Latest News

Sebagai Ummat Muslim, Marilah Kita Lebih Meningkatkan Ibadah Kepada Allah SWT, Mematuhi Perintah-Nya dan Menjauhi Larangan-Nya. WebLog ini Kupersembahkan Kepada Ayahanda dan Ibunda Tercinta H. Hamma Ali Mona dan Hj. Hamidah. Semoga Segala Amalan Beliau Diterima dan Mendapatkan Tempat yang di Ridhai serta Kasih-Sayang dari Allah SWT. Amin... Jika berkenan, marilah kita membacakan Surah Al-Fatihah untuk Beliau... Termakasih
Subscribe

Subscribe

Subscribe

Subscribe

Subscribe

Subscribe


Popular Post


    Sebagai Ummat Muslim, Marilah Kita Lebih Meningkatkan Ibadah Kepada Allah SWT, Mematuhi Perintah-Nya dan Menjauhi Larangan-Nya. WebLog ini Kupersembahkan Kepada Ayahanda dan Ibunda Tercinta H. Hamma Ali Mona dan Hj. Hamidah. Semoga Segala Amalan Beliau Diterima dan Mendapatkan Tempat yang di Ridhai serta Kasih-Sayang dari Allah SWT. Amin... Jika berkenan, marilah kita membacakan Surah Al-Fatihah untuk Beliau... Termakasih

    Rukun Iman; "Beriman Kepada Kitab Allah"

    Kitab Allāh (Arab: كتاب الله, Kitabullāh) adalah catatan-catatan yang difirmankan oleh Allah kepada para nabi dan rasul. Umat Islam diwajibkan meyakininya, karena mempercayai kitab-kitab selain Al Qur'an sesuai dengan salah satu Rukun Iman. Jumlah kitab yang telah diturunkan sebanyak 104 kitab suci.[1]
    Tulisan-tulisan firman Allah (Kitab Allah) zaman dahulu dibuat menjadi 2 jenis, yaitu bisa berupa shuhuf dan mushaf. Kata Suhuf pula terdapat di surah al A'laa

    (yaitu) Kitab-kitab Ibrahim dan Musa.
    —(al A'laa 87:19)

    Kedua kalimat itu berasal dari akar kalimat yang sama yaitu, "sahafa" (menulis). Shuhuf (Arab:صحيفة tunggal: sahifa) berarti sepenggal kalimat yang ditulis dalam material seperti kertas, kulit, papirus dan media lain. Sedangkan mushaf (Arab:مصحف jamak: masahif) berarti kumpulan-kumpulan shuhuf, yang dibundel menjadi satu, seperti 2 sampul dalam satu isi.[2]

    Dalam sejarah penulisan dari teks Qur'an, suhuf terdiri dari beberapa lembaran yang pada akhirnya Qur'an dikumpulkan pada masa Abu Bakar. Dalam suhuf tersebut susunan tiap ayat di dalam surah telah tepat, tetapi lembaran-lembaran yang ada belumlah tersusun dengan rapi, tidak dibundel menjadi satu isi.

    Kalimat mushaf pada saat ini memiliki arti lembaran-lembaran yang dikumpulkan di dalam Qur'an yang telah dikoleksikan pada masa Utsman bin Affan. Pada saat itu, tiap ayat di dalam surah telah disusun dengan rapi. Saat ini umat Islam juga menyebut setiap duplikat Qur'an, yang mana memiliki keteraturan tiap ayat dan surah disebut mushaf.


    Shuhuf

    Beberapa nabi yang dikatakan memiliki shuhuf adalah:

    Untuk shuhuf Ibrahim dan Musa tercantum di dalam firman Tuhan, surah Al A'la dan An Najm, yang berbunyi;

    Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan beriman), dan dia ingat nama Tuhannya, lalu dia sembahyang. Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi. Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal. Sesungguhnya ini benar-benar terdapat dalam kitab-kitab yang dahulu, (yaitu) Kitab-kitab Ibrahim dan Musa.
    —(Al A’la : 14-19)

    Ataukah belum diberitakan kepadanya apa yang ada dalam lembaran-lembaran Musa? dan lembaran-lembaran Ibrahim yang selalu menyempurnakan janji?
    —(An Najm : 36-37)

