini seluas-luasnya kepada hamba-hamba-Nya yang banyak melakukan amal soleh, amal ibadah dan sentiasa membuat kerja-kerja kebajikan. Apabila Dia kasih dan sayang pada kita maka segala permohonan dan doa kita dimakbulkan-Nya dan di kurniakan rezeki di jalan yang tiada disangka-sangka.</div></div><div class="_5clc" style="color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 16px; padding: 0px 12px 12px;"><form action="https://www.facebook.com/ajax/ufi/modify.php" class="_6kb live_10150356384401040_316526391751760 commentable_item autoexpand_mode" data-live="{"seq":"10150356384401040_20091743"}" id="u_0_f" method="post" rel="async" style="background-color: #f6f7f8; border-top-color: rgb(222, 224, 227); border-top-style: solid; border-top-width: 1px; font-family: Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; margin: 8px -12px -12px; padding: 0px; position: relative;"><div class="_6p- _6ka" id="u_0_h" style="padding: 0px 12px;"><div class="clearfix" data-reactid=".r[4wiuf]" style="zoom: 1;"><div data-reactid=".r[4wiuf].[0]"></div><div class="_5ciy" data-reactid=".r[4wiuf].[1]" style="float: left; margin-left: -8px; z-index: 1;"><i class="_6k1 _528f" data-reactid=".r[4wiuf].[1].[2].[0]" style="background-image: url(https://fbstatic-a.akamaihd.net/rsrc.php/v2/yx/r/rU-QG3Izn71.png); background-position: -252px -102px; background-repeat: no-repeat no-repeat; background-size: auto; display: inline-block; height: 12px; margin: 0px 4px -2px 0px; width: 16px;"></i></div></div></div></form></div></span>Adminhttp://www.blogger.com/profile/09854312881608681963noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7559028441707881115.post-45925771024768121942013-10-24T22:42:00.000+08:002013-11-11T19:04:00.837+08:00Yakinlah Janji Allah Bahawa Setiap Manusia Telah Ada Rezeki Untuknya<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEihgs5wTJXwNrilghZpxSYwG-EzWu7pk6AkYU_srp8paXJhlXlvdVIRwRQYq7v4Wyacbselj2xYZRM2RskPD1lXFYkCk5XhpghFwVgp3ajsSIreet7LY1mlZwoAOk5WaLON5AGL5EqudiYM/s1600/510447.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="204" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEihgs5wTJXwNrilghZpxSYwG-EzWu7pk6AkYU_srp8paXJhlXlvdVIRwRQYq7v4Wyacbselj2xYZRM2RskPD1lXFYkCk5XhpghFwVgp3ajsSIreet7LY1mlZwoAOk5WaLON5AGL5EqudiYM/s320/510447.jpg" width="320" /></a></div><span class="fullpost"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Bismillahirrahmanirrahim. </span><br /><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span><span style="background-color: white; font-family: verdana; letter-spacing: 0.30000001192092896px; line-height: 22.390625px;">"Dan tiadalah sesuatupun dari makhluk-makhluk yang bergerak di bumi melainkan Allah jualah yang menanggung rezekinya dan mengetahui tempat kediamannya dan tempat dia disimpan. Semuanya itu tersurat di dalam Kitab (Luh Mahfuz) yang nyata (kepada malaikat-malaikat yang berkenaan)."</span><br style="background-color: white; font-family: verdana; letter-spacing: 0.30000001192092896px; line-height: 22.390625px;" /><span style="background-color: white; font-family: verdana; letter-spacing: 0.30000001192092896px; line-height: 22.390625px;">Q.S Hud : 6</span><br /><br /><span style="background-color: white; font-family: verdana; letter-spacing: 0.30000001192092896px; line-height: 22.390625px;">"Dan (ingatlah) ketika Tuhan kamu memberitahu: Demi sesungguhnya! Jika kamu bersyukur nescaya Aku akan tambahi nikmatKu kepada kamu dan demi sesungguhnya, jika kamu kufur ingkar sesungguhnya azabKu amatlah keras."</span><br style="background-color: white; font-family: verdana; letter-spacing: 0.30000001192092896px; line-height: 22.390625px;" /><span style="background-color: white; font-family: verdana; letter-spacing: 0.30000001192092896px; line-height: 22.390625px;">Q.S Ibrahim : 7</span><br /><span style="background-color: white; font-family: verdana; letter-spacing: 0.30000001192092896px; line-height: 22.390625px;"><br /></span><span style="background-color: white; font-family: verdana; letter-spacing: 0.30000001192092896px; line-height: 22.390625px;">Ada 4 tingkat rezeki dari Allah:</span><br style="background-color: white; font-family: verdana; letter-spacing: 0.30000001192092896px; line-height: 22.390625px;" /><span style="background-color: white; font-family: verdana; letter-spacing: 0.30000001192092896px; line-height: 22.390625px;">1. Rezeki yang dijamin oleh Allah swt untuk setiap makhluk, termasuk manusia yang berakal. Ertinya Allah akan memberikan makan, minum untuk makhluk hidup di dunia ini. Ini adalah rezeki dasar yang terendah, seperti kita lihat orang-orang yang tinggal di hutan-hutan, mereka dapat tetap hidup walaupun tanpa ilmu Al Quran, Injil ataupun Taurat. Begitu pula orang-orang yang tinggal di kota-kota, walaupun ia tidak ada ilmu atau malas bekerja, ada sahaja orang yang membantu mereka untuk memberi makan. Apakah Anda ingin seperti itu? Jika mahu Anda pasti akan mendapat bantuan dari orang lain atau famili. Tak usah takut kalau tidak akan makan. Semua rezeki dijamin Allah swt. Pertanyaannya, apakah hidup kita ini hanya untuk makan?</span><br style="background-color: white; font-family: verdana; letter-spacing: 0.30000001192092896px; line-height: 22.390625px;" /><br style="background-color: white; font-family: verdana; letter-spacing: 0.30000001192092896px; line-height: 22.390625px;" /><span style="background-color: white; font-family: verdana; letter-spacing: 0.30000001192092896px; line-height: 22.390625px;">2. Rezeki tingkat kedua adalah Allah akan memberikan rezeki kepada manusia dengan penuh keadilan dan kebijaksanaan. Allah akan memberikan rezeki sesuai dengan apa yang dikerjakannya. Ertinya kalau ia bekerja dua jam, dapatlah hasil yang dua jam. Kalau kerja lebih lama, lebih rajin, lebih berilmu, lebih bersungguh-sungguh, ia akan mendapat lebih banyak. Allah Maha Adil. Kalau orang ingin mendapatkan rezeki lebih banyak, ia haruslah belajar lebih banyak dan bersungguh-sungguh bekerja. Itu adalah kuncinya.</span><br style="background-color: white; font-family: verdana; letter-spacing: 0.30000001192092896px; line-height: 22.390625px;" /><br style="background-color: white; font-family: verdana; letter-spacing: 0.30000001192092896px; line-height: 22.390625px;" /><span style="background-color: white; font-family: verdana; letter-spacing: 0.30000001192092896px; line-height: 22.390625px;">3. Rezeki tingkat ketiga adalah rezeki yang "ditambah" oleh Allah swt. Inilah rezeki yang disayangi yang kepada yang diinginkan oleh Allah swt. Kalau kita pandai pandai mensyukuri pemberian Tuhan dan manusia, Allah akan tambahkan. Kita dapat merasakan kasih sayang Allah swt kepada kita, kerana rezeki dan kebahagian selalu ditambahkan. PemberianTuhan : waktu, akal, panca indera digunakan untuk mencari ilmu dan bekerja bersungguh-sungguh, maka rezeki akan jauh lebih baik dari pada orang orang yang tidak ada ilmu, seperti contoh orang-orang hutan Brazil. Bertahun-tahun rezekinya tetap sahaja mencari akar tumbuh-tumbuhan. Atau orang-orang kota yang kurang ilmunya (malas) maka rezekinya lebih sedikit. Contoh kedua: orang yang pandai mensyukuri bantuan dari teman-temannya, atau dari siapa sahaja, ia akan mudah mendapat bantuan selanjutnya, tapi kalau ia tidak pandai mensyukuri, atau tidak pandai berterimakasih akan bantuan </span><span style="background-color: white; font-family: verdana; letter-spacing: 0.30000001192092896px; line-height: 22.390625px;">yang sudah diterimanya (bukan hanya berterimakasih dimulut sahaja) maka ia tidak akan dapat bantuan lagi. Hidupnya akan susah lagi. Bukan Allah yang menghendaki, tetapi ia sendiri yang tidak pandai bersyukur.</span><br style="background-color: white; font-family: verdana; letter-spacing: 0.30000001192092896px; line-height: 22.390625px;" /><br style="background-color: white; font-family: verdana; letter-spacing: 0.30000001192092896px; line-height: 22.390625px;" /><span style="background-color: white; font-family: verdana; letter-spacing: 0.30000001192092896px; line-height: 22.390625px;">Orang-orang yang pandai, bersyukurlah kerana mendapat rezeki dan </span><span style="background-color: white; font-family: verdana; letter-spacing: 0.30000001192092896px; line-height: 22.390625px;">kebahagian yang lebih banyak. Janji Allah tidak meleset sedikit pun! </span><span style="background-color: white; font-family: verdana; letter-spacing: 0.30000001192092896px; line-height: 22.390625px;">Orang yang pandai bersyukurlah yang dapat hidup bahagia, sejahtera </span><span style="background-color: white; font-family: verdana; letter-spacing: 0.30000001192092896px; line-height: 22.390625px;">dan tenteram. Usaha-usahanya akan mendapat kejayaan, kerana Allah</span><br style="background-color: white; font-family: verdana; letter-spacing: 0.30000001192092896px; line-height: 22.390625px;" /><span style="background-color: white; font-family: verdana; letter-spacing: 0.30000001192092896px; line-height: 22.390625px;">tambahkan selalu. Kekayaannya digunakannya di jalan Allah, sangat </span><span style="background-color: white; font-family: verdana; letter-spacing: 0.30000001192092896px; line-height: 22.390625px;">dermawan, pangasih penyayang, taat menjalankan ibadah. Semoga Allah menggolongkan kita kepada golongan orang-orang pandai bersyukur.</span><br style="background-color: white; font-family: verdana; letter-spacing: 0.30000001192092896px; line-height: 22.390625px;" /><br style="background-color: white; font-family: verdana; letter-spacing: 0.30000001192092896px; line-height: 22.390625px;" /><span style="background-color: white; font-family: verdana; letter-spacing: 0.30000001192092896px; line-height: 22.390625px;">"Dan sesungguhnya Kami telah memberi kepada Luqman, hikmat kebijaksanaan, (serta Kami perintahkan kepadanya): Bersyukurlah </span><span style="background-color: white; font-family: verdana; letter-spacing: 0.30000001192092896px; line-height: 22.390625px;">kepada Allah (akan segala nikmatNya kepadamu) dan sesiapa yang bersyukur maka faedahnya itu hanyalah terpulang kepada dirinya sendiri dan sesiapa yang tidak bersyukur (maka tidaklah menjadi hal kepada Allah), kerana sesungguhnya Allah Maha Kaya, lagi Maha Terpuji."</span><br style="background-color: white; font-family: verdana; letter-spacing: 0.30000001192092896px; line-height: 22.390625px;" /><span style="background-color: white; font-family: verdana; letter-spacing: 0.30000001192092896px; line-height: 22.390625px;">Q.S Luqman : 12</span><br style="background-color: white; font-family: verdana; letter-spacing: 0.30000001192092896px; line-height: 22.390625px;" /><br style="background-color: white; font-family: verdana; letter-spacing: 0.30000001192092896px; line-height: 22.390625px;" /><span style="background-color: white; font-family: verdana; letter-spacing: 0.30000001192092896px; line-height: 22.390625px;">"Dan Kami wajibkan manusia berbuat baik kepada kedua ibu bapanya; ibunya telah mengandungnya dengan menanggung kelemahan demi kelemahan (dari awal mengandung hingga akhir menyusunya) dan tempoh menceraikan susunya ialah dalam masa dua tahun; (dengan yang demikian) bersyukurlah kepadaKu dan kepada kedua ibubapamu; dan (ingatlah), kepada Akulah jua tempat kembali (untuk menerima balasan)."</span><br style="background-color: white; font-family: verdana; letter-spacing: 0.30000001192092896px; line-height: 22.390625px;" /><span style="background-color: white; font-family: verdana; letter-spacing: 0.30000001192092896px; line-height: 22.390625px;">QS Luqman : 14</span><br style="background-color: white; font-family: verdana; letter-spacing: 0.30000001192092896px; line-height: 22.390625px;" /><br style="background-color: white; font-family: verdana; letter-spacing: 0.30000001192092896px; line-height: 22.390625px;" /><span style="background-color: white; font-family: verdana; letter-spacing: 0.30000001192092896px; line-height: 22.390625px;">"Apa jua kebaikan (nikmat kesenangan) yang engkau dapati maka ia adalah dari Allah dan apa jua bencana yang menimpamu maka ia adalah dari (kesalahan) dirimu sendiri dan Kami telah mengutus engkau (wahai Muhammad) kepada seluruh umat manusia sebagai seorang Rasul (yang membawa rahmat) dan cukuplah Allah menjadi saksi (yang membuktikan kebenaran hakikat ini)."</span><br style="background-color: white; font-family: verdana; letter-spacing: 0.30000001192092896px; line-height: 22.390625px;" /><span style="background-color: white; font-family: verdana; letter-spacing: 0.30000001192092896px; line-height: 22.390625px;">QS An-Nisaa' : 79</span><br style="background-color: white; font-family: verdana; letter-spacing: 0.30000001192092896px; line-height: 22.390625px;" /><br style="background-color: white; font-family: verdana; letter-spacing: 0.30000001192092896px; line-height: 22.390625px;" /><span style="background-color: white; font-family: verdana; letter-spacing: 0.30000001192092896px; line-height: 22.390625px;">"Orang-orang yang pandai bersyukur kepada Allah bererti ia pandai pula bersyukur kepada manusia, begitu pula sebaliknya."</span><br style="background-color: white; font-family: verdana; letter-spacing: 0.30000001192092896px; line-height: 22.390625px;" /><span style="background-color: white; font-family: verdana; letter-spacing: 0.30000001192092896px; line-height: 22.390625px;">HR Baihaqi</span><br style="background-color: white; font-family: verdana; letter-spacing: 0.30000001192092896px; line-height: 22.390625px;" /><br style="background-color: white; font-family: verdana; letter-spacing: 0.30000001192092896px; line-height: 22.390625px;" /><span style="background-color: white; font-family: verdana; letter-spacing: 0.30000001192092896px; line-height: 22.390625px;">4. Rezeki ke empat</span><br style="background-color: white; font-family: verdana; letter-spacing: 0.30000001192092896px; line-height: 22.390625px;" /><span style="background-color: white; font-family: verdana; letter-spacing: 0.30000001192092896px; line-height: 22.390625px;">Allah berfirman; "Orang-orang yang beriman dan bertaqwa kepada Allah, Allah akan berikan rezeki dari sumber yang tidak diduga duga."</span><br style="background-color: white; font-family: verdana; letter-spacing: 0.30000001192092896px; line-height: 22.390625px;" /><span style="background-color: white; font-family: verdana; letter-spacing: 0.30000001192092896px; line-height: 22.390625px;">Q.S</span><br /><span style="font-family: verdana;"><span style="letter-spacing: 0.30000001192092896px; line-height: 22.390625px;"><br /></span></span><span style="background-color: white; font-family: verdana; letter-spacing: 0.30000001192092896px; line-height: 22.390625px;">Tanda orang bertaqwa adalah; Kalau disebutkan ayat-ayat Allah kepadanya maka menggigil hatinya ketakutan. Cuba kaji diri bagaimana ketaqwaan kita kepada Allah? Sudahkan kita ketingkat orang yang bertaqwa seperti diatas?</span><br style="background-color: white; font-family: verdana; letter-spacing: 0.30000001192092896px; line-height: 22.390625px;" /><br style="background-color: white; font-family: verdana; letter-spacing: 0.30000001192092896px; line-height: 22.390625px;" /><span style="background-color: white; font-family: verdana; letter-spacing: 0.30000001192092896px; line-height: 22.390625px;">Semakin diri ini kenal dan takut akan Allah dan mencintai Allah, ertinya makin bertaqwa maka Allah akan bantu. Rezeki Allah akan tambah dari sumber yang tidak diduga. Jadi orang bertaqwa rezekinya banyak dan mudah. Kalau sedikit rezeki (miskin) pertanda ia kurang bertaqwa kepada Allah swt. Demikianlah Allah mengatakan dalam Al Quran. Janji Allah tidak pernah meleset dan selalu tepat.</span><br style="background-color: white; font-family: verdana; letter-spacing: 0.30000001192092896px; line-height: 22.390625px;" /><br style="background-color: white; font-family: verdana; letter-spacing: 0.30000001192092896px; line-height: 22.390625px;" /><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Sahabat yang dimuliakan, </span><br /><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Setiap kali kita menghadapi makanan dan minuman, kita berdoa kepada Allah agar di berikan barakah dari rezeki yang akan kita santapi. Setiap kanak-kanak muslim juga di didik sejak dari tadika lagi untuk berdoa sebelum makan. Barakah dari rezeki itulah yang kita hajatkan.</span><br /><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Setiap manusia menghabiskan sebahagian besar dari waktu dan umur untuk mencari rezeki. Berusaha mencari rezeki, apabila ikhlas niat dan dilaksanakan dengan mengikut jalan-jalan yang halal adalah ibadah kepada Allah. Dalam mencari rezeki juga , dapat menguatkan akidah seorang muslim, Allah S.W.T. adalah pemberi rezeki. </span><br /><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Salah satu nama Allah adalah al-Razzak… iaitu Pemberi Rezeki. Banyak perkara di dunia ini dipermudahkan oleh Allah S.W.T. untuk manusia, agar di gunakan dalam usaha mencari rezeki. Oleh itu jangan sampai kita lupa kepada Allah S.W.T. apabila kita telah mendapat nikmat dari-Nya. </span><br /><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Suatu hari Nabi Sulaiman a.s. bertanya kepada seekor semut tentang berapa banyak makanan yang diperlukannya untuk hidup dalam setahun. Semut menjawab, ia hanya perlukan makanan sebesar sebutir gandum. </span><br /><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Lalu Nabi Sulaiman a.s. memasukkan semut tersebut di dalam sebuah botol dengan di letakkan bersamanya gula sebesar sebutir gandum. Mulut botol itu kemudiannya ditutup (diberi lubang sikit untuk udara masuk ke dalamnya). </span><br /><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Cukup tempuh setahun, mulut botol itu pun dibuka semula oleh Nabi Sulaiman a.s. Anehnya, baginda dapati hanya separuh sahaja daripada gula sebesar sebutir gandum itu yang habis dimakan oleh semut tersebut. </span><br /><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Nabi Sulaiman bertanya, mengapa hanya separuh makanan sahaja yang dihabiskan sedangkan semut pernah berkata ia perlukan makanan sebesar sebutir gandum? </span><br /><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Sang semut menjelaskan bahawa jika diluar botol rezekinya dijamin sepenuhnya oleh Allah dan dia yakin Allah pasti akan mencukupkan rezekinya.