     

    Mushaf

    Beberapa suhuf yang telah dicatat dari firman Allah kemudian dijadikan satu yang memiliki nama bermacam-macam, yang telah diberikan kepada para rasul-Nya. Di antaranya adalah:


    Taurat (Torah)

    Taurat adalah tulisan berbahasa Ibrani, berisikan syariat (hukum) dan kepercayaan yang benar dan diturunkan melalui Musa. Isi pokok Taurat adalah 10 firman Allah bagi bangsa Israel. Selain itu, Taurat berisikan tentang sejarah nabi-nabi terdahulu hingga Musa dan kumpulan hukum.

    (Tuhan Allah) telah menurunkan kitab kepadamu dengan sebenarnya; membenarkan kitab yang terdahulu dari padanya, lagi menurunkan Taurat dan Injil.
    —(Ali Imran: 3)

     

    Zabur (Mazmur)

    Zabur berisi mazmur (nyanyian pujian bagi Allah) yang dibawakan melalui Daud yang berbahasa Qibti. Kitab ini tidak mengandung syariat, karena Daud diperintahkan untuk meneruskan syariat yang telah dibawa oleh Musa.

    Dan kami telah memberi kitab zabur kepada Nabi Dawud.
    —(An-Nisa; 163)

     

    Injil

    Injil pertama kali ditulis menggunakan bahasa Suryani melalui murid-murid Isa untuk bangsa Israel sebagai penggenap ajaran Musa. Kata Injil sendiri berasal dari bahasa Yunani yaitu euangelion yang berarti "kabar gembira". Injil-injil tidak mempunyai pembahasan sistematis mengenai satu tema atau tema-tema tertentu,[3] meskipun di dalamnya banyak membahas hal kerajaan Surga. Injil yang ada saat ini mengandung firman Allah dan riwayat Isa, yang semuanya ditulis oleh generasi setelah Isa.

    Dan Kami iringkan jejak mereka (nabi nabi Bani Israil) dengan 'Isa putera Maryam, membenarkan Kitab yang sebelumnya, yaitu: Taurat. Dan Kami telah memberikan kepadanya Kitab Injil sedang di dalamnya (ada) petunjuk dan dan cahaya (yang menerangi), dan membenarkan kitab yang sebelumnya, yaitu Kitab Taurat. Dan menjadi petunjuk serta pengajaran untuk orang-orang yang bertakwa.
    —(Al-Maa`idah 5:46)

     

    Al-Qur`an

    Al-Qur`an merupakan kumpulan firman yang diberikan Allah sebagai satu kesatuan kitab sebagai pedoman hidup bagi seluruh umat muslim. Menurut syariat Islam, kitab ini dinyatakan sebagai kitab yang tidak ada keraguan di dalamnya, selalu terjaga dari kesalahan, dan merupakan tuntunan membentuk ketaqwaan manusia.
     
    Pada bulan Ramadan yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia.
    —(Al-Baqarah: 185)

    Tampilan Al-Qur`an dianggap unik, karena berupa prosa berirama, puisi epik, dan simfoni dalam keterpaduan teks yang indah. Isi Al-Qur`an juga dianggap unik, berupa paduan filsafat semesta, catatan sejarah, peringatan-peringatan dan hiburan, dasar-dasar hukum, serta doa-doa.

    Bagi umat Islam, tidak disyariatkan untuk mempelajari isi Taurat, Zabur, dan Injil yang ada saat ini, karena menurut ajaran Islam, dianggap telah mengandung berbagai tafsiran yang tidak benar[4] dan karena isi kesemua kitab yang masih diperlukan, telah dimasukkan ke dalam kitab Al-Qur`an. Namun tidak diperlukan juga upaya untuk menyerang atau menyalah-nyalahkan isi Taurat, Zabur, atau Injil, karena terdapat ayat-ayat Allah di dalamnya.