</span><br /><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Sebab itu dia tidak perlu risau dengan hakikat itu. </span><br /><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Tetapi apabila dikurung oleh manusia (Nabi Sulaiman a.s) dia mengambil langkah berjaga-jaga dan berjimat cermat kerana tidak yakin dengan keprihatinan manusia. Mana tahu kalau-kalau manusia itu terlupa lalu mengurungnya terlebih daripada tempoh satu tahun? Apa akan jadi padanya? </span><br /><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Pengajaran yang boleh di perolehi daripada kisah ini adalah semut lebih yakin jaminan rezeki daripada Allah S.W.T.(bertawakal kepada Allah) ketika di luar botol berbanding “jaminan” manusia ketika berada di dalam botol. Untuk menghadapi kemungkinan itulah ia mengambil langkah berjimat cermat, supaya apabila berlaku sesuatu di luar jangkaan dia masih mampu bertahan. Masih ada makanan yang boleh digunakan. </span><br /><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Kenapa kita yang berada di dunia ini yang mengaku beriman kepada Allah S.W.T. tetapi masih ragu-ragu tentang jaminan rezeki dari Allah S.W.T? Oleh itu yakinilah dengan sepenuh hati bahawa setiap anak yang lahir ke dunia, Allah S.W.T. telah menjamin rezeki untuknya, samaada ibu-bapanya merancang atau tidak merancang untuk anak tersebut. </span><br /><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Sahabat yang dimuliakan, </span><br /><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Setiap manusia yang diciptakan oleh Allah S.W.T. telah ditetapkan rezeki untuknya. sejak di dalam kandungan ibunya lagi. Allah S.W.T. yang Maha Pemurah dan Maha Penyayang telah menjamin rezeki untuk semua makhluknya, dari sekecil-kecilnya makhluk (kuman) hinggalah sebesar-besarnya (ikan paus) dan tidak dikurangkan sedikit pun daripadanya. </span><br /><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Manusia diminta untuk berusaha, berdoa dan bertawakkal nescaya ia akan mendapat dan memiliki rezeki yang telah disedaikan oleh Allah S.W.T. dimuka bumi ini. </span><br /><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Firman Allah s.w.t.yang bermsksud : “Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, maka Allah akan menunjukkan kepadanya jalan keluar dari kesusahan, dan diberikanNya rezeki dari jalan yang tidak disangka-sangka, dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah, nescaya Allah mencukupkan keperluannya.” (Surah At-Talaq ayat 2-3)</span><br /><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Takwa adalah merupakan kriteria atau ukuran sesaorang yang paling hampir dengan Allah S.W.T. Sesiapa saja dikalangan hamba-hamba Allah yang paling tinggi takwanya maka dia adalah orang yang paling mulia disisi Allah S.W.T. Orang yang bertakwa adalah orang mukmin yang cukup berhati-hati didalam menjalani kehidupan didunia ini, amat takut kalau-kalau dia terjerumus didalam kehidupan yang mendatangkan kemurkaan Allah S.W.T. </span><br /><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Ia bukan saja telah meninggalkan yang haram dan melaksanakan yang wajib tetapi ia telah meninggalkan perkara-perkara syubhah dan makruh. Dalam amalan ibadahnya diperbanyakkan amalan-amalan sunat dalam rangka merapatkan lagi hubungan dengan Allah S.W.T, malahan semua yang harus pula di niatkan kerana Allah supaya ianya menjadi ibadah. </span><br /><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Allah S.W.T. akan membantu orang-orang yang bertakwa, segala kesusahannya, kemiskinannya dan apa-apa saja permasaalaan hidup yang dihadapinya, akan terbentang luas jalan keluar diberikan oleh Allah S.W.T. Bukan setakat ini saja, malahan Allah S.W.T.akan memberikan rezeki yang tiada disangka-sangka samaada rezeki datang dari langit, bumi, lautan, malahan yang jauh didekatkan, yang sedikit diperbanyakkan dan yang banyak dipermudahkan. </span><br /><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Kadangkala seseorang pernah bertanya pada diri sendiri, “Kenapa rezekiku sempit? Buat berbagai usaha tetapi masih gagal mencapai matlamatnya?Berniaga merosot, puas aku berdoa dan minta pertolongan Allah tetapi masih tidak dimakbulkan-Nya?” </span><br /><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Perlu di ingat bahawa Allah S.W.T. Maha Mengetahui apa akan berlaku kepada para hamba-Nya dilambatkan permohonannya adalah untuk kebaikan hambanya sendiri. Kerana takwanya belum mantap, maka diuji lagi supaya semakin banyak ia berusaha, berdoa dan bertawakal maka akan melahirkan hubungan yang erat hatinya dengan Allah S.W.T. dan Dia ingin memberikan pahala yang besar kepadanya diatas kesabarannya. Oleh itu kita kena berbaik sangka dengan Allah S.W.T. berdoa dan terus berdoa jangan putus asa. Cepat atau lambat dikabulkan doa kita adalah urusan Allah S.W.T. </span><br /><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Abu Hurairah r.a meriwayatkan bahawa Rasulullah S.A.W. bersabda yang bermaksud : “Allah S.W.T. berfirman, „Aku sesuai dengan prasangka hamba-Ku kepada diri-Ku‟.” (Hadis RiwayatAl-Bukhari)</span><br /><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Rasulullah S.A.W. bersabda, maksudnya : “Janganlah kamu mati melainkan dalam keadaan kamu berbaik sangka dengan Allah.” (Hadis Riwayat Muslim)</span><br /><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"> Apakah maksud berbaik sangka dengan Allah? Berbaik sangka di sini adalah rasa takut dan harap yang saling bergandingan, ataupun rasa takut mengatasi rasa harap. Sahabat yang dikasihi, Rasulullah S.A.W. pernah bersabda yang bermaksud : “Jika sekiranya kamu bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benar tawakal, pasti Allah akan memberi rezeki kepadamu, seperti Dia memberi rezeki kepada burung-burung yang terbang di pagi hari dengan tembolok kosong dan waktu pulang kesarangnya pada waktu petang, temboloknya sudah penuh.” </span><br /><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Orang-orang yang bertawakal ialah mereka yang yakin dengan jaminan rezeki daripada Allah S.W.T. dan mereka akan mendapat balasan yang baik di akhirat nanti. </span><br /><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Kunci rezeki dan perbendaharaan Allah S.W.T. hanya berada ditangan-Nya dan Dia akan membuka pintu rezeki ini seluas-luasnya kepada hamba-hamba-Nya yang banyak beristighfar, bersedekah, sentiasa berwuduk, menghubungkan silaturahim, solat duha, solat tahajjud , berzikir dan membaca al-Quran. Amalan-amalan soleh ini jika diamalkan akan membina jambatan hati kita dengan Allah S.W.T. dan apabila Dia kasih dan sayang pada kita maka segala permohonan dan doa kita dimakbulkan-Nya dan di kurniakan rezeki di jalan yang tiada disangka-sangka. </span><br /><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Kesimpulannya, dalam usaha mencari rezeki di atas dunia ini, jangan sampai menjauhkan kita daripada beribadah dan mangingati Allah. Oleh itu, kita perlu bertawakal kepada Allah dengan hakikat tawakal yang sebenarnya. Kita mesti berusaha dan berikhtiar tetapi meletakkan pergantungan sepenuhnya kepada Allah. Kalau dapat apa yang kita inginkan, bersyukurlah. Kalau sebaliknya, bersabarlah dan berbaik sangka dengan Allah. Yang penting, kita mesti tahu meletakkan kepentingan antara dunia dan akhirat. </span><br /><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Jangan gadaikan akhirat dengan habuan dunia yang sementara ini. Berusaha dan berikhtiarlah, kerana ia sunnatullah. Tetapi ingat, ia tidak akan dapat mengatasi takdir Allah.</span><br /><span class="fullpost"></span></span>Adminhttp://www.blogger.com/profile/09854312881608681963noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7559028441707881115.post-71662017388436840212013-10-24T21:54:00.000+08:002013-11-11T19:04:00.853+08:00Pertunangan DI Dalam Islam<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgfeS-KzQN5Is_NNCDfnbd1ZS4RUL608EfWKpCmguCvBDyshDfaYq1LdL4-5GjnkKmmjbJbKARol01orqMZw0Cone_6C2gAUerfGcrCHwe-e32_yA-tdWeUsUEQXByUkc29SpWC7EHdNE_I/s1600/wedding-ring.