     

    Penjelasan di dalam al-Qur`an

    Dalam firman Allah ayat Al Imraan 3 ayat 4:
    Sebelum (Al Quran), menjadi petunjuk bagi manusia, dan Dia menurunkan Al Furqaan.[5] Sesungguhnya orang-orang yang kafir terhadap ayat-ayat Allah akan memperoleh siksa yang berat; dan Allah Maha Perkasa lagi mempunyai balasan (siksa).
    —(Al Imran 3:4)


    Kemudian An Nissa 4 ayat 136 dan 163:

    Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya.
    —(An Nissa 4:136)

    Sesungguhnya Kami telah memberikan wahyu kepadamu sebagaimana Kami telah memberikan wahyu kepada Nuh dan nabi-nabi yang kemudiannya, dan Kami telah memberikan wahyu (pula) kepada Ibrahim, Isma'il, Ishak, Ya'qub dan anak cucunya, Isa, Ayyub, Yunus, Harun dan Sulaiman. Dan Kami berikan Zabur kepada Daud.
    —(An Nissa 4:163)

    Semua kitab turun pada bulan Ramadan

    Menurut sumber berdasarkan hadits shahih dari Imam Ahmad, kesemua kitab-kitab suci tersebut turun pada bulan Ramadan, shuhuf Ibrahim turun pada awal malam pertama bulan Ramadan, Taurat turun pada hari keenam bulan Ramadan dan Injil pada hari ketiga belas dari Ramadan.[6] Al-Qur’an diturunkan pada bulan Ramadan berdasarkan pada salah satu surah di dalam Al Qur'an yang berbunyi,

    Bulan Ramadan yang diturunkan di dalamnya Al-Qur’an, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan atas petunjuk itu, serta pemisah antara haq dan batil.
    —(Al Baqarah 2:185)

    Ibnu Katsir mengatakan bahwa Allah menyanjung bulan Ramadan diatas bulan-bulan yang lain, yaitu dengan memilihnya sebagai bulan dimana kesemua kitab-kitab suci diturunkan di dalamnya.

     

    Janji Allah terhadap orang beriman

    Menurut keyakinan ajaran Islam, Allah akan melimpahkan rahmat-Nya dari langit dengan menurunkan hujan dan menimbulkan rahmat-Nya dari bumi dengan menumbuhkan tumbuh-tumbuhan yang buahnya melimpah ruah, kepada orang yang jujur, lurus dan tidak menyimpang dari kebenaran. Sebagai contoh dalam ayat:

    Dan sekiranya mereka sungguh-sungguh menjalankan (hukum) Taurat dan Injil dan (Al Quran) yang diturunkan kepada mereka dari Tuhannya, niscaya mereka akan mendapat makanan dari atas dan dari bawah kaki mereka. Di antara mereka ada golongan yang pertengahan. Dan alangkah buruknya apa yang dikerjakan oleh kebanyakan mereka.
    —(Al Maidah 66:5)

    Hubungan Al-Qur'an dengan kitab terdahulu

    Semua muslim meyakini bahwa adanya wahyu progresif, bahwa wahyu Tuhan berkembang dengan seiring berjalannya waktu dan perbedaan kelompok dari masyarakat. Didalam Al Quran membenarkan tentang adanya larangan bekerja di hari Sabbath dalam Taurat, tetapi Al Quran membolehkan bekerja dan mengesampingkan hal tersebut.
    Pada awal tahun kenabian Muhammad, sebuah wahyu diberitakan kepadanya,

    Katakanlah: Hai Ahli Kitab, kamu tidak dipandang beragama sedikitpun hingga kamu menegakkan ajaran-ajaran Taurat, Injil, dan Al Quran yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu...
    —(Al Maidah 5:68)

    Kalimat ini diyakini oleh pemeluk agama Islam bahwa konversi agama lama menjadi agama Islam akan dimulai dengan segala ketulusan hati mengikuti firman dari kita-kitab suci sebelum Al Quran.

    Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, bahwa Iman kepada kitab-kitab allah berarti mempercayai dan menyakini dengan sepenuh hati bahwa allah swt menurunkan kitab kepada rasulnya sebagai pedoman hidup yang di turunkan melalui malaikat jibril kepada para rasulnya  untuk pedoman hidup manusia. Iman kepada kitab-kitab allah merupakan salah satu dasar atau pondasi bagi orang islam karena ia termasuk dalam rukun iman yang ketiga.

    Pengertian Cara Mengimani Kitab-Kitab Allah

    Pengertian cara iman kepada kitab-kitab allah berarti kita harus mempercayai dan mengamalkan segala sesuatu yang terkandung di dalam kitab tersebut. Kitab allah adalah kumpulan firman allah yang di tuliskan. Kitab allah di turunkan kepada para rasul dengan perantaraan malaikat jibril untuk di sampaikan kepada umat manusia. Pada awalnya kumpulan firman allah swt belum tertulis, kemudian para sahabat menulisnya pada lempengan batu, kulit dan tulang.

    Dalam alquran di sebutkan bahwa terdapat empat buah kitab allah, yaitu zabur, yang di turunkan kepada nabi daud as, taurat kepada nabi musa as, injil kepada nabi isa as, dan alquran kepada nabi muhammad saw. Oleh karena itu kita harus beriman kepada kitab-kitab allah tersebut.

    Percaya kepada wahyu yang di turunkan allah, berarti tidak hanya percaya kepada al-quran, tetapi juga percaya kepada segala wahyu yang di turunkan allah dalam semua masa, serta yang diturunkan kepada tiap-tiap umat.

    Sebagai seorang muslim, kita harus percaya dan yakin dengan kitab-kitab yang telah di turunkan allah swt. Karena jika kita tidak percaya kepada kitab allah atau hanya percaya kepada satu kitab allah saja maka keimanan kita batal. Iman kepada kitab kitab allah swt, meliputi tiga pokok perkara, yaitu sebagai berikut.
    1. Menyakini bahwa allah swt. Memiliki beberapa kitab suci yang di wahyukan kepada rasulnya untuk di jadikan pedoman hidup manusia.
    2. Menyakini kebenaran yang ada di dalamnya secara mutlak tanpa kergu-raguan sedikitpun.
    3. Mengamalkan ajaran-ajaran yang ada di dalamnya dalam kehidupan sehari-hari, baik sebagai individu, anggota keluarga, maupun anggauta masyarakat.
    Dan alquran adalah kitab yang terahir yang di turunkan allah swt dan kepada kitab-kitab yang terdahulu kita hanya menyakininya maka ada perbedaan cara kita beriman antara alquran dan kitab-kitab terdahulu.

    Pengertian Iman Kepada Kitab Allah Dan Perbedaanya

    Pengertian perbedaan beriman kepada kitab-kitab suci allah sebelum alquran dengan kitab suci alquran ialah sebagai berikut.
    1. Beriman kepada kitab suci sebelum alquran cukup menyakini adanya kitab suci tersebut dan tidak wajib mengamalkan petunjuk-petunjuk yang ada di dalamnya.
    2. Beriman kepada kitab suci alquran dengan menyakini keberadaanya, menyakini kebenaran petunjuknya , dan mengamalkan petunjuk-petunjuk tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Allah berfirman sebagai berikut :
    Artinya : dan mereka yang beriman kepada ( alquran ) yang di turunkan kepadamu ( Muhammad ) dan ( kitab-kitab )yang telah di turunkan sebelum engkau , dan mereka yakin akan adanya akhirat. ( QS. Al-Baqarah : 4 )

    Kedudukan Kitab – Kitab Allah SWT antara lain :

    1. Sebagai pedoman manusia dalam hubungan dengan Allah SWT. Manusia sebagai pengemban risalah, wajib beriman kepada kitab – kitab Allah SWT dan memahaminya, karena kitab suci Al – Qur’an adalah kitab suci yang memuat ajaran – ajaran yang tercantum dSalam Zabur, Taurat dan Injil yang asli sekaligus yang menyempurnakan isi kitab – kitab yang terdahulu tersebut.

    2. Sebagai pedoman hidup manusia dalam hubungan dengan diri sendiri. Dengan memahami keberadaan dirinya sebagai mahluk Allah SWT, maka manusia sadar tentang fungsi dan tugasnya dalam kehidupannya di dunia ini.