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgfeS-KzQN5Is_NNCDfnbd1ZS4RUL608EfWKpCmguCvBDyshDfaYq1LdL4-5GjnkKmmjbJbKARol01orqMZw0Cone_6C2gAUerfGcrCHwe-e32_yA-tdWeUsUEQXByUkc29SpWC7EHdNE_I/s320/wedding-ring.jpg" width="320" /></a></div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="background-color: white;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="background-color: white;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="background-color: white;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Islam adalah agama yang syumul. Sebuah agama yang lengkap. Islam tidak mungkin menyekat fitrah manusia yang sememangnya ingin menyayangi dan ingin disayangi. Untuk apa Allah menciptakan manusia berfitrah seperti sedia ada jika manusia akan diperintahkan untuk membunuh fitrahnya itu?<br /><br />Ajaran Islam telah diturunkan oleh Allah untuk memasang bingkai agar kemahuan manusia itu dapat disalurkan dengan cara yang terbaik. Selain itu, Islam menutup rapat jalan kemaksiatan dan membuka seluas-luasnya jalan menuju ketaatan serta memberi dorongan kuat ke arah perlaksanaanya.</span></span></div><span class="fullpost"></span><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;"><span class="fullpost"><span style="background-color: white;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Rasulullah s.a.w. pernah mengecam salah seorang sahabat yang bertekad untuk tidak bernikah. Ini merupakan salah satu bukti bahawa Islam mengakui fitrah manusia yang ingin mengasihi dan dikasihi atau mencintai dan dicintai.<br /><br />Percintaan dalam Islam hanyalah selepas termetrainya sebuah ikatan pernikahan antara dua insan, iaitu setelah bergelar suami isteri. Islam telah menggariskan panduan dalam menuju ke arah gerbang perkahwinan ini.</span></span></span></div><span class="fullpost"><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="background-color: white;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></span></div><div style="background-color: white; border: 0px; color: #111111; line-height: 20px; margin-bottom: 1.5385em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Hukum bertunang disebut oleh para ulamak sebagai Sunat, meskipun ada juga ulamak yang menghukumnya sebagai Harus. Bermakna, amalan tersebut digalakkan di dalam Islam demi mencapai <em style="background-color: transparent; border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Maqasid</em> ( tujuan ) yang tertentu. Apabila kita melihat kepada hukum, maka kita juga perlu meneliti kepada maqasid ataupun Hikmah di sebalik hukum tersebut. Dari situ, barulah kita akan jelas dengan apa yang perlu kita lakukan.</span></div><div style="background-color: white; border: 0px; color: #111111; line-height: 20px; margin-bottom: 1.5385em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Bertunang , ada tujuan dan hikmahnya yang tersendiri. Antara tujuannya adalah supaya kedua-dua pasangan boleh mengambil <strong style="background-color: transparent; border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">sedikit masa</strong> untuk bersedia ( mental dan fizikal ) serta mengambil peluang untuk mengenali antara satu sama lain, sebelum melangkah ke alam perkahwinan. Antara lain, tujuan bertunang itu juga adalah supaya keluarga kedua-dua belah pihak dapat membina hubungan sebelum bergelar besan. Kita selalu dengar orang tua-tua menyebut ; apabila kita berkahwin, kita bukan berkahwin dengan lelaki atau wanita itu sahaja, tetapi kita juga ‘berkahwin’ dengan keluarganya sekali.</span></div><div style="background-color: white; border: 0px; color: #111111; line-height: 20px; margin-bottom: 1.5385em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Bermakna, proses ta’aruf itu sangat penting. Sebab itu, dalam misi mahu bertunang ini, apabila seorang lelaki sudah bertekad mahu mengambil wanita itu menjadi isterinya, maka dia diharuskan untuk melihat wajah dan tangan wanita tersebut. Tujuannya adalah supaya si lelaki beroleh momentum tersendiri untuk menuju perkahwinan.</span></div><div style="background-color: white; border: 0px; color: #111111; line-height: 20px; margin-bottom: 1.5385em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div><div style="background-color: white; border: 0px; color: #111111; line-height: 20px; margin-bottom: 1.5385em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div><div style="background-color: white; border: 0px; color: #111111; line-height: 20px; margin-bottom: 1.5385em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><strong style="background-color: transparent; border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">BAGAIMANA PERTUNANGAN BERLAKU?</span></strong></div><div style="background-color: white; border: 0px; color: #111111; line-height: 20px; margin-bottom: 1.5385em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Pertama sekali, kita perlu membezakan antara amalan dalam masyarakat yang dipanggil sebagai <em style="background-color: transparent; border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">‘uruf</em> ( adat ) dan juga konsep sebenar amalan tersebut mengikut syarak. Dalam bab pertunangan, ia tidak berhajat kepada majlis besar-besaran atau hebahan seumpama mahu bernikah. Ia juga tidak memerlukan kepada hantaran, dulang-dulang dan sebagainya.</span></div><div style="background-color: white; border: 0px; color: #111111; line-height: 20px; margin-bottom: 1.5385em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Pertunangan itu secara mudahnya adalah lamaran seorang lelaki ke atas seorang wanita untuk dijadikan isterinya. Sebagai contoh :</span></div><blockquote style="background-color: white; background-image: url(http://www.myilham.com/blog/wp-content/themes/primepress/images/pp-quote.gif); background-repeat: no-repeat no-repeat; border: 0px; color: #555555; line-height: 20px; margin: 0px 0px 1.5385em; outline: 0px; padding: 0px 0px 0px 40px; quotes: none; vertical-align: baseline;"><div style="background-color: transparent; border: 0px; margin-bottom: 1.5385em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Ali : Saya sudah membuat keputusan dan berfikir masak-masak, saya mahu melamar awak untuk dijadikan isteri saya serta ibu kepada anak-anak saya nanti.</span></div><div style="background-color: transparent; border: 0px; margin-bottom: 1.5385em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Fatimah : Saya terima dengan hati yang terbuka dan semoga Allah permudahkan urusan kita.</span></div></blockquote><div style="background-color: white; border: 0px; color: #111111; line-height: 20px; margin-bottom: 1.5385em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Itu contoh bagaimana pertunangan berlaku. Tetapi perlu diperhatikan juga beberapa perkara : Antaranya , wanita tersebut perlulah seorang yang sudah matang dan berkelayakan untuk membuat keputusan. Kalau masih dirasuk jiwa remaja dan angin cinta entah dari mana, maka jawapan dari si wanita atau si gadis dianggap tidak layak. Maka sebaiknya, melamarlah terus kepada bapa atau ahli keluarga si wanita tersebut, jika benar-benar ikhlas dan serius.</span></div><div style="background-color: white; border: 0px; color: #111111; line-height: 20px; margin-bottom: 1.5385em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Apabila lamaran diterima, maka mereka berdua dianggap sah menjadi tunangan masing-masing, samada diketahui orang ataupun tidak, dan si lelaki atau wanita tidak boleh dipinang lagi oleh orang lain selagi mana ikatan pertunangan itu masih berlangsung. Ini kerana ia merupakan ‘perjanjian’ , maka ia perlu dijaga sebagai satu amanah dan tidak boleh dikhianati. Kerana itu Nabi s.a.w mengharamkan pinangan atas pinangan</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="background-color: white;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></span></div><div style="line-height: 22.390625px; text-align: center;"><span style="background-color: white;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span style="line-height: 16px;"><span style="font-weight: bold;">Ustaz Hassan Din telah memberikan pendapatnya mengenai hal ini dalam Al-Kulliyah di TV3 pada 28 Julai 2006. Tajuk perbincangan Al-Kulliyah ketika itu agak menarik ; iaitu "Jodoh".</span></span></span></span></div><div style="line-height: 22.390625px; text-align: center;"><span style="background-color: white;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span style="line-height: 16px;"><span style="font-weight: bold;"><br /></span></span></span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="background-color: white; line-height: 16px;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><b><br /></b></span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="background-color: white; line-height: 16px;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><b><br /></b><br /><b>Masyarakat Sudah Lari</b></span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="background-color: white; line-height: 16px;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><b><br /></b><br />Apabila diminta memberikan pendapat beliau, beliau telah mengatakan bahawa cara masyarakat sekarang mengendalikan perihal jodoh telah lari daripada syariat yang sepatutnya.<br /><br />"Sebenarnya dalam Islam, apabila seseorang lelaki itu telah berkenan dengan seorang wanita dan ingin menjadikan teman hidupnya, sepatutnya lelaki itu berjumpa dengan wali si perempuan tadi untuk menyatakan niatnya untuk masuk meminang.<br /><br />Tetapi masyarakat sekarang silap. Mereka terus berjumpa dengan empunya diri dan terus menyatakan hasrat hatinya. Kemudian mereka bercinta, berjanji, bersumpah setia dan segala-galanya. Sedangkan ibubapa mereka langsung tidak tahu akan hubungan mereka itu. Setelah sekian lama bercinta, apabila ingin melangsungkan perkahwinan, mak dan ayah tidak bersetuju dengan mengeluarkan pelbagai alasan," terang beliau.</span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="background-color: white; line-height: 16px;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="background-color: white; line-height: 16px;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="background-color: white; line-height: 16px;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="background-color: white; line-height: 16px;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;"><b style="line-height: 16px;"><span style="background-color: white;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Konsep Meminang</span></span></b></div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;"><b style="line-height: 16px;"><span style="background-color: white;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></span></b></div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="background-color: white;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span style="line-height: 16px;">Beliau juga menerangkan konsep peminangan ini. Kata beliau, "Ibu bapa mungkin sudah ada pilihan mereka sendiri. Oleh itu, dengan menyatakan niat kepada ibubapa, mereka akan berjumpa sendiri dengan wali perempuan tadi untuk mengenali keluarga dan calon menantu mereka dengan lebih jelas.</span><br style="line-height: 16px;" /><br style="line-height: 16px;" /><span style="line-height: 16px;">Setelah kedua-dua pihak bersetuju, barulah dijalankan upacara peminangan, iaitu kedua-dua insan tadi telah menjadi tunang. Apabila sudah menjadi tunangan orang, adalah haram perempaun itu dipinang oleh lelaki lain, seperti yang telah dijelaskan oleh Rasulullah s.a.w. dalam hadis baginda.</span></span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="background-color: white; line-height: 16px;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="background-color: white;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span style="line-height: 16px;">Dalam masa pertunangan inilah kedua-dua pihak lelaki dan perempuan tadi akan saling mengenali antara satu-sama lain, bagi memastikan adakah ini merupakan pasangan hidupnya yang sebenar. Jika kedua-duanya sudah bersetuju, barulah pernikahan dilangsungkan," jelas beliau lagi.</span><br style="line-height: 16px;" /><br style="line-height: 16px;" /><span style="line-height: 16px;">Namun begitu, Ustaz Hassan Din menegaskan bahawa bertunang bukan merupakan lesen yang membenarkan kedua-dua pasangan bermesra-mesra seperti suami isteri. Bertunang hanyalah untuk saling mengenali antara satu sama lain dan bukannya untuk bercinta.</span><br style="line-height: 16px;" /><br style="line-height: 16px;" /><span style="line-height: 16px;">Pasangan yang telah bertunang tetap tidak boleh keluar berdua-duaan tanpa ditemani oleh ahli keluarga. Selagi belum bernikah, mereka tetap dua insan yang bukan mahram dan masih perlu manjaga batasan-batasan Islam seperti yang telah dibincangkan sebelum ini.</span><br style="line-height: 16px;" /><br style="line-height: 16px;" /><span style="line-height: 16px;">Dan jika dalam tempoh pertunangan itu didapati kedua-dua pasangan ini tidak secocok atau tidak serasi, maka pertunangan bolehlah diputuskan secara baik melalui persetujuan kedua-dua belah pihak.</span></span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="background-color: white;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span style="line-height: 16px;"><br /></span></span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="background-color: white;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span style="line-height: 16px;"><br /></span></span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="background-color: white;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span style="line-height: 16px;"><br /></span></span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="background-color: white; line-height: 16px;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;"><b style="line-height: 16px;"><span style="background-color: white;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Perigi Cari Timba</span></span></b></div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;"><b style="line-height: 16px;"><span style="background-color: white;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></span></b></div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="background-color: white;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span style="line-height: 16px;">Ada pula yang berkata, "Cara ini untuk lelaki bolehlah. Untuk perempuan, tak sesuai. Nanti orang kata, 'macam perigi mencari timba', 'wanita tidak bermaruah' dan macam-macam lagi." Sabar dahulu saudari.</span><br style="line-height: 16px;" /><br style="line-height: 16px;" /><span style="line-height: 16px;">Sebenarnya ini merupakan pemikiran songsang yang telah diterapkan dalam masyarakat Melayu kita. Sebetulnya kita berbalik kepada Islam itu sendiri. Bagaimanakah Islam mengajar wanita yang berkeinginan bernikah untuk menyuarakan keinginanya? Mari kita kaji sirah.</span><br style="line-height: 16px;" /><br style="line-height: 16px;" /><span style="line-height: 16px;">Bukankah perkahwinan teragung antara junjungan kita, Nabi Muhammad s.a.w. dan Siti Khadijah r.a. dimulakan dengan Siti Khadijah menzahirkan keinginannya? Ketika mengetahui sifat-sifat mulia yang dimiliki oleh Nabi Muhammad s.a.w., beliau merasakan yang dia tidak akan menjumpai sesiapa yang lebih layak untuk dijadikan suaminya melainkan Baginda. Oleh itu Siti Khadijah menyuarakan keinginannya kepada pakciknya, Abbas, agar merisik Muhammad s.a.w. Sesudah pihak Baginda bersetuju, barulah keluarga Nabi menghantar rombongan meminang. Begitulah yang diajarkan dalam sirah.</span><br style="line-height: 16px;" /><br style="line-height: 16px;" /><span style="line-height: 16px;">Jadi, tiada salahnya wanita yang memulakan dahulu. Bukankan itu lebih mulia, menyuarakan keinginan dan kebersediaan untuk mengikuti sunnah baginda Rasulullah s.a.w.?</span><br style="line-height: 16px;" /><br style="line-height: 16px;" /><span style="line-height: 16px;">Cuma biarlah caranya sesuai dengan cara masyarakat kita. Jika seorang wanita itu telah mempunyai calon suami yang baik dan soleh, suarakan-lah kepada ibu bapa supaya mereka dapat menghubungi pihak keluarga lelaki tersebut. Biar orang tua yang menguruskan, kita cuma mencadangkan. Kalau kedua-dua pihak setuju, alhamdulillah. Maka pihak lelaki boleh masuk meminang.</span></span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="background-color: white;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br style="line-height: 16px;" /><br style="line-height: 16px;" /><span style="font-weight: bold; line-height: 16px;"><br />Indahnya Cara Islam</span><span style="line-height: 16px;"><br /></span><br style="line-height: 16px;" /><span style="line-height: 16px;">Lihat, betapa indahnya Islam mengaturkan perjalanan hidup penganutnya. Cukup teratur dan sitematik. Cara ini dapat mengelakkan daripada berlakunya maksiat dan perkara-perkara lain yang tidak diingini. Dalam masa yang sama, ia menuju kepada pembentukan keluarga bahagia yang diidamkan oleh semua manusia kerana itulah fitrah insani. Insya-Allah jika segalanya dilakukan dengan niat ikhlas kerana Allah dan bukan atas dasar nafsu dan keduniaan semata-mata, Allah akan mempermudah urusan itu.</span></span></span></div></span>Adminhttp://www.blogger.com/profile/09854312881608681963noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7559028441707881115.post-87073307066539555992013-10-24T00:40:00.000+08:002013-11-11T17:25:35.974+08:00Rahasia dan Keutamaan Bulan Muharam<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif; font-size: large;">Kumpulan Cerita Islam (KCI) : <b>Rahasia dan Keutamaan <span style="color: red;">Bulan Muharam</span></b></span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiV78etLA68uNpsIRQKYWziIlQtsX-Cxx0rSZKZTL3-bwZnMl-GYYfLlbaPuWxGlZ-ZI__u7gLu7dUcfhskGUfiDIoIjR8Njros-sZ80xeXQIgby205YeBMzdZMVDQdYJi5i3HPUPfp6Uah/s1600/larangan+perang+bulan+muharam.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="358" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiV78etLA68uNpsIRQKYWziIlQtsX-Cxx0rSZKZTL3-bwZnMl-GYYfLlbaPuWxGlZ-ZI__u7gLu7dUcfhskGUfiDIoIjR8Njros-sZ80xeXQIgby205YeBMzdZMVDQdYJi5i3HPUPfp6Uah/s640/larangan+perang+bulan+muharam.jpg" width="640" /></a></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><div style="text-align: justify;">Bulan Muharam adalah permulaan bulan pada tahun hijriayah dan sebagai kebanggaan Islam , Kata Muharram artinya <b><i><span style="color: lime;">‘dilarang’ </span></i></b>karena Alloh melarang adanya peperangan. bulan muharam banyak sekali kejadian kejadian yang berhubungan dengan sejarah dan keagungan bulan ini dan diantaranya tersebut di bawah ini:</div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Bulan muharam adalah salah satu dari bulan-bulan yang dimulyakan Alloh SWT. Sebagaimana termaktub dalam Al-Quran :</span></div><div style="text-align: center;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif; font-size: x-large;"><br /></span></div><div style="text-align: center;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif; font-size: x-large;"><span style="color: blue;">إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْراً فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِينَ كَافَّةً كَمَا يُقَاتِلُونَكُمْ كَافَّةً وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ مَعَ الْمُتَّقِينَ : التوبة : </span>36</span></div><div style="text-align: center;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya, dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa.</span></div><div style="text-align: center;"><span style="color: blue; font-family: Trebuchet MS, sans-serif; font-size: x-large;"><br /></span></div><div style="text-align: center;"><span style="color: blue; font-family: Trebuchet MS, sans-serif; font-size: x-large;">وقد قال النبي –صلى الله عليه وسلم-: ( السنة اثنا عشر شهراً منها أربعة حرم ، ثلاث متواليات : ذو القعدة ، وذو الحجة ، والمحرم ، ورجب مضر الذي بين جمادى وشعبان ) رواه البخاري (4662)، ومسلم (1679) من حديث أبي بكرة – رضي الله عنه-.</span></div><div style="text-align: center;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Bersabda Rosul saw : “Dalam satu tahun terdapat 12 bulan, ada 4 bulan yang dimuliakan, tiga bulan di antaranya berurutan yaitu; Dzul Qo’dah, Dhu’l-Hijjah, serta Muharram. Dan Rajab yang ada di antara Jumada dan Sya’ban (Bukhari: 4662 dan Muslim 1679).</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Bulan yang satu ini dinamakan Muharam (diharamkan) karena Alloh melarang adanya peperangan (Abi Syuja’, Al-Iqna’ (1): 150). Ulama lain berpendapat (dalam penamaan Muharam) bahwa di bulan ini Iblis La’natulloh diharamkan memasuki surga (I’anah Ath-Tholibin).</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Penting untuk diketahui bahwa para ulama dalam menentukan kemuliaan dan disyari’atkannya berpuasa di bulan Muharam ini berdasar pada Quran, Hadits, dan Ijma’. Imam Ibnu al-‘Arobi dalam menafsirkan surat al-Fajr: 2, lafadz (وَلَيَالٍ عَشْر), menerangkan bahwa yang dimaksud redaksi ayat tersebut adalah hari ke sepuluh di bulan Muharam (dalam tafsir ath-Thobari). Dikatakan pula oleh ulama lain, bahwa yang dimaksud ayat tersebut adalah 10 hari terakhir bulan Ramadhan, bahkan ada pula yang berpendapat 10 hari yang disempurnakan Alloh untuk Nabi Musa AS dalam miqatnya kala ia bermunajat.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Sebagaimana telah dimaklumi bersama bahwa di bulan yang mulia ini, dianjurkan bagi kaum muslim berpuasa. Hukum syari’at ini hadir karena hadits Nabi SAW yang diriwayatkan Imam Abi Hurairah RA :</span></div><div style="text-align: center;"><span style="color: blue; font-family: Trebuchet MS, sans-serif; font-size: x-large;"><br /></span></div><div style="text-align: center;"><span style="color: blue; font-family: Trebuchet MS, sans-serif; font-size: x-large;">أفضل الصيام بعد رمضان شهر الله المحرم ; رواه مسلم ; 1163</span></div><div style="text-align: center;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">“Ibadah puasa yang paling utama setelah Ramadhan adalah puasa di bulan Muharam (Imam Muslim: 1163).</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Pun, terdapat hari yang mulia di dalam bulan ini. Asyura, tanggal ke-10 bulan Muharam. Abdullah bin al-‘Abbas meriwayatkan hadits; “Kala itu hari ‘Asyura (10 Muharam), Baginda Rasul SAW tengah berpuasa, dan beliau memerintahkan kami juga berpuasa. Kami bertanya: “Ya Rasul, bukankah hari ini adalah hari yang diagung-agungkan kaum Yahudi dan Nasrani?”. Lantas beliau SAW menjawab: “Jika saja tahun yang baru akan datang. Insya Allah, aku akan berpuasa dari hari yang ke 9”. Tahun baru belum kunjung datang kembali, Allah berkehendak terlebih dahulu memanggil Baginda Rasul” (Fathul Bari (4): 770).</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Anjuran puasa di hari asyura diperkuat (menjadi sunnah muakkad) kembali oleh hadits Nabi SAW yang lain. Sabda Imam Bukhari: “Aku belum pernah melihat Rasul SAW melaksanakan puasa sehari yang ia unggulkan dari hari-hari lain, kecuali hari Asyura dan bulan ini (Ramadhan)” (Imam Bukhari (2006), Imam Muslim (1132).</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Adapun puasa ‘arofah (9 dzulhijjah) mengkifarati (dosa) untuk dua tahun (satu tahun ke belakang dan satu tahun ke depan), sementara puasa ‘asyuro mengkifarati untuk satu tahun kebelakang saja, itu karena puasa ‘arofah adalah hari Nabi kita Muhammad SAW., sementara puasa ‘asyuro adalah hari para Nabi AS. selain Nabi Muhammad SAW. Dimana Nabi kita Muhammad SAW. adalah afdlolul anbiya, (dengan keunggulan itu) maka harinya (‘arofah) sebanding untuk dua tahun. (dan juga kenapa puasa ‘arofah punya nilai lebih daripada puasa ‘asyuro yang notabene puasa ‘asyuro memiliki beberapa kelebihan menyangkut kisah para Nabi) karena kelebihan (pada diri para Nabi) tidak menuntut (berimplikasi) kepada kefadlihan (yang bisa mengalahkan kefadlihan Nabi Muhammad SAW) (I’anah ath-Tholibin (2): 268).</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Dihikayatkan, bahwa tatkala perahu Nabi Nuh AS. sudah berlabuh (siap digunakan) pada hari Asyuro, beliau berkata kepada kaumnya: “kumpulkanlah semua perbekalan yang ada pada diri kalian!”. Lalu beliau menghampiri (mereka) dan berkata: “(ambillah) kacang fuul(semacam kedelai) ini sekepal, dan ‘adas (biji-bijian) ini sekepal, dan ini dengan beras, dan ini dengan gandum dan ini dengan jelai (sejenis tumbuhan yg bijinya/buahnya keras dibuat tasbih)”. Kemudian Nabi Nuh berkata: “Pasaklah semua itu oleh kalian!, niscaya kalian akan senang dalam keadaan selamat”. Dari peristiwa ini maka kaum muslimin (terbiasa) memasak biji-bijian. Dan kejadian di atas merupakan praktik memasak yang pertama kali terjadi di atas muka bumi setelah kejadian topan. Dan juga peristiwa itu dijadikan (inspirasi) sebagai kebiasan setiap hari Asyuro.</span></div><div style="text-align: center;"><span style="color: blue; font-family: Trebuchet MS, sans-serif; font-size: x-large;"><br /></span></div><div style="text-align: center;"><span style="color: blue; font-family: Trebuchet MS, sans-serif; font-size: x-large;">وللحافظ ابْن حجر شعر من الرجزفِي الْحُبُوب الَّتِي طبخها نوح عَلَيْهِ الصَّلَاة وَالسَّلَام فِي يَوْم عَاشُورَاء سبع تهترس * بر شعير ثمَّ ماش وعدس وحمص ولوبيا والفول * هَذَا هُوَ الصيح وَالْمَنْقُول</span></div><div style="text-align: center;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Diambil dari sebagian Afadlil , bahwa amal-amal pada hari ‘asyuro ada dua belas macam amal :</span></div><div style="text-align: justify;"><ul><li><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">Sholat, dan yang paling utama adalah sholat tasbih</span></li><li><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">Puasa</span></li><li><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">Sodaqoh</span></li><li><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">Memberi keleluasaan kepada keluarga (seperti dengan memberi nafkah lebih dari hari-hari biasanya)</span></li><li><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">Mandi</span></li><li><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">Mengunjungi orang ‘alim yang shaleh</span></li><li><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">Menengok orang sakit</span></li><li><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">Mengusap kepala anak yatim</span></li><li><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">Bercelak</span></li><li><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">Memotong kuku</span></li><li><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">Membaca QS. Al ikhlash 1000 kali</span></li><li><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">Silaturahim</span></li></ul></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Imamul muhadditsin Ibnu Hajar Al-‘Asqolany dalam syarah Al bukhory mengatakan : “(ada) beberapa kalimat (dzikir) yang barang siapa membacanya pada hari ‘Asyuro, maka hatinya tidak akan mati”. Kalimat tersebut :</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div><div style="text-align: center;"><span style="color: blue; font-family: Trebuchet MS, sans-serif; font-size: x-large;">سُبْحَانَ الله ملْء الْمِيزَان ومنتهى الْعلم ومبلغ الرِّضَا وزنة الْعَرْش</span></div><div style="text-align: center;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">1. SUBHAANALLOH MIL-AL MIIZAANI WA MUNTAHAL ‘ILMI WA MABLAGHOR RIDLOO WA ZINATAL ‘ARSYI.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Maha suci Alloh dengan sepenuh timbangan dan (sampai) dengan puncak ilmu dan (sampai) dengan batas akhir ridlo dan dengan beratnya ‘arasy.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div><div style="text-align: center;"><span style="color: blue; font-family: Trebuchet MS, sans-serif; font-size: x-large;">وَالْحَمْد لله ملْء الْمِيزَان ومنتهى الْعلم ومبلغ الرِّضَا وزنة الْعَرْش</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">2. WALHAMDULILLAH MIL-AL MIIZAANI WA MUNTAHAL ‘ILMI WA MABLAGHOR RIDLOO WA ZINATAL ‘ARSYI.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Dan Segala puji bagi Alloh dengan sepenuh timbangan dan (sampai) dengan puncak ilmu dan (sampai) dengan batas akhir ridlo dan dengan beratnya ‘arasy.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div><div style="text-align: center;"><span style="color: blue; font-family: Trebuchet MS, sans-serif; font-size: x-large;">وَالله أكبر ملْء الْمِيزَان ومنتهى الْعلم ومبلغ الرِّضَا وزنة الْعَرْش</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">3. WALLOHU AKBAR MIL-AL MIIZAANI WA MUNTAHAL ‘ILMI WA MABLAGHOR RIDLOO WA ZINATAL ‘ARSYI.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Dan Maha besar Alloh dengan sepenuh timbangan dan (sampai) dengan puncak ilmu dan (sampai) dengan batas akhir ridlo dan dengan beratnya ‘arasy.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div><div style="text-align: center;"><span style="color: blue; font-family: Trebuchet MS, sans-serif; font-size: x-large;">لَا ملْجأ وَلَا منجا من الله إِلَّا إِلَيْهِ</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">4. LAA MALJA-A WALAA MANJAA MINALLOH ILLAA ILAIHI.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Tidak ada perlindungan dan tidak ada keselamatan dari Alloh kecuali kepadanya.</span></div><div style="text-align: center;"><span style="color: blue; font-family: Trebuchet MS, sans-serif; font-size: x-large;">سُبْحَانَ الله عدد الشفع وَالْوتر وَعدد كَلِمَات الله التامات كلهَا</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">5. SUBHAANALLOH ‘ADADASY SYAF’I WAL WATRI WA ‘ADADA KALIMAATILLAHIT TAAMMAATI KULLIHAA</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Maha suci Alloh dengan (sebanyak) bilangan genap dan ganjil dan dengan (sebanyak) bilangan kalimat-kalimat Alloh yang semuanya sempurna.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div><div style="text-align: center;"><span style="color: blue; font-family: Trebuchet MS, sans-serif; font-size: x-large;">وَالْحَمْد لله عدد الشفع وَالْوتر وَعدد كَلِمَات الله التامات كلهَا</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">6. WALHAMDULILLAH ‘ADADASY SYAF’I WAL WATRI WA ‘ADADA KALIMAATILLAHIT TAAMMAATI KULLIHAA</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Dan Segala puji bagi Alloh dengan (sebanyak) bilangan genap dan ganjil dan dengan (sebanyak) bilangan kalimat-kalimat Alloh yang semuanya sempurna.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div><div style="text-align: center;"><span style="color: blue; font-family: Trebuchet MS, sans-serif; font-size: x-large;">وَالله أكبر عدد الشفع وَالْوتر وَعدد كَلِمَات الله التامات كلهَا</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">7. WALLOHU AKBAR ‘ADADASY SYAF’I WAL WATRI WA ‘ADADA KALIMAATILLAHIT TAAMMAATI KULLIHAA</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Dan Maha besar Alloh dengan (sebanyak) bilangan genap dan ganjil dan dengan (sebanyak) bilangan kalimat-kalimat Alloh yang semuanya sempurna.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div><div style="text-align: center;"><span style="color: blue; font-family: Trebuchet MS, sans-serif; font-size: x-large;">أَسأَلك السَّلامَة بِرَحْمَتك يَا أرْحم الرَّاحِمِينَ وَلَا حول وَلَا قُوَّة إِلَّا بِاللَّه الْعلي الْعَظِيم</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">8. AS-ALUKAS SALAAMATA BIROHMATIKA YAA ARHAMAR ROOHIMIIN WALAA HAULA WALAA QUWWATA ILLAA BILLAHIL ‘ALIYYIL ‘AZHIIM</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Aku memohon keselamatan kepadamu dengan rohmatmu, wahai dzat yang pengasih diantara para pengasih!, dan tidak ada daya dan kekuatan kecuali oleh Alloh yang maha tinggi dan agung.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div><div style="text-align: center;"><span style="color: blue; font-family: Trebuchet MS, sans-serif; font-size: x-large;">وَصلى الله على سيدنَا مُحَمَّد وعَلى آله وَصَحبه أَجْمَعِينَ وَالْحَمْد لله رب الْعَالمين</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">9. WASHOLLALLOHU ‘ALAA SAYYIDINAA MUHAMMADIN WA ‘ALAA AALIHI WA SHOHBIHII AJMA’IIN WALHAMDULILLAHI ROBBIL ‘AALAMIIN</span></div><div style="text-align: center;"><span style="color: blue; font-family: Trebuchet MS, sans-serif; font-size: x-large;"><br /></span></div><div style="text-align: center;"><span style="color: blue; font-family: Trebuchet MS, sans-serif; font-size: x-large;">وَنقل سَيِّدي عَليّ الأَجْهُورِيّ أَن من قَالَ يَوْم عَاشُورَاء سبعين مرّة حسبي الله وَنعم الْوَكِيل نعم الْمولى وَنعم النصير كَفاهُ الله تَعَالَى شَرّ ذَلِك الْعَام</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Sayyid ‘Aly Al-Ajhuri menuqil, bahwa orang yang membaca “HASBIYALLOHU WANI’MAL WAKIIL NI’MAL MAULAA WANI’MAN NASHIIR” sebanyak 70 kali pada hari ‘asyuro, maka Alloh akan mencegah darinya kejelekan yang ada pada tahun itu. (Nihayah az-Zain: 195-197 pasal saum tathowu’ dan Ihya Ulumuddin, jilid 2).</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Para ulama mengatakan bahwa hari asyuro memiliki beberapa kelebihan dibanding dengan hari-hari yang lain, yaitu :</span></div><div style="text-align: justify;"><ol><li><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Diciptakannya Nabi Adam AS di dalam surga</span></li><li><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Diterimanya taubat Nabi Adam AS di dalam surga</span></li><li><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Naik dan sejajarnya perahu Nabi Nuh AS dengan bukit Juudy</span></li><li><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Terbelahnya laut untuk Nabi Musa AS</span></li><li><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Tenggelamnya Fir’aun di dasar laut</span></li><li><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Dikeluarkannya Nabi Yunus AS dari peruta ikan</span></li><li><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Dikeluarkannya Nabi Yusuf AS dari sumur</span></li><li><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Diterimanya taubat umat Nabi Yunus AS</span></li><li><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Dilahirkannya Nabi Ibrohim AS</span></li><li><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Selamatnya Nabi Ibrohim AS dari api</span></li><li><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Dilahirkannya Nabi Isa AS</span></li><li><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Diangkatnya Nabi Isa AS ke langit</span></li><li><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Dikembalikannya penglihatan Nabi Ya’qub AS</span></li><li><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Dibuka (dihilangkan) nya madlorot yang mendera Nabi Ayyub AS</span></li><li><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Diampuninya Nabi Dawud AS</span></li></ol></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">Dan yang ke tiga adalah puasa hari -Tasu’a-, yaitu hari ke Sembilan dari bulan Muharam. Sebagaimana telah disinggung pada awal keterangan.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">Wallohu 'alam Semoga kita di Rahmati Allah Ta'ala.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Sumber : berbagai sumber</span></div></div>Adminhttp://www.blogger.com/profile/09854312881608681963noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7559028441707881115.post-8710691794339729202013-10-20T18:38:00.000+08:002013-11-12T21:57:09.904+08:00Dampak kekikiran yang dahsyatSumber : Yusuf Mansyur Network<br /><br />Kita lahir di dunia tidak bawa apa-apa. Lalu oleh Allah kita diberi hidup dan dikaruniai rezeki, sehingga kita punya mobil, rumah, motor, anak dan istri. Kemudian Allah memberitahu kepada kita bahwa Dia mempunyai surga. Surga milik Allah, harta dan rezeki pemberian dari Allah. Kita diminta membeli surga Allah dengan harta pemberian Allah. Tetapi kita seringnya merasa, “Itu harta saya!” <br /><br />Allah SWT berfirman: <br /><br />هَاأَنْتُمْ هَؤُلاَءِ تُدْعَوْنَ لِتُنْفِقُوْا فِي سَبِيْلِ اللَّهِ فَمِنْكُمْ مَنْ يَبْخَلُ وَمَنْ يَبْخَلْ فَإِنَّمَا يَبْخَلُ عَنْ نَفْسِهِ وَاللّهُ الْغَنِيُّ وَأَنْتُمْ الْفُقَرَاءُ وَإِنْ تَتَوَلَّوْا يَسْتَبْدِلْ قَوْمًا غَيْرَكُمْ ثُمَّ لاَ يَكُوْنُوْا أَمْثَالَكُمْ <br /><br />“Demikianlah kalian, diseru untuk berinfak di jalan Allah. Maka di antara kalian ada yang bakhil. Barang siapa bakhil, sesungguhnya ia telah bakhil kepada dirinya sendiri. Allah Maha Kaya dan kalian itu fakir. Barang siapa berpaling (dari kewajiban infak di jalan Allah), maka Allah akan mengganti dengan kaum yang lain, kemudian kaum yang menggantikan itu tidak seperti kalian.” (QS. Muhammad : 38 )<br /><br />Mulainya dari kikir. Kemudian, pasangan kikir itu adalah mengumpulkan harta dan menghitung-hitungnya. Kemudian maju sedikit, menjadi suka mencaci dan mencela. Maka Allah menyatukan dalam satu surat: <br /><br />وَيْلٌ لِكُلِّ هُمَزَةٍ لُمَزَةٍ (1) اَلَّذِي جَمَعَ مَالاً وَعَدَّدَهُ (2) يَحْسَبُ أَنَّ مَالَهُ أَخْلَدَهُ (3) كَلَّا لَيُنْبَذَنَّ فِي الْحُطَمَةِ (4) وَمَا أَدْرَاكَ مَا الْحُطَمَةُ (5) نَارُ اللهِ الْمُوْقَدَةِ (6) اَلَّتِي تَطَّلِعُ عَلَى الْأَفْئِدَةِ (7) إِنَّهَا عَلَيْهِمْ مُؤْصَدَةٌ (8) فِي عَمَدٍ مُمَدَّدَةٍ (9) <br /><br />“Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela. Yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitungnya. Ia mengira bahwa hartanya itu dapat mengekalkannya. Sekali-kali tidak! Sesungguhnya dia benar-benar akan dilemparkan ke dalam Huthamah. Dan tahukah kamu apa Huthamah itu? 6. (yaitu) api (yang disediakan) Allah yang dinyalakan. Yang (membakar) sampai ke hati. Sesungguhnya api itu ditutup rapat atas mereka., (Sedang mereka itu) diikat pada tiang-tiang yang panjang.” (Al-Humazah : 1-9).<br /><br />Humazah : mencaci ketika orangnya tidak ada, atau mencaci tidak dengan lisan. Misal dengan poster, karikatur dan sebagainya. Lumazah : mencaci ketika orangnya ada. Mencaci dengan lisan.<br /><br />Selanjutnya, kikir akan menyebabkan penyakit kronis tingkat lanjutan. ALlah berfirman dalam surat Al-Qalam :<br /><br />وَلاَ تُطِعْ كُلَّ حَلاَّفٍ مَهِيْنٍ (10) هَمَّازٍ مَشَّاءٍ بِنَمِيْمٍ (11) مَنَّاعٍ لِلْخَيْرِ مُعْتَدٍ أَثِيْمٍ (12) عُتُلٍّ بَعْدَ ذلِكَ زَنِيْمٍ (13) أَنْ كَانَ ذَا مَالٍ وَبَنِيْنَ (14) <br /><br />"Dan janganlah kamu ikuti setiap orang yang banyak bersumpah lagi hina. Yang banyak mencela, yang kian ke mari menghambur fitnah. Yang sangat enggan berbuat baik. Yang melampaui batas lagi banyak dosa. Yang kaku kasar, selain dari itu, yang terkenal kejahatannya. Karena dia mempunyai (banyak) harta dan anak.” (Al-Qalam : 10-14)Adminhttp://www.blogger.com/profile/09854312881608681963noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7559028441707881115.post-90640721551379464172013-10-18T00:38:00.000+08:002013-11-11T19:04:00.868+08:00Pesan Rasulullah:Jangan Kahwini 6 Jenis Wanita Ini<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhn0OgweP3ppi21j96aLQqMDeZeHLvFMiaD85f0QfyYI2LZgd5qXWzJmfxVe9u-USk3ZU-rnt_iiORkDHm3t21MsleSwKDKqWZpqGRYmxv6Y7kGv1J5OG7zomCO2srOrFT4pFZrU1tMjE6f/s1600/Love-love-34472462-1440-900+(1).jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhn0OgweP3ppi21j96aLQqMDeZeHLvFMiaD85f0QfyYI2LZgd5qXWzJmfxVe9u-USk3ZU-rnt_iiORkDHm3t21MsleSwKDKqWZpqGRYmxv6Y7kGv1J5OG7zomCO2srOrFT4pFZrU1tMjE6f/s320/Love-love-34472462-1440-900+(1).jpg" width="320" /></a></div><span class="fullpost"></span><div style="font-family: Georgia, Utopia, 'Palatino Linotype', Palatino, serif; font-size: 16px; text-align: justify;"><span class="fullpost"><span style="font-size: x-small;"><span style="font-family: inherit;"><span style="color: red;"><b><i><br /></i></b></span></span></span></span></div><span class="fullpost"><div style="font-family: Georgia, Utopia, 'Palatino Linotype', Palatino, serif; font-size: 16px; text-align: justify;"><span style="font-size: x-small;"><span style="font-family: inherit;"><span style="color: red;"><b><i><br /></i></b></span></span></span></div><div style="font-family: Georgia, Utopia, 'Palatino Linotype', Palatino, serif; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><span style="color: red;"><b><i>{Pesan Rasulullah}</i></b> <i><b>Jangan Kahwini 6 Jenis Wanita Ini | Pesanan Rasulullah saw untuk kaum Lelaki : “Jangan engkau kahwini wanita yang enam, jangan yang ananah, yang mananah, dan yang hananah dan jangan engkau kahwini yang hadaqah, yang basaqah dan yang syadaqah”.</b></i></span></span></div><div style="font-family: Georgia, Utopia, 'Palatino Linotype', Palatino, serif; text-align: justify;"><br /></div><div style="font-family: Georgia, Utopia, 'Palatino Linotype', Palatino, serif; text-align: justify;">1.<i><b>Wanita Ananah</b></i> : </div><div style="font-family: Georgia, Utopia, 'Palatino Linotype', Palatino, serif; text-align: justify;">wanita yang banyak mengomen itu dan ini. Apa yang diberi atau dilakukan suami untuk rumahnya tangga semua tidak kena dan tidak berpuas hati.</div><div style="font-family: Georgia, Utopia, 'Palatino Linotype', Palatino, serif; text-align: justify;"><br /></div><div style="font-family: Georgia, Utopia, 'Palatino Linotype', Palatino, serif; text-align: justify;">2.<i><b>Wanita Mananah</b></i> : </div><div style="font-family: Georgia, Utopia, 'Palatino Linotype', Palatino, serif; text-align: justify;">wanita sebegini yang menidakkan usaha dan jasa suami sebaliknya mendabik dada dialah yang banyak berkorban untuk membangun rumah tangga. Dia suka mengungkit-ungkit apa yang dilakukan untuk kebaikan rumah tangga. Biasanya wanita ini bekerja atau berkedudukan tinggi dan bergaji besar.</div><div style="font-family: Georgia, Utopia, 'Palatino Linotype', Palatino, serif; text-align: justify;"><br /></div><div style="font-family: Georgia, Utopia, 'Palatino Linotype', Palatino, serif; text-align: justify;">3.<i><b>Wanita Hananah</b></i> : </div><div style="font-family: Georgia, Utopia, 'Palatino Linotype', Palatino, serif; text-align: justify;">Menyatakan kasih sayangnya kepada suaminya yang lain, yang dikahwininya sebelum ini atau kepada anaknya dari suami yang lain dan wanita ini berangan-angan mendapatkan suami yang lebih baik dari suami yang sedia ada. Dalam kata lain wanita sebegini tidak bersyukur dengan jodohnya itu. Wanita sebegini yang mengkufuri nikmat perkahwinan. Dia juga merendahkan kebolehan dan kemampuan suaminya.</div><div style="font-family: Georgia, Utopia, 'Palatino Linotype', Palatino, serif; text-align: justify;"><br /></div><div style="font-family: Georgia, Utopia, 'Palatino Linotype', Palatino, serif; text-align: justify;">4.<i><b>Wanita Hadaqah</b></i> : </div><div style="font-family: Georgia, Utopia, 'Palatino Linotype', Palatino, serif; text-align: justify;">melemparkan pandangan dan matanya pada tiap sesuatu, lalu menyatakan keinginannya utk memiliki barang itu dan memaksa suaminya untuk membelinya selain itu wanita ini suka ikut nafsunya. Wanita sebigini memeningkan kepala lelaki. Dia tenguk apa saja dia mahu. Dia suka membandingkan dirinya dengan diri orang lain. Suka menunjuk-nujuk. Wanita inilah yang menjadikan suami dulu handsome sekarang sudah botak.</div><div style="font-family: Georgia, Utopia, 'Palatino Linotype', Palatino, serif; text-align: justify;"><br /></div><div style="font-family: Georgia, Utopia, 'Palatino Linotype', Palatino, serif; text-align: justify;">5. <i><b>Wanita Basaqah</b></i> : ada 2 makna,</div><div style="font-family: Georgia, Utopia, 'Palatino Linotype', Palatino, serif; text-align: justify;">Pertama, wanita sebegini yang suka bersolek dan menghiaskan diri. Dia menghias diri bukan untuk suaminya tetapi untuk ditunjuk-tujukkan kepada dunia. Suka melawa. Wangnya dihabiskan untuk membeli make-up, kasut dan barang kemas. Wanita begini juga suka dipuji-puji. Kalau dia kebetulan menjadi isteri orang ternama dan menjadi pula ketua dalam kumpulan itu, orang lain tidak boleh mengatasi dirinya.</div><div style="font-family: Georgia, Utopia, 'Palatino Linotype', Palatino, serif; text-align: justify;"><br /></div><div style="font-family: Georgia, Utopia, 'Palatino Linotype', Palatino, serif; text-align: justify;">Kedua, dia marah ketika makan dan tidak mahu makan kecuali sendirian dan diasingkannya bahagiannya.</div><div style="font-family: Georgia, Utopia, 'Palatino Linotype', Palatino, serif; text-align: justify;"><br /></div><div style="font-family: Georgia, Utopia, 'Palatino Linotype', Palatino, serif; text-align: justify;">6.<i><b>Wanita Syadaqah</b></i> :</div><div style="font-family: Georgia, Utopia, 'Palatino Linotype', Palatino, serif; text-align: justify;">banyak cakap, tidak menentu lagi bising. Kebecokan itu juga menyebabkan segala kerja yang dibuatnya tidak menjadi, hanya tukang sibuk dan komen saja.</div><span style="font-family: Georgia, Utopia, 'Palatino Linotype', Palatino, serif;"><br /></span></span>Adminhttp://www.blogger.com/profile/09854312881608681963noreply@blogger.com0