    3. Sebagai pedoman hidup manusia dalam hubungan dengan sesama manusia. Tidak dapat dipungkiri lagi, bahwa setiap manusia didunia ini membutuhkan orang lain sebagai mitra dalam hidupnya, karena tidak seorang pun dapat hidup tanpa bantuan orang lain (QS. Az-Zukhruf (43):32).

    4. Sebagai pedoman hidup manusia dalam hubungan dengan alam dan lingkungannya. Dalam memanfaatkan alam ini, manusia tidak dapat terlepas dari peraturan – peraturan Allah SWT yang berlaku di alam semesta ( Sunnatullah ), tetapi pemanfaatan tersebut mesti disesuaikan dengannya, agar dapat menjadi rahmat bagi kehidupan manusia sesuai dengan ke-universalan ajaran kitab Allah SWT. Sebagaimana yang dijelaskan dalam (QS. Al-Anbiya (21):107)

    Di antara bentuk rahmat dan kasih sayang Allah subhanahu wa ta’ala kepada para hamba-Nya adalah Dia mengutus para rasul untuk membimbing manusia kepada jalan yang lurus dan menurunkan kitab-kitab-Nya yang di dalamnya berisi cahaya dan hidayah. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

    كَانَ النَّاسُ أُمَّةً وَاحِدَةً فَبَعَثَ اللَّهُ النَّبِيِّينَ مُبَشِّرِينَ وَمُنْذِرِينَ وَأَنْزَلَ مَعَهُمُ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ لِيَحْكُمَ بَيْنَ النَّاسِ فِيمَا اخْتَلَفُوا فِيهِ

    “Manusia itu adalah umat yang satu, (setelah timbul perselisihan) maka Allah mengutus para nabi, sebagai pemberi berita gembira dan pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka kitab yang benar, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan.” (Al-Baqarah: 213)

    Di antara ciri orang beriman sekaligus syarat kesempurnaan imannya adalah beriman kepada kitab-kitab Allah subhanahu wa ta’ala. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman (yang artinya):

    “Katakanlah (wahai orang-orang mukmin): “Kami beriman kepada Allah dan kitab yang diturunkan kepada kami, dan kitab yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma’il, Ishaq, Ya’qub dan anak cucunya, dan kitab yang diberikan kepada Musa dan Isa serta kitab yang diberikan kepada nabi-nabi dari Rabb mereka. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun di antara mereka dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya.” (Al-Baqarah: 136)

    Ayat di atas menunjukkan kewajiban beriman kepada para nabi dan rasul, dan beriman kepada kitab-kitab yang diturunkan kepada mereka.

    Beriman kepada kitab-kitab Allah subhanahu wa ta’ala merupakan salah satu rukun iman. Yakni meyakini dengan keyakinan yang kuat bahwa Allah subhanahu wa ta’ala memiliki kitab-kitab yang Dia turunkan kepada para rasul yang dikehendaki-Nya, Dia turunkan dengan kebenaran yang nyata dan petunjuk yang terang. Kitab-kitab tersebut adalah Kalamullah (Firman/ Perkataan Allah) bukan makhluk. Maka wajib beriman secara global kepada semua kitab-kitab Allah subhanahu wa ta’ala, dan wajib beriman secara rinci kepada kitab-kitab yang disebutkan namanya secara rinci.

    Beriman kepada Kitab-kitab Allah subhanahu wa ta’ala mencakup beberapa hal berikut:

    1. Mengimani bahwa kitab-kitab tersebut benar-benar turun dari sisi Allah subhanahu wa ta’ala.
    2. Beriman terhadap kitab yang kita ketahui nama-namanya. kita mengimaninya sesuai dengan namanya, seperti beriman bahwa Allah subhanahu wa ta’ala telah menurunkan kitab Al-Qur`an. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

    “Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan Al-Qur`an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil).” (Al-Baqarah: 185)

    Allah subhanahu wa ta’ala menurunkan Taurat kepada Nabi Musa ‘alaihis salaam, Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

    “Sesungguhnya Kami telah menurunkan kitab Taurat di dalamnya (terdapat) petunjuk dan cahaya (yang menerangi).” (Al-Ma`idah: 44)

    Allah subhanahu wa ta’ala juga menurunkan Injil kepada Nabi ‘Isa ‘alaihis salaam:

    “Dan Kami iringkan jejak mereka (para nabi Bani Israil) dengan Isa putra Maryam, membenarkan kitab yang sebelumnya, yaitu Taurat, dan Kami telah memberikan kepadanya kitab Injil sedang di dalamnya (terdapat) petunjuk dan cahaya (yang menerangi).” (Al-Ma`idah: 46)

    Demikian juga Zabur, Allah subhanahu wa ta’ala turunkan kepada Nabi Dawud ‘alaihis salaam:

    “Dan Kami berikan Zabur kepada Dawud.” (Al-Isra`: 55)

    Allah subhanahu wa ta’ala juga memberitakan tentang Shuhuf Ibrahim dan Shuhuf Musa dalam firman-Nya:

    “Sesungguhnya ini benar-benar terdapat dalam Kitab-Kitab yang dahulu, (yaitu) Shuhuf Ibrahim dan Musa.” (Al-A’la: 18-19)

    3. Membenarkan berita-berita yang terdapat dalam kitab-kitab tersebut. Seperti berita-berita dalam Al-Qur`an, dan berita-berita dalam kitab-kitab sebelumnya yang belum mengalami perubahan atau penyimpangan.

    4. Mengamalkan hukum-hukum dalam kitab-kitab tersebut selama tidak dihapus (mansukh), dengan penuh ridha dan penerimaan, baik kita memahami hikmah di balik hukum-hukum tersebut ataukah tidak. Adapun kitab-kitab terdahulu maka semuanya telah dihapus dengan kitab Al-Qur`anul Karim. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

    “Dan Kami telah turunkan kepadamu Al-Qur`an dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu Kitab-Kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan sebagai muhaimin terhadap Kitab-Kitab yang lain itu.” (Al-Ma`idah: 48)

    Muhaimin yakni sebagai hakim terhadap kitab-kitab terdahulu. Atas dasar itu tidak boleh mengamalkan hukum apapun yang terdapat dalam kitab-kitab terdahulu kecuali jika dibenarkan dalam Al-Qur`an.


    Al-Qur`anul Karim kitab paling mulia

    Al-Qur`anul Karim adalah kitab termulia, diturunkan kepada Nabi paling utama, dengan membawa syari’at paling mulia. Al-Qur`an merupakan kitab terakhir, membenarkan kitab-kitab terdahulu sekaligus menyempurnakan syari’at-syari’at sebelumnya. Kitab inilah yang umat Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam seluruhnya diwajibkan untuk mengikuti syari’at-syari’atnya dan berhukum dengannya, bersama dengan As-Sunnah yang juga merupakan wahyu yang Allah subhanahu wa ta’ala turunkan kepada Nabi-Nya di samping Al-Qur`an.

    “Dan (juga karena) Allah telah menurunkan Al-Kitab dan Al-Hikmah kepadamu.” (An-Nisa`: 113)

    Allah subhanahu wa ta’ala menurunkan Al-Qur`an kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam agar dijadikan pedoman hukum, sekaligus sebagai obat penyakit yang ada di dada, penjelasan segala sesuatu, hidayah, dan rahmat bagi kaum mukminin. Allah subhanahu wa ta’ala menurunkan Al-Qur`an agar manusia membacanya dengan penuh tadabbur (memperhatikan), mengikutinya, dan mengamalkan kandungannya. Sebagaimana firman-Nya l:

    “Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah, supaya mereka mentadabburi ayat-ayat-Nya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran.” (Shad: 29)

    “Dan Al-Qur`an itu adalah kitab yang Kami turunkan yang penuh berkah, maka ikutilah dia dan bertaqwalah agar kalian diberi rahmat.” (Al-An’am: 155)

    Maka barang siapa membaca Kitabullah dengan penuh tadabbur, mengikutinya, dan mengamalkan kandungannya berarti benar-benar telah beriman dengan kitab tersebut. Sebagaimana pujian Allah subhanahu wa ta’ala dalam firman-Nya:

    “Orang-orang yang telah Kami berikan Al-Kitab kepadanya, mereka membacanya dengan penuh tadabbur (sehingga mengikutinya dengan sebenarnya), mereka itu orang-orang yang beriman kepadanya, dan barang siapa yang ingkar kepadanya, maka mereka itulah orang-orang yang merugi.” (Al-Baqarah: 121)

    Mereka adalah orang-orang yang menghalalkan apa yang dinyatakan halal dalam Kitabullah, mengharamkan apa yang dinyatakan haram dalam Kitabullah, mengamalkan ayat-ayat yang muhkam (yang jelas), mengimani ayat-ayat yang mutasyabih (yang butuh penjelasan), mereka adalah orang-orang yang berbahagia, yang mengerti nikmat Allah subhanahu wa ta’ala yang sangat besar ini dan bisa mensyukurinya.

    Kitab Taurat dan Injil yang ada di tangan orang-orang Yahudi dan orang-orang Kristen tidak diragukan lagi adalah kitab-kitab yang tidak sah penisbatannya kepada Nabi Musa dan kepada Nabi ‘Isa w. Sehingga tidak bisa dikatakan bahwa kitab Taurat yang ada di tangan Yahudi adalah Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa ‘alaihis salaam, tidak pula bisa dikatakan bahwa kitab Injil yang ada di tangan Kristen adalah Injil yang diturunkan kepada Nabi ‘Isa q. Sehingga kedua kitab tersebut yang ada di tangan Yahudi dan Kristen bukanlah Taurat dan Injil yang kita diperintah untuk mengimaninya secara rinci.

    Hal itu disebabkan telah terjadi penyelewengan, pemalsuan, dan perubahan yang dilakukan oleh tangan-tangan lancang orang-orang Yahudi dan Kristen terhadap kitabnya masing-masing. Hal ini sebagaimana Allah subhanahu wa ta’ala terangkan dalam Al-Qur`an, di antaranya pada surah Al-Baqarah: 75, al-Ma`idah: 13-15, dan lainnya. Di samping penegasan Al-Qur`an, terdapat bukti-bukti yang menunjukkan bahwa Taurat dan Injil yang ada tidak sah dinisbahkan sebagai kitab-kitab Allah subhanahu wa ta’ala, antara lain:

    1. Taurat dan Injil yang sekarang ada di tangan Yahudi dan Kristen bukan naskah aslinya, namun terjemahannya.

    2. Dalam naskah Taurat dan Injil yang ada tersebut telah tercampur antara Firman Allah subhanahu wa ta’ala dengan perkataan manusia.

    3. Baik Taurat maupun Injil yang ada tersebut dibukukan setelah wafatnya Nabi Musa dan Nabi ‘Isa w dengan terpaut waktu yang sangat lama. Sementara tidak ada rantai periwayatan terpercaya antara zaman penulisan hingga Nabi Musa maupun Nabi ‘Isa. Semakin menguatkan hal ini, Injil muncul dalam beberapa naskah, ada Injil Matius, Injil Yohanes, dll.

    4. Terdapat pertentangan antara naskah-naskah Taurat dan Injil yang ada.

    5. Dalam Taurat dan Injil yang ada di tangan Yahudi dan Kristen tersebut ternyata berisi aqidah-aqidah yang batil dan sesat, berita-berita dusta, dan hikayat-hikayat yang tidak bisa dipertanggungjawabkan.

    Maka kewajiban kaum mukminin meyakini, bahwa Taurat dan Injil yang ada di tangan Yahudi dan Kristen tersebut bukanlah kitab yang diturunkan oleh Allah kepada Rasul-Nya, namun itu adalah hasil penyimpangan Yahudi dan Kristen terhadap kitabnya. Maka kita tidak membenarkannya sama sekali kecuali apa yang telah dibenarkan oleh Al-Qur`anul Karim atau oleh As-Sunnah yang mulia. Dan kita dustakan apa yang telah didustakan oleh Al-Qur`anul Karim atau As-Sunnah yang mulia. Adapun yang tidak ada keterangan Al-Qur`an maupun As-Sunnah tentangnya maka kita tidak membenarkan tidak pula mendustakannya.

    Wallahu a’lam bish shawab.

    Sumber: Internet (uknown)




    No comments :

    Leave a